Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Dementia general_alomedika 2025-04-07T13:43:35+07:00 2025-04-07T13:43:35+07:00
Dementia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Dementia

Oleh :
dr. Paulina Livia Tandijono
Share To Social Media:

Diagnosis dementia ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5 (DSM-5). Anamnesis berguna untuk mencari tahu onset gejala dementia, misalnya muncul secara progresif atau tiba-tiba, yang dapat mengarahkan diagnosis sesuai etiologi dementia. Selain itu, dilakukan Mini Mental State Examination (MMSE) untuk menilai fungsi kognitif pasien dementia.

Kriteria Diagnosis

Dalam DSM-5, diagnosis dementia digolongkan sebagai major neurocognitive disorder dengan kriteria sebagai berikut:

  • Penurunan fungsi kognitif yang signifikan dibandingkan fungsi kognitif sebelumnya. Penurunan ini terjadi pada satu atau lebih area kognitif (atensi kompleks, fungsi eksekusi, kemampuan belajar, ingatan, bahasa, persepsi motorik, dan sosial). Penurunan kognitif dapat dibuktikan melalui anamnesis dari pasien, keluarga, caregiver, atau orang lain yang dapat dipercaya yang menyatakan adanya penurunan fungsi kognitif yang bermakna. Selain itu penilaian penurunan kognitif dapat dilakukan melalui tes neuropsikologis standar, misalnya MMSE, atau pemeriksaan/tes lain yang sesuai.
  • Defisit kognitif mengganggu aktivitas sehari-hari, misalnya membayar tagihan, sehingga pasien membutuhkan bantuan
  • Defisit kognitif tidak hanya terjadi pada saat pasien mengalami delirium
  • Defisit kognitif tidak disebabkan oleh kelainan mental lainnya, misalnya skizofrenia dan depresi mayor[3]

Anamnesis

Anamnesis dilakukan pada pasien, keluarga dan caregiver untuk mencari defisit kognitif, perubahan perilaku, dan gejala dementia lainnya. Setiap tipe dementia memiliki gejala yang berbeda, antara lain:

Penyakit Alzheimer

Perjalanan penyakit Alzheimer progresif dan perlahan, dapat terjadi dalam 10 tahun. Gejala yang paling menonjol adalah defisit memori. Pada fase awal, memori yang terganggu hanya memori jangka pendek, sedangkan memori jangka panjang masih baik. Namun, pada dementia yang berat, memori jangka panjang turut mengalami gangguan.

Selain itu, ditemukan gangguan kognitif lain misalnya disfungsi eksekutif, apraksia, agnosia, gangguan visuospasial, serta perubahan perilaku dan mood (depresi, ansietas, agitasi, perubahan pola makan, wandering, dan lain-lain).[10,11,12]

Gangguan Vaskular

Onset gejala dapat terjadi secara tiba-tiba. Gejala yang timbul bervariasi, tergantung area yang mengalami cedera vaskular. Selain defisit kognitif, dapat ditemukan gangguan psikomotor, disfungsi eksekusi, gangguan gait, gangguan motorik fokal, perubahan kepribadian dan mood. Pasien biasanya memiliki faktor risiko seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan riwayat stroke atau transient ischaemic attacks sebelumnya.[10,13]

Penyakit Badan Lewy

Pada penyakit badan Lewy, dapat ditemukan gangguan kognitif yang berfluktuasi, halusinasi (biasanya visual), parkinsonisme (bradikinesia dan rigiditas), dan gangguan tidur. Pasien atau keluarga biasanya mengatakan bahwa pasien sering jatuh, pingsan, tidur siang >2 jam, atau kehilangan kesadaran sesaat. Mood pasien juga dapat mengalami gangguan berupa depresi, apati atau ansietas.[10,14]

Dementia akibat penyakit badan Lewy memiliki gejala yang mirip dengan dementia akibat penyakit Parkinson. Jika dementia terjadi dalam 12 bulan setelah gejala parkinsonisme, kemungkinan penyebabnya adalah penyakit badan Lewy.[10,14]

Sebaliknya, jika dementia terjadi lebih dari 12 bulan setelah onset gejala parkinsonisme, kemungkinan disebabkan oleh penyakit parkinson atau dikenal sebagai Parkinson’s disease with dementia (PDD). Selain itu, pada Penyakit badan Lewy, jarang ditemukan tremor dan tidak berespons terhadap pengobatan levodopa.[10,14]

Atrofi Frontotemporal

Gejala yang menonjol adalah perubahan kepribadian dan perilaku, yaitu disinhibisi, apati dan kehilangan empati, hiperorality (perubahan preferensi terhadap makanan), serta perilaku kompulsif. Sekitar 15–20% dementia akibat atrofi frontotemporal terjadi bersamaan dengan penyakit saraf motorik.[10,15]

Pemeriksaan Fisik

Temuan dalam pemeriksaan fisik pasien dementia berbeda-beda, tergantung penyakit yang mendasari. Alzheimer berat dapat menyebabkan parkinsonisme. Sedangkan, pada dementia karena normal pressure hydrocephalus (NPH) dapat ditemukan gangguan gait. Pada dementia vaskular dapat ditemukan hemiparesis. Berikut adalah pemeriksaan fisik yang biasanya dilakukan beserta temuannya:

Pemeriksaan Saraf Kranial

Kerusakan saraf kranial tipe sentral dapat ditemukan pada dementia akibat gangguan vaskular.

Pemeriksaan Fungsi Motorik

Hemiparesis dapat terjadi akibat gangguan vaskular. Sedangkan gangguan fungsi motorik berupa parkinsonisme ditemukan pada penyakit Parkinson, penyakit badan Lewy, atau Alzheimer yang berat.

Pemeriksaan Fungsi Sensorik

Gangguan metabolik, defisiensi nutrisi, atau zat toksik dapat menyebabkan neuropati.

Pemeriksaan Gait dan Fungsi Koordinasi

Dementia akibat normal pressure hydrocephalus (NPH) memiliki gejala berupa gangguan gait yang mencolok. Gangguan gait juga dapat ditemukan pada pasien dengan gangguan vaskular atau defisiensi vitamin B12.

Pemeriksaan Refleks

Refleks primitif dapat ditemukan pada atrofi frontotemporal. Sedangkan gangguan vaskular dapat menimbulkan refleks yang asimetris. Mioklonus generalisata dapat ditemukan pada penyakit Creutzfeldt-Jakob.

Pemeriksaan Kardiovaskular

Ditemukan faktor risiko gangguan vaskular, yaitu hipertensi, fibrilasi atrium, bruit karotis, dan lain-lain.[4,10]

Pemeriksaan Kognitif

Selain pemeriksaan fisik, pasien perlu menjalani pemeriksaan kognitif untuk membuktikan adanya defisit kognitif. Tes yang paling sering digunakan adalah mini-mental state examination (MMSE) dengan poin penilaian, antara lain orientasi waktu, orientasi tempat, memori, atensi dan kalkulasi, bahasa, repetisi, dan perintah yang kompleks.[3,4]

Skor maksimal MMSE adalah 30. Skor 19–23 adalah defisit kognitif ringan, skor 10–18 adalah defisit kognitif sedang, dan skor <9 adalah defisit kognitif berat.[4]

Systematic review dari Cochrane menyatakan bahwa MMSE memiliki sensitivitas 85% dan spesifisitas 90% untuk mendiagnosis dementia. Namun, MMSE tidak dapat digunakan untuk membedakan etiologi dementia.[4]

Tes lain yang dapat digunakan mengetahui defisit kognitif dan digunakan di Indonesia adalah Montreal Cognitive Assessment (MoCA), Mattis Dementia Rating Scale (MDRS), dan Abbreviated Mental Test (AMT).[4,9]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dementia yang utama adalah delirium, mild cognitive impairment (MCI), dan depresi.

Delirium

Delirium, seperti dementia, ditandai dengan perubahan kesadaran dan kognitif, tetapi dengan onset akut dan berfluktuasi. Keduanya sering terjadi bersamaan pada populasi lansia.

Mild Cognitive Impairment (MCI)

Pasien MCI juga mengalami penurunan kognitif, meskipun demikian, pasien MCI masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Namun, perlu diingat, MCI dapat berkembang menjadi dementia.

Depresi

Depresi juga sering dialami oleh pasien dengan dementia. Berdasarkan DSM-5, jika kedua kriteria diagnosis dementia dan depresi terpenuhi, keduanya dianggap sebagai diagnosis dan diberikan penanganan yang sesuai.[3,4,16]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan bukan untuk menegakkan diagnosis dementia, tetapi untuk mengetahui penyebabnya. Beberapa tes yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai dengan keadaan klinis pasien dan kecurigaan penyebab dementia yang didapat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan di antaranya adalah:

  • Pemeriksaan darah, berupa darah perifer lengkap dan hitung jenis, elektrolit, ureum, dan kreatinin, gula darah sewaktu dan puasa
  • Pemeriksaan fungsi organ, misalnya tes fungsi tiroid, ginjal, dan hati
  • Pemeriksaan urine, yaitu urinalisa, kultur urine, dan tes narkoba untuk mencari benzodiazepin, kokain, kanabis, dan opioid pada urine
  • Pemeriksaan antibodi, seperti antibodi treponema untuk pasien yang dicurigai mengalami sifilis, serta antibodi HIV untuk pasien yang dicurigai mengalami HIV

  • Pemeriksaan lain, seperti kadar kobalamin dan asam folat, C-reactive protein (CRP), faktor rematoid dan antinucleolar antibody, atau kadar logam berat untuk kecurigaan keracunan logam berat

Pemeriksaan Radiologi

Beberapa pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk mencari penyebab dementia dan membedakan tipe dementia satu dan lainnya.

  • Foto polos toraks, jika pasien dicurigai memiliki penyakit pada toraks
  • CT scan atau MRI kepala untuk pasien yang dicurigai mengalami kelainan intraserebral, seperti lesi intrakranial, infark dan perdarahan serebri

  • Single photon emission computed tomography, untuk menilai aliran darah regional dan dopamine scan untuk mendeteksi badan Lewy

Analisis Cairan Serebrospinal

Analisis cairan serebrospinal (pungsi lumbal) dilakukan untuk kondisi berikut:

  • Onset dementia akut atau subakut yang disertai demam atau kaku kuduk

  • Dementia terjadi pada usia <55 tahun
  • Manifestasi atipikal, atau progresivitas penyakit cepat
  • Pada pasien yang mengalami penyakit penyerta, seperti hidrosefalus, keadaan imunosupresi, penyakit demielinisasi, penyakit Creutzfeldt-Jakob, vaskulitis, atau pasien dicurigai mengalami sifilis, infeksi, atau keganasan

Sebelum melakukan analisis cairan serebrospinal, harus dilakukan pemeriksaan radiologi terlebih dahulu.

Lainnya

Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah electroencephalography (EEG), electrocardiography (EKG) bila terdapat kecurigaan penyakit jantung, dan pemeriksaan ultrasonografi karotis.[4,11,17]

Tidak seluruh pemeriksaan penunjang di atas harus dilakukan. Pemilihan pemeriksaan penunjang berdasarkan kecurigaan dokter mengenai etiologi dementia. American Academy of Neurology menyarankan untuk melakukan pemeriksaan fungsi tiroid dan kadar vitamin B12 pada seluruh pasien dementia.[17,18]

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

3. American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder, American Psychiatric Association, United States of America, 5th ed., 2013.
4. R. Tampi. Assessment of Dementia. Best Practice BMJ. 2018. https://bestpractice.bmj.com/topics/en-us/242
9. Ong PA, Annisafitrie FR, Purnamasari N, Calista C, Sagita N, Sofiatin Y, Dikot Y. Dementia Prevalence, Comorbidities, and Lifestyle Among Jatinangor Elders. Front Neurol. 2021 Jul 23;12:643480.
10. Liang CS, Li DJ, Yang FC, et al. Mortality rates in Alzheimer's disease and non-Alzheimer's dementias: a systematic review and meta-analysis. Lancet Healthy Longev 2021;2: e479–88
11. A. Burns, S Iliffe. Dementia, BMJ, 2009, 338, 405-409. https://www.bmj.com/bmj/section-pdf/186137?path=/bmj/338/7691/Clinical_Review.full.pdf
12. D.A. Wolk, B.C. Dickerson. Clinical features and diagnosis of Alzheimer disease. UpToDate. 2021. https://www.uptodate.com/contents/clinical-features-and-diagnosis-of-alzheimer-disease?topicRef=5083&source=see_link#H
13. Smith EE, Wright CB. Etiology, clinical manifestations, and diagnosis of vascular dementia. UpToDate. 2020. https://www.uptodate.com/contents/etiology-clinical-manifestations-and-diagnosis-of-vascular-dementia?topicRef=5083&source=see_link#H1
14. M. R. Farlow. Clinical features and diagnosis of dementia with Lewy bodies. UpToDate. 2018. https://www.uptodate.com/contents/clinical-features-and-diagnosis-of-dementia-with-lewy-bodies?topicRef=5083&source=see_link#H1
15. J.L. Wilterdink, Frontotemporal dementia: Clinical features and diagnosis. UpToDate 2017. https://www.uptodate.com/contents/frontotemporal-dementia-clinical-features-and-diagnosis?topicRef=5083&source=see_link#H533509364
16. E. B. Larson, Evaluation of cognitive impairment and dementia. UpToDate. 2019 https://www.uptodate.com/contents/evaluation-of-cognitive-impairment-and-dementia?
17. K.R. Scott, A.M. Barret, Dementia syndromes: evaluation and treatment, Expert Neurother, 2007, 7(4) 407-422. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2536654/
18. D. Press, M. Alexander, Treatment of dementia. UpToDate. 2021. https://www.uptodate.com/contents/treatment-of-dementia?topicRef=5083&source=related_link#H5767442

Epidemiologi Dementia
Penatalaksanaan Dementia

Artikel Terkait

  • Hubungan Aktivitas Fisik dan Atrofi Otak
    Hubungan Aktivitas Fisik dan Atrofi Otak
  • Deteksi Demensia Pada Pasien Parkinson Dengan MoPaRDS
    Deteksi Demensia Pada Pasien Parkinson Dengan MoPaRDS
  • Hubungan Agen Antikolinergik dengan Peningkatan Risiko Demensia
    Hubungan Agen Antikolinergik dengan Peningkatan Risiko Demensia
  • Reminiscence Therapy pada Demensia
    Reminiscence Therapy pada Demensia
  • Efikasi Farmakoterapi Gangguan Tidur pada Penderita Dementia
    Efikasi Farmakoterapi Gangguan Tidur pada Penderita Dementia

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Peter Fernando
Dibuat 10 Juli 2023, 15:11
Mnemonic #7: Gejala Demensia
Oleh: dr.Peter Fernando
0 Balasan
D - Dalam kebingungan (orientasi waktu, tempat, dan orang)E - Emosi yang berubahM - Memori menurunE - Efek pada komunikasi (kesulitan berbicara, menulis,...
Anonymous
Dibalas 29 Maret 2023, 22:02
Tata laksana lanjutan untuk demensia pada lansia 85 tahun
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin bertanya sejawat. Tn. A umur 85 tahun. Keluhan saat ini sering lupa. Contohnya lupa baru makan setengah jam yang lalu, menanyakan hal yang sama...
Anonymous
Dibalas 08 Desember 2022, 12:46
Membedakan atrofi otak yang normal dan demensia - Radiologi Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dok, ijin tanya apakah ada perbedaan khas pada imaging untuk atrofi otak yang normal karena usia dengan atrofi karena demensia tahap awal? Pemeriksaan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.