Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Epilepsi kirti 2025-03-12T13:05:36+07:00 2025-03-12T13:05:36+07:00
Epilepsi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis dan Komplikasi
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Epilepsi

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Etiologi epilepsi dibagi menjadi enam macam yaitu struktural, genetik, infeksi, metabolik, imunitas, dan etiologi yang tidak diketahui. Setiap pasien epilepsi dapat memiliki salah satu atau beberapa etiologi sekaligus sebagai penyebab terjadinya epilepsi.

Ada berbagai macam faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya epilepsi, baik faktor internal seperti neoplasma dan riwayat genetik keluarga dengan epilepsi, serta faktor eksternal seperti stress dan kurang tidur.[5,6]

Etiologi

Berikut etiologi yang menjadi penyebab terjadinya epilepsi dan penting untuk diketahui karena berhubungan dengan pilihan terapi serta prognosis epilepsi.

Struktural

Etiologi struktural adalah abnormalitas struktur di otak yang diketahui melalui pencitraan dan merupakan penyebab utama terjadinya epilepsi pada pasien.

Kelainan struktural terbagi menjadi dua, yaitu kelainan struktural yang didapat dan genetik. Kelainan struktural yang didapat meliputi akibat stroke, trauma, dan infeksi, sementara kelainan struktural genetik menyebabkan terjadinya malformasi korteks. Kelainan struktural merupakan penyumbang 40% dari total epilepsi resisten obat pada anak.[2,6]

Contoh gambaran pencitraan berupa kelainan struktur yang berhubungan dengan epilepsi antara lain sebagai berikut:

  • Mesial temporal lobe seizures yang berhubungan dengan sclerosis hippocampus

  • Gelastic seizures dengan kelainan berupa hypothalamic hamartoma, sindrom Rasmussen, dan hemiconvulsion‐hemiplegia‐epilepsy.

Abnormalitas struktural ini menjadi penting untuk diketahui karena dapat menjadi pintu masuk terapi bedah bila obat antiepilepsi tidak memberikan hasil yang memuaskan.[6]

Genetik

Etiologi genetik sebagai faktor predisposisi terjadinya epilepsi masih terus berkembang. Hingga saat ini, masih banyak kelainan genetik yang tidak diketahui. Epilepsi dapat terjadi akibat mutasi beberapa atau hanya satu gen saja. Mutasi genetik dapat menyebabkan terjadinya epilepsi dengan gejala ringan hingga berat.[6,7]

Etiologi genetik dapat diamati lebih jelas pada kasus dengan riwayat keluarga memiliki kelainan autosomal dominan, contohnya syndrome of Benign Familial Neonatal Epilepsy yang diketahui terjadi mutasi pada salah satu gen kanal potassium, KCNQ2 atau KCNQ3.[6,7]

Contoh mutasi monogenik yang menyebabkan terjadinya epilepsi dapat diamati pada anak-anak dengan ensefalopati epilepsi berat,  yaitu pada sindrom Dravet. Lebih dari 80% pasien memiliki varian abnormal gen SCN1A. Mutasi gen SCN1A berhubungan dengan sindrom Dravet dan Genetic Epilepsy with Febrile Seizures Plus (GEFS+).[6,7]

Etiologi genetik sendiri tidak menjadi satu-satunya faktor penentu terjadinya epilepsi. Seseorang bisa saja mewarisi mutasi genetik yang menjadi etiologi epilepsi, namun peran dari faktor lingkungan seperti stress, kurang tidur dan penyakit tetap berperan memicu terjadinya awitan kejang.[6]

Infeksi

Infeksi merupakan etiologi tersering yang saat ini diketahui menjadi penyebab epilepsi. Pada kasus ini, kejang merupakan salah satu gejala utama infeksi penyakit tersebut dan memenuhi kriteria diagnosis epilepsi. Contohnya adalah infeksi neurosistiserkosis, tuberkulosis, HIV, malaria serebral, subacute sclerosing panencephalitis, cerebral toxoplasmosis, dan infeksi kongenital, contohnya Zika virus dan cytomegalovirus.[2,6]

Metabolik

Seperti pada skenario etiologi infeksi, pada etiologi metabolik, kejang epilepsi juga merupakan salah satu gejala suatu penyakit metabolik yang terjadi pada seseorang. Epilepsi metabolik dapat terjadi sebagai manifestasi dari abnormalitas biokimia atau defek metabolik di dalam tubuh. Contohnya adalah porfiria, uremia, aminoasidopati, atau kejang terkait pyridoxine.[6]

Imunitas

Epilepsi yang terjadi akibat gangguan sistem imun terjadi akibat reaksi inflamasi yang dimediasi oleh imunitas tubuh yang menyebabkan terjadinya inflamasi sistem saraf pusat. Contoh kondisi ini adalah pada penyakit ensefalitis autoimun. Manifestasi klinis epilepsi terkait imunitas antara lain kejang, gejala psikiatri, gangguan gerak, amnesia, kebingungan hingga kehilangan kesadaran. [2,6]

Etiologi yang tidak diketahui

Penyebab suatu epilepsi yang tidak diketahui etiologinya saat ini terutama berhubungan pada kasus diagnosis epilepsi di negara berkembang dengan akses teknologi yang terbatas, sehingga diagnosis hanya dapat ditegakkan sampai titik tertentu saja tanpa mengetahui etiologi penyebabnya.[6]

Faktor Risiko

Faktor risiko epilepsi banyak dikaitkan dengan proses perkembangan janin dalam kehamilan serta masalah pada saat persalinan dan post natal. Beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan epilepsi adalah:

  • Riwayat sakit berat saat kehamilan
  • Riwayat cedera otak traumatik

  • Kejang demam
  • Riwayat epilepsi pada keluarga
  • Skor APGAR yang rendah saat lahir.

  • Stress
  • Gangguan elektrolit (contohnya hipoglikemia, hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia)
  • Efek toksik akut (antidepresan, simpatomimetik)
  • Withdrawal syndromes (ethanol, benzodiazepines)

  • Sepsis
  • Infeksi sistem saraf pusat
  • Stroke
  • Neoplasma
  • Penyakit inflamasi (lupus cerebritis, anti-NMDA receptor encephalitis)[2,6,8]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Gold SP Tampubolon

Referensi

2. Sirven JI. Epilepsy: A Spectrum Disorder. Cold Spring Harb Perspect Med. 2015;5(9):a022848. Published 2015 Sep 1. doi:10.1101/cshperspect.a022848
5. Pack AM. Epilepsy Overview and Revised Classification of Seizures and Epilepsies. Continuum (Minneap Minn). 2019;25(2):306-321. doi:10.1212/CON.0000000000000707
6. Scheffer IE, Berkovic S, Capovilla G, et al. ILAE classification of the epilepsies: Position paper of the ILAE Commission for Classification and Terminology. Epilepsia. 2017;58(4):512-521. doi:10.1111/epi.13709
7. Scheffer IE, French J, Hirsch E, et al. Classification of the epilepsies: New concepts for discussion and debate-Special report of the ILAE Classification Task Force of the Commission for Classification and Terminology. Epilepsia Open. 2016;1(1-2):37-44. Published 2016 Jul 21. doi:10.1002/epi4.5
8. Huff JS, Murr NI. Seizure. [Updated 2023 Feb 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-.

Patofisiologi Epilepsi
Epidemiologi Epilepsi

Artikel Terkait

  • Konsekuensi Jangka Panjang Akibat Kejang Demam Berulang
    Konsekuensi Jangka Panjang Akibat Kejang Demam Berulang
  • Faktor Risiko Terjadinya Epilepsi Pasca Stroke
    Faktor Risiko Terjadinya Epilepsi Pasca Stroke
  • Langkah Diagnostik pada Kejang Pertama Usia Dewasa
    Langkah Diagnostik pada Kejang Pertama Usia Dewasa
  • Penghentian Obat Antiepilepsi pada Pasien Epilepsi yang Bebas Kejang
    Penghentian Obat Antiepilepsi pada Pasien Epilepsi yang Bebas Kejang
  • Peran Diazepam Per Rektal untuk Kejang pada Bayi
    Peran Diazepam Per Rektal untuk Kejang pada Bayi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Ariyadi
Dibalas 30 November 2024, 10:07
Kejang pada anak dengan riwayat kejang sebelumnya
Oleh: Ariyadi
1 Balasan
Izin dok, anak kejang 2 kali dengan rentan waktu 7jam kejang selama kurang lebih 30detik, mata keatas kedip" badan dan badan gemetar, kejang terjadi sudah yg...
Anonymous
Dibalas 07 November 2024, 14:31
Membedakan kejang nocturnal dan gangguan lain
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Ada px anak usia 9 tahun, memiliki riwayat kejang (tubuh kaku, kedut2, mata kedip2 melihat ke atas, sulit diajak bicara). Kejang berlangsung...
dr. Yanny Labok
Dibalas 01 November 2024, 18:34
Tatalaksana kejang pada epilepsi dewasa
Oleh: dr. Yanny Labok
2 Balasan
Halo dok, izin bertanya jika setelah pemberian diazepam pada pasien dewasa dgn BB 60 kg yg sdh d berikan diazepam 5 mg via iv dan kejangnya sdh berhenti...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.