Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Hiperkalsemia annisa-meidina 2024-01-15T10:42:31+07:00 2024-01-15T10:42:31+07:00
Hiperkalsemia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Hiperkalsemia

Oleh :
dr.Monica
Share To Social Media:

Diagnosis hiperkalsemia atau hypercalcemia dapat ditegakkan berdasarkan temuan klinis pada sistem saraf pusat, urinaria, gastrointestinal, dan muskuloskeletal, yang turut dilengkapi pemeriksaan kadar kalsium serum. Selain itu, pemeriksaan untuk mengukur kadar hormon paratiroid atau PTH, kadar 1,25-dihydroxyvitamin D, kadar fosfat serum, bikarbonat serum, dan kalsium urine mungkin diperlukan.[2,14]

Umumnya, diagnosis hiperkalsemia ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan kesehatan. Pada beberapa kasus, hiperkalsemia juga dapat ditemukan pada seseorang yang sudah menunjukkan tanda dan gejala. Namun, tanda dan gejala hiperkalsemia umumnya ditemukan bila kadar kalsium sudah >12 mg/dL.[2]

Anamnesis

Hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis adalah tanda dan gejala penyakit tertentu yang mengarah pada hiperkalsemia. Mnemonic tanda dan gejala hiperkalsemia yang sekaligus bisa menjadi panduan untuk mengidentifikasi penyebab hiperkalsemia adalah “stones, bones, abdominal moans, and psychic groans”:

  • Stones: manifestasi urinaria berupa gejala batu ginjal, gejala diabetes insipidus nefrogenik, poliuria, nokturia, dan dehidrasi

  • Bones: manifestasi skeletal berupa nyeri tulang, arthritis, dan osteoporosis

  • Abdominal moans: manifestasi gastrointestinal berupa mual, muntah, anoreksia, konstipasi, nyeri abdomen, dan ulkus peptikum

  • Psychic groans: manifestasi neurologis berupa gangguan daya ingat, letargi, stupor, koma, dan kelemahan otot, yang bisa disertai manifestasi psikiatri seperti iritabilitas, depresi, kecemasan, dan psikosis[2,7,8]

Anamnesis mengenai riwayat penyakit lain yang mungkin menyebabkan hiperkalsemia seperti keganasan, sarkoidosis dan penyakit granulomatosa lain, serta gangguan pada sistem endokrin seperti hiperparatiroid atau hipertiroid perlu ditanyakan. Tanyakan juga riwayat medis keluarga, seperti riwayat hiperkalsemia, hiperparatiroid, dan keganasan. Riwayat penggunaan obat-obatan seperti lithium, thiazide, dan suplementasi vitamin D juga perlu ditanyakan.[2,7,8]

Dokter juga dapat memperkirakan kasus akut ataupun kronis dari gejala. Pasien yang menunjukkan gejala batu ginjal atau gejala osteoporosis cenderung telah mengalami hiperkalsemia dalam waktu yang panjang. Kasus akut umumnya menunjukkan gejala yang lebih drastis, seperti mual, muntah, dan bahkan gangguan kesadaran.[1,9]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pasien hiperkalsemia umumnya tidak menunjukkan temuan yang bermakna. Namun, pasien dengan hiperkalsemia parah mungkin menunjukkan gejala hipotonia, hiporefleksia, dan paresis. Pasien juga mungkin menunjukkan tanda aritmia dan bradikardia.[14]

Dokter juga dapat mencari tanda-tanda deplesi volume, gangguan ginjal, dan penyakit yang mungkin mendasari. Contohnya, dokter dapat melakukan pemeriksaan keganasan sesuai indikasi, misalnya kanker payudara, kanker ginjal, kanker paru, kanker ovarium, leukemia, limfoma, multiple myeloma, dan rhabdomyosarcoma. Perhatikan ada atau tidaknya massa abnormal pada pemeriksaan fisik.[8,14]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding hiperkalsemia dapat berupa hiperkalemia, hipermagnesemia, dan hipernatremia atau hiperfosfatemia. Untuk membedakan kondisi-kondisi ini, dokter bisa mengevaluasi manifestasi klinis dan menilik hasil pemeriksaan laboratorium.[14]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang utama yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar kalsium serum. Pemeriksaan lain dapat berupa pemeriksaan laboratorium tambahan, EKG, dan pencitraan untuk mencari etiologi jika ada etiologi tertentu yang dicurigai.[14]

Pemeriksaan Kadar Kalsium Serum

Dalam plasma darah, kalsium berada dalam tiga bentuk, yaitu kalsium terionisasi yang merupakan bentuk biologis aktif (50%), kalsium yang terikat protein misalnya albumin (45%), dan kalsium dalam kompleks dengan sitrat atau fosfat (5%). Kadar kalsium yang diukur di laboratorium dapat berupa kadar kalsium total serum atau kadar kalsium yang terionisasi.[14]

Kadar kalsium total serum adalah 8–10 mg/dL dan nilai >10,5 mg/dL bisa dinyatakan sebagai hiperkalsemia. Namun, bila menggunakan kadar kalsium total serum, dokter harus melakukan koreksi perhitungan jika pasien memiliki kadar albumin abnormal. Hal ini dikarenakan sebagian besar kalsium berikatan dengan albumin, sehingga perubahan kadar albumin memengaruhi interpretasi kadar kalsium total serum. Rumus koreksi yang bisa digunakan terlampir di bawah.[14]

Kadar kalsium koreksi = (4 - kadar albumin serum dalam g/dL) × 0,8 + kalsium serum

Bila menggunakan kadar kalsium terionisasi yang memang merupakan bentuk biologis aktif dari kalsium, maka koreksi hitungan berdasarkan albumin tidak diperlukan.[14]

Klasifikasi keparahan hiperkalsemia berdasarkan kadar kalsium total serum ataupun kadar kalsium terionisasi adalah sebagai berikut:

  • Hiperkalsemia ringan: kadar kalsium total 10,5–11,9 mg/dL atau kadar kalsium terionisasi 5,6–8 mg/dL
  • Hiperkalsemia sedang: kadar kalsium total 12–13,9 mg/dL atau kadar kalsium terionisasi 8–10 mg/dL
  • Hiperkalsemia berat: kadar kalsium total 14–16 mg/dL atau kadar kalsium terionisasi 10–12 mg/dL[1,2]

Pemeriksaan Laboratorium Lain

Pemeriksaan laboratorium lain dapat membantu identifikasi penyebab hiperkalsemia, misalnya kondisi hiperparatiroid atau keganasan. Terkadang, keganasan bisa terjadi bersama kondisi hiperparatiroid maupun penyebab hiperkalsemia lainnya. Pemeriksaan darah lengkap dan apus darah tepi mungkin bermanfaat untuk mengetahui ada atau tidaknya keganasan hematologis. Bila ada tumor solid, pertimbangkan biopsi.[1,7,14]

Pemeriksaan kadar hormon paratiroid (PTH) juga dapat dilakukan untuk mencari tahu ada tidaknya hiperparatiroid. Pemeriksaan hormon tiroid juga memungkinkan bila ada kecurigaan hipertiroid. Pemeriksaan fungsi ginjal dan urinalisis juga dianjurkan. Selain itu, pemeriksaan vitamin D dan metabolitnya serta pemeriksaan fosfat serum, alkaline phosphatase, dan bikarbonat serum dapat dilakukan bila perlu.[1,7,14]

Alur Pemeriksaan Hiperkalsemia:

Tonon CR, et al. (2022) menyatakan bahwa diagnosis hiperkalsemia ditegakkan bila kadar kalsium total serum >10.5 mg/dL. Bila diagnosis telah tegak, pemeriksaan lain yang perlu dilakukan untuk menentukan penyebab hiperkalsemia adalah PTH.[1]

Apabila kadar PTH didapatkan tinggi atau normal, maka lakukan perhitungan ekskresi kalsium. Nilai ekskresi kalsium yang <0,01 dapat menunjukkan primary hypocalciuric hypercalcemia, sedangkan nilai ekskresi kalsium >0.01 menunjukkan primary/tertiary hyperparathyroidism. Mo S, et al. juga menambahkan bahwa selain primary/tertiary hyperparathyroidism, nilai ekskresi kalsium yang tinggi dapat terjadi pada hiperkalsemia akibat obat.[1,7]

Apabila kadar PTH rendah, maka lakukan pengukuran kadar vitamin D berupa kadar 25(OH)D. Bila hasilnya tinggi, curigai terjadinya intoksikasi vitamin D. Bila hasil normal, lakukan pemeriksaan 1,25-dihydroxyvitamin D yang dikenal juga sebagai 1,25(OH)2D. Hasil 1,25-dihydroxyvitamin D yang normal mungkin menandakan hiperkalsemia akibat keganasan. Sementara itu, hasil 1,25-dihydroxyvitamin D tinggi mungkin menandakan penyakit granulomatosa atau limfoma.[1]

Elektrokardiografi atau EKG

Pemeriksaan EKG dapat melihat tanda hiperkalsemia berupa pendataran atau inversi gelombang T, melebarnya kompleks QRS, pemanjangan interval PR, ST elevasi, serta adanya gelombang J di akhir kompleks QRS. Tanda klinis hiperkalsemia akut adalah pemendekan QT dan aritmia (bradikardia, first-degree atrioventricular block).[1,2,14]

Pencitraan

Pemeriksaan seperti rontgen, USG, CT-scan, atau MRI dapat dilakukan jika terdapat indikasi, misalnya bila ada kecurigaan batu ginjal, sarkoidosis, kanker payudara, kanker paru, kanker tulang, dan kanker lainnya. Keganasan patut dicurigai pada hiperkalsemia yang kadar kalsiumnya naik dengan cepat secara mendadak.[1,2,14]

Referensi

1. Tonon CR, Silva TAAL, Pereira FWL, et al. A review of current clinical concepts in the pathophysiology, etiology, diagnosis, and management of hypercalcemia. Med Sci Monit. 2022;28:e935821-1 - e935821-9. DOI: 10.12659/MSM.935821.
2. Sadiq NM, Naganathan S, Badireddy M. Hypercalcemia. StatPearls Publishing. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430714/.
7. Mo S. Hypercalcemia. MJM. 2022;20(2):1-6. DOI: 10.26443/mjm.v20i2.941.
8. Zagzja J, Hu MI, Fisher SB, Perrier ND. Hypercalcemia and cancer: differential diagnosis and treatment. ACS Journal. 2018;68(5):377-86. DOI: 10.3322/caac.21489.
9. Goltzman D. Approach to hypercalcemia. Endotext. 2023. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279129/.
14. Agraharkar M. Hypercalcemia. Medscape. 2023. https://emedicine.medscape.com/article/240681-overview

Epidemiologi Hiperkalsemia
Penatalaksanaan Hiperkalsemia
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 14 jam yang lalu
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 14 jam yang lalu
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 8 jam yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.