Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Eosinofilia general_alomedika 2022-11-17T11:30:55+07:00 2022-11-17T11:30:55+07:00
Eosinofilia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Eosinofilia

Oleh :
dr. Michael Sintong Halomoan
Share To Social Media:

Patofisiologi eosinofilia bergantung pada etiologinya dan secara garis besar diduga melibatkan interleukin (IL). Interleukin merupakan sitokin perangsang penting dalam produksi eosinofil sehingga dianggap berperan penting dalam mekanisme terjadinya eosinofilia..

Fisiologi Eosinofil

Eosinofil diproduksi di sumsum tulang. Sumsum tulang normal mengandung 1-6% eosinofil. Produksi eosinofil, atau yang disebut juga dengan eosinophilopoiesis, terjadi dengan diferensiasi sel dari eosinophil lineage-restricted progenitor (EoP). Pembentukan eosinofil sendiri dipengaruhi oleh sitokin tertentu, termasuk IL-5, IL-3, dan granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF).

Selain dibutuhkan dalam produksi eosinofil, IL-5 juga berperan penting dalam aktivasi dan keberlangsungan hidup sel ini. Meskipun eosinofil ditemukan pada peredaran darah, namun, sel ini lebih banyak ditemukan pada jaringan (tissue-dwelling cells) dengan jumlah hingga 100 kali lebih banyak dibandingkan pada peredaran darah. Kemampuan eosinofil bertahan di berbagai jenis jaringan diduga disebabkan oleh faktor eksogen, termasuk IL-5. Pada peredaran darah sendiri, eosinofil memiliki waktu paruh 8 hingga 18 jam setelah lepas dari sumsum tulang.

Eosinofil berfungsi sebagai sel efektor dalam imunitas tubuh terhadap infestasi parasit. Mekanisme pembentukan extracellular trap (ETosis) akan menangkap dan menyebabkan kematian sel parasit. Eosinofil juga dapat bekerja dengan menyebabkan antibody-dependent cytotoxic cell death bersama neutrofil pada kasus tertentu, seperti schistosomiasis. Mekanisme tersebut juga diduga menjadi dasar patofisiologi kerusakan jaringan dan inflamasi pada penyakit terkait eosinofil.

Organ Target

Eosinofil dapat ditemukan pada jaringan tubuh tertentu pada kasus alergi, seperti pada jaringan saluran napas pasien dengan eosinophilic asthma, pada polip pasien dengan rhinosinusitis kronik, pada saluran cerna pasien dengan eosinophilic gastrointestinal disease, dan pada kulit pasien yang mengalami erupsi obat. Meskipun jarang, sistem kardiovaskular dan saraf dapat juga terlibat, serta umumnya lebih berat dan dapat mengancam nyawa.[1-3,15]

Patofisiologi Eosinofilia

Eosinofilia dapat berupa primer maupun sekunder. Eosinofilia primer merupakan proliferasi eosinofil akibat penyakit hematologi. Hingga saat ini, patofisiologi eosinofilia primer belum diketahui dengan pasti. Namun pada beberapa penyakit etiologi eosinofilia, peningkatan jumlah eosinofil disebabkan oleh adanya perluasan neoplasma ke arah myeloid lineage.

Mekanisme lain yang dapat menjadi penyebab peningkatan jumlah eosinofil adalah peningkatan pelepasan limfosit abnormal, yaitu sel T yang imatur dan tidak normal. Sel T tersebut memproduksi sitokin, termasuk IL-5, dalam jumlah tinggi. Kadar IL-5 inilah yang dianggap sebagai penyebab peningkatan produksi eosinofil.

Eosinofilia sekunder sendiri merupakan peningkatan jumlah eosinofilia yang disebabkan oleh penyakit di luar hematologi. Sel nonmyeloid yang mengalami gangguan menyebabkan peningkatan produksi berbagai sitokin yang berperan dalam produksi eosinofil, seperti IL-3, IL-5, dan GM-CSF. Mekanisme ini menjadi dasar peningkatan eosinofil pada keganasan di luar hematologi, reaksi alergi, maupun infeksi parasit.[1-4]

Referensi

1. Kanuru S, Sapra A. Eosinophilia. [Updated 2021 Sep 19]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560929/
2. Butt NM, Lambert J, Ali S, Beer PA, Cross NC, Duncombe A, Ewing J, Harrison CN, Knapper S, McLornan D, Mead AJ. Guideline for the investigation and management of eosinophilia. British journal of haematology. 2017 Feb 10;176(4):553-72.
3. Fulkerson PC, Rothenberg ME. Eosinophil development, disease involvement, and therapeutic suppression. Advances in immunology. 2018 Jan 1;138:1-34.
4. Liss M. Eosinophilia. Medscape, 2021. https://emedicine.medscape.com/article/199879-overview
15. Weller PF. Eosinophil biology and causes of eosinophilia. Uptodate. 2020.

Pendahuluan Eosinofilia
Etiologi Eosinofilia
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas kemarin, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas kemarin, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 21 jam yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.