Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Eosinofilia general_alomedika 2022-11-17T11:30:44+07:00 2022-11-17T11:30:44+07:00
Eosinofilia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Eosinofilia

Oleh :
dr. Michael Sintong Halomoan
Share To Social Media:

Data epidemiologi menunjukkan bahwa eosinofilia primer dan idiopatik merupakan kondisi yang jarang terjadi, mungkin karena kurang terdiagnosis. Sebuah studi berbasis populasi yang besar dalam pengaturan praktik umum di Kopenhagen menunjukkan angka kejadian eosinofilia sebesar 4%. Dalam studi ini, eosinofilia didefinisikan sebagai kadar eosinofil lebih dari 0,5 × 109/l.[2]

Global

Belum ada data epidemiologi global yang spesifik terhadap eosinofilia. Pada negara maju, penyakit alergi, terutama yang disebabkan oleh obat, merupakan penyebab tersering eosinofilia. Eosinofilia dapat ditemukan pada sekitar 18% pasien yang mengalami acute cutaneous drug reaction. Insidensi reaksi obat terkait eosinofil pada pasien rawat inap berada pada 16,67 per 10.000 pasien, di mana 23% mengalami gejala klinis mengarah ke drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS) syndrome.

Pada negara berkembang, infestasi parasit menjadi penyebab tersering eosinofilia. Infestasi cacing merupakan parasit yang paling sering menyebabkan eosinofilia. Pada kasus eosinofilia yang terjadi terhadap wisatawan, sekitar 30% - 60% kasus disebabkan oleh infestasi cacing, seperti filariasis, strongyloidiasis, dan schistosomiasis. Namun, tidak semua infestasi cacing pasti menyebabkan eosinofilia. Dilaporkan hanya sekitar 44% dari pasien dengan schistosomiasis yang mengalami eosinofilia.[1,4,5,7]

Indonesia

Belum ada data epidemiologi eosinofilia di Indonesia.

Mortalitas

Belum ada studi khusus mengenai mortalitas eosinofilia. Meski demikian, keadaan eosinofilia dapat mempengaruhi mortalitas penyakit etiologi.  Pada sebuah studi observasional yang dilakukan terhadap 308 pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), mortalitas pasien dengan kadar eosinofil yang tinggi didapatkan lebih rendah (15,8%) bila dibandingkan dengan pasien PPOK yang tidak mengalami peningkatan kadar eosinofil. Studi observasional lain pada 133 pasien menemukan bahwa ketiadaan eosinofilia pada pasien PPOK justru meningkatkan risiko kematian hingga 3 kali lipat.[8,9]

Sebuah studi observasional terhadap 158 pasien dengan hipereosinofilia akibat berbagai etiologi menemukan terjadinya kematian terhadap sekitar 23% subjek penelitian dalam 3 bulan. Mortalitas ini ditemukan terkait dengan faktor lain seperti usia lanjut dan peningkatan penanda inflamasi.[10]

Pada sebuah studi yang dilakukan terhadap 98 pasien dengan idiopathic hypereosinophilic syndrome, ditemukan terdapat 17% kematian dalam median 70 bulan setelah diagnosis, di mana 10 kasus kematian ditemukan terkait dengan komplikasi penyakit. Studi ini menemukan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi mortalitas pasien idiopathic hypereosinophilic syndrome, seperti usia lanjut, keterlibatan jantung, kadar hemoglobin di bawah nilai normal, kadar limfosit di bawah normal, hepatosplenomegali, dan keberadaan mutasi genetik.[11,12]

Referensi

1. Kanuru S, Sapra A. Eosinophilia. [Updated 2021 Sep 19]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560929/
2. Butt NM, Lambert J, Ali S, Beer PA, Cross NC, Duncombe A, Ewing J, Harrison CN, Knapper S, McLornan D, Mead AJ. Guideline for the investigation and management of eosinophilia. British journal of haematology. 2017 Feb 10;176(4):553-72.
4. Liss M. Eosinophilia. Medscape, 2021. https://emedicine.medscape.com/article/199879-overview
5. Kuang FL. Approach to patients with eosinophilia. Medical Clinics. 2020 Jan 1;104(1):1-4.
6. Liesveld J. Eosinophilia. MSD Manual Professional Version, 2022. https://www.msdmanuals.com/professional/hematology-and-oncology/eosinophilic-disorders/eosinophilia
7. Klion AD. Eosinophilia. Travel medicine, 2019. pp. 519-526.
8. Prudente R, Ferrari R, Mesquita CB, Machado LH, Franco EA, Godoy I, Tanni SE. Peripheral blood eosinophils and nine years mortality in COPD patients. International journal of chronic obstructive pulmonary disease. 2021;16:979.
9. Casanova C, Celli BR, de-Torres JP, Martínez-Gonzalez C, Cosio BG, Pinto-Plata V, de Lucas-Ramos P, Divo M, Fuster A, Peces-Barba G, Calle-Rubio M. Prevalence of persistent blood eosinophilia: relation to outcomes in patients with COPD. European Respiratory Journal. 2017 Nov 1;50(5).
10. Baisse A, Lafon T, Caumes S, Dumonteil S, Fauchais AL, Parreau S. Acute hypereosinophilia in emergency department: variables associated with a 3-month mortality. Internal and emergency medicine. 2022 Jan;17(1):279-83.
11. Noh HR, Magpantay GG. Hypereosinophilic syndrome. Allergy & Asthma Proceedings, 2017. Vol. 38, No. 1).
12. Pardanani A, Lasho T, Wassie E, Finke C, Zblewski D, Hanson CA, Ketterling RP, Gangat N, Tefferi A. Predictors of survival in WHO-defined hypereosinophilic syndrome and idiopathic hypereosinophilia and the role of next-generation sequencing. Leukemia. 2016 Sep;30(9):1924-6.

Etiologi Eosinofilia
Diagnosis Eosinofilia
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas kemarin, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas kemarin, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 21 jam yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.