Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Eosinofilia general_alomedika 2023-09-01T16:12:08+07:00 2023-09-01T16:12:08+07:00
Eosinofilia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Eosinofilia

Oleh :
dr. Michael Sintong Halomoan
Share To Social Media:

Penatalaksanaan pada pasien eosinofilia dengan kegawatdaruratan adalah pemberian kortikosteroid dosis tinggi. Pada pasien yang mendapat kortikosteroid tetapi memiliki risiko infeksi strongyloides, perlu diberikan juga ivermectin untuk mencegah hiperinfeksi yang berpotensi fatal.[2]

Pendekatan Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien dengan eosinofilia tergantung pada bukti keterlibatan organ. Pasien yang secara klinis tidak stabil atau mereka dengan kadar eosinofil yang ekstrem harus dirawat di rumah sakit. Pasien yang bergejala tetapi stabil secara klinis, harus diperiksa untuk mencari tanda-tanda kerusakan organ. Pasien tanpa gejala dengan eosinofilia insidental, yang tidak memiliki temuan klinis yang menunjukkan kerusakan organ, biasanya tidak memerlukan pengobatan dan hanya diobservasi.[18]

Kegawatdaruratan Terkait Eosinofilia

Penatalaksanaan kegawatdaruratan terkait eosinofilia dilakukan bila terdapat disfungsi organ, terutama kardiovaskular dan pernapasan, akibat perjalanan penyakit. Tujuan terapi adalah menurunkan kadar eosinofil absolut dan mengurangi infiltrasi dan kerusakan organ.

Kortikosteroid dosis tinggi merupakan terapi utama yang diberikan pada pasien sembari investigasi penyakit etiologi dilakukan. Bila terdapat bukti keterlibatan organ yang mengancam nyawa, pemberian kortikosteroid setara methylprednisolone 1 mg/kgBB/hari intravena dapat dilakukan. Pilihan kortikosteroid lain adalah prednisolone 0,5–1 mg/kgBB/hari. Konsumsi kortikosteroid perlu diikuti dengan periode tapering off selama 2–3 bulan sampai dosis rumatan seminimal mungkin.[1,2,4,6,7]

Penatalaksanaan Eosinofilia Primer

Etiologi eosinofilia primer terutama disebabkan oleh keganasan pada darah, sehingga terapi utama yang diberikan adalah kemoterapi dengan target langsung pada keganasan tersebut.

Penentuan terapi terhadap penyakit etiologi eosinofilia primer didasarkan pada mutasi genetik yang terjadi. Pada pasien dengan mutasi FIP1L1-PDGFRA, PDGFRB, atau fusi ETV6-ABLI, dapat diberikan terapi dengan imatinib. Eosinofilia primer dengan fusi ETV6-FLT3 dapat diberikan terapi dengan sunitinib atau sorafenib. Ruxolitinib dapat diberikan pada eosinofilia primer dengan mutasi pada JAK2. Pemberian kortikosteroid juga perlu dilakukan bila terdapat kerusakan organ terkait eosinofilia.[1,2,4,6,7]

Idiopathic Hypereosinophilic Syndrome

Pasien dengan idiopathic hypereosinophilic syndrome perlu menjalani terapi kortikosteroid dengan methylprednisolone 1 mg/kgBB/hari intravena. Pilihan kortikosteroid lain dapat berupa prednisolone 0,5–1 mg/kgBB/hari. Pada pasien yang tidak memberikan respon setelah pemberian kortikosteroid setelah 1 bulan terapi atau pasien membutuhkan dosis rumatan setara prednisolone lebih dari 10 mg/hari, maka terapi lini selanjutnya perlu dipertimbangkan.

Lini selanjutnya berupa pemberian jangka pendek (4–6 minggu) agen imatinib, agen imunomodulator seperti siklosporin, terapi myelosupresif dengan hydroxycarbamide, atau antibodi monoklonal dengan mepolizumab.  Bila pasien masih belum menunjukkan respon, pemberian anti-CD52 monoclonal antibody alemtuzumab dapat dipertimbangkan.[1,2,4,6,7,11]

Penatalaksanaan Eosinofilia Sekunder

Secara umum, penatalaksanaan eosinofilia sekunder difokuskan kepada terapi penyakit etiologi. Pada penyakit infeksi dan infestasi, terapi diberikan sesuai etiologi, seperti antibiotik pada infeksi bakteri, antivirus pada infeksi virus, atau antihelmintik pada infestasi cacing. Bila eosinofilia disebabkan oleh penyakit alergi, penghindaran terhadap faktor pencetus perlu dilakukan, seperti menghentikan konsumsi obat pada reaksi alergi obat.[1,2,4,6,7]

Referensi

1. Kanuru S, Sapra A. Eosinophilia. [Updated 2021 Sep 19]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560929/
2. Butt NM, Lambert J, Ali S, Beer PA, Cross NC, Duncombe A, Ewing J, Harrison CN, Knapper S, McLornan D, Mead AJ. Guideline for the investigation and management of eosinophilia. British journal of haematology. 2017 Feb 10;176(4):553-72.
4. Liss M. Eosinophilia. Medscape, 2021. https://emedicine.medscape.com/article/199879-overview
6. Liesveld J. Eosinophilia. MSD Manual Professional Version, 2022. https://www.msdmanuals.com/professional/hematology-and-oncology/eosinophilic-disorders/eosinophilia
7. Klion AD. Eosinophilia. Travel medicine, 2019. pp. 519-526.
11. Noh HR, Magpantay GG. Hypereosinophilic syndrome. Allergy & Asthma Proceedings, 2017. Vol. 38, No. 1).
18. Weller PF. Approach to the patient with unexplained eosinophilia. Uptodate. 2022.

Diagnosis Eosinofilia
Prognosis Eosinofilia
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas kemarin, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas kemarin, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 21 jam yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.