Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Epilepsi kirti 2025-03-12T13:04:30+07:00 2025-03-12T13:04:30+07:00
Epilepsi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis dan Komplikasi
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Epilepsi

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Penatalaksanaan epilepsi bertujuan untuk menghilangkan serangan kejang pada pasien epilepsi tanpa disertai efek samping bermakna. Tata laksana epilepsi secara umum dapat dibagi menjadi terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi.[12]

Pasien wanita dengan epilepsi katamenial membutuhkan pertimbangan khusus ketika dokter merencanakan terapi. Pilihan tata laksana yang dapat diberikan adalah tata laksana hormonal maupun nonhormonal.

Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi pada pasien epilepsi adalah dengan pemberian obat anti epilepsi, yang dapat diberikan secara monoterapi atau politerapi.

Keuntungan pengobatan monoterapi adalah efek samping yang timbul lebih sedikit serta biaya yang jelas lebih murah. Tetapi berdasarkan hasil studi yang ada, pasien yang memberikan respon terapi yang baik berupa penurunan episode kejang hanya 70% saja.

Bila pasien tetap tidak merespon setelah pemberian double terapi, pemberian triple terapi angka keberhasilan hanya <5%.[2,12,15]

Terapi anti epilepsi diindikasikan pada epilepsi dengan episode kejang tanpa provokasi lebih dari 1 kali. Pada pasien dengan episode kejang tanpa provokasi hanya satu kali, pasien hanya dianjurkan untuk menghindari risiko terjadinya kejang, contohnya minum alkohol dan kurang tidur. Pasien tidak perlu minum obat anti epilepsi.[12]

Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat anti epilepsi dapat dibagi berdasarkan golongan sebagai berikut:

  • Penghambat kanal sodium, obat golongan ini menghambat aktivasi berulang kanal sodium (carbamazepine, oxcarbazepine, eslicarbazepine, phenytoin, fosphenytoin, lamotrigine, lacosamide, dan zonisamide)
  • agonis reseptor GABA (benzodiazepine dan barbiturates)
  • penghambat ambilan GABA (tiagabine)
  • penghambat transaminase GABA (vigabatrin)
  • antagonis glutamate (topiramate, felbamate, perampanel)
  • berikatan dengan protein synaptic vesicle 2A (levetiracetam, brivaracetam)
  • mekanisme kerja lebih dari satu (gabapentin, pregabalin, asam valproat)[9,12]

Dalam memilih obat anti epilepsi, berikut adalah hal yang harus dipertimbangkan:

  • Tipe Kejang
  • Sindrom Epilepsi
  • Profil Farmakokinetik
  • Interaksi Obat/Kondisi Medis Lain Pasien
  • Efikasi
  • Efek Samping Obat
  • Biaya[13]

Tabel 1. Informasi Obat Antiepilepsi yang Umum Digunakan

Obat Dosis (Dewasa) dalam mg Efek Samping Penggunaan pada kejang fokal Penggunaan pada kejang generalisata
carbamazepine 600–1800 mengantuk, pandangan kabur, diplopia, dysequilibrium, leukopenia, gagal hepar √ √ (tonik-klonik)
ethosuximide 500–1000 Gangguan Gastrointestinal, perubahan mood, letargi, cegukan, nyeri kepala √ √ (absence)
felbamate 2400–3600 Nausea, insomnia, nyeri kepala, anorexia, anemia aplastik, gagal hati √ √ (tonik-klonik) pada sindrom Lennox-Gastaut
gabapentin 1200–2400 Ataxia, pusing, somnolen, lelah, nystagmus √ -
lamotrigine

100–250 (bersama valproate)

300–500

ruam, pusing, diplopia, ataxia, somnolen √ √ (absence, myoklonik, tonik-klonik)
levetiracetam 1000–3000 Somnolen, infeksi, nyeri kepala √ √ (absence, myoklonik, tonik-klonik)
oxcarbazepine 1200–2400 pusing, diplopia, nyeri kepala, pandangan kabur, somnolen, nausea √ -
phenobarbital 90–180 Sedasi, depresi, hilang konsentrasi, afek tumpul, hiperaktivitas √ -
phenytoin 300–500 Ataxia, dysarthria, gingival hypertrophy, hirsutisme, acneiform eruption, gagal hati, osteomalasia √ √ (tonik-klonik)
primidone 750–1250 Sedasi, pusing, nausea, ataxia, depresi √ -
tiagabine 32–56 pusing, gugup, pemikiran abnormal √ -
topiramate 200–400 (dengan inducer) lelah, psychomotor slowing, pusing, berat badan turun, batu ginjal(1–2%) √ √ (absence, myoklonik, tonik-klonik)
valproate 1000–3000 Gangguan Gastrointestinal, penambahan berat badan, rambut rontok, tremor, trombositopenia, gagal hati, pankreatitis √ √ (absence, myoklonik, tonik-klonik)
zonisamide 200–600 pusing, ataxia, bingung, anoreksia, nausea √ √ (Myoklonik, tonik-klonik)

Sumber : dr. Reren, 2020.[12-14]

Kriteria seseorang dengan epilepsi dikatakan telah sembuh adalah pada individu yang telah melampaui onset usia terjadinya sindrom epilepsi yang bergantung pada usia, atau pada individu yang tidak pernah mengalami kejang lagi dalam 10 tahun terakhir dan sudah tidak mengonsumsi obat anti epilepsi dalam 5 tahun terakhir.[2]

Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmakologi yang dapat diberikan pada pasien epilepsi adalah berupa terapi bedah dan non bedah.

Terapi Bedah

Terapi bedah dilakukan pada 20-30% pasien yang tidak memiliki respon yang baik dengan pemberian obat antiepilepsi. Terapi bedah diindikasikan pada pasien tersebut bila bagian otak yang menyebabkan kejang dapat dioperasi tanpa memberikan efek defisit neurologis yang berat.[13]

Dalam menentukan apakah pasien layak operasi atau tidak, perlu dilakukan serangkaian pemeriksaan dengan video-EEG, pencitraan neuronal serta studi psikometrik.[13]

Prosedur operasi bedah pada pasien epilepsi antara lain lobektomi dan lesionektomi. Temporal lobektomi adalah prosedur operasi bedah yang paling sering dilakukan pada pasien epilepsi. Pada pasien dengan indikasi operasi yang tepat, lebih dari 80% kasus dapat bebas dari kejang setelah pembedahan, walau beberapa tetap harus dibarengi dengan konsumsi obat anti epilepsi.[12,13]

Stimulasi nervus vagus juga dilaporkan dapat menjadi terapi tambahan bagi pasien epilepsi yang tidak terkontrol. Alat stimulasi nervus vagus biasanya diimplantasikan secara bedah di bawah kulit pasien.

Terapi Non Bedah

Terapi non bedah yang dapat dilakukan pada pasien epilepsi adalah dengan diet ketogenik. Diet ketogenik diberikan berdasarkan teori bahwa keadaan asidosis dan ketosis memiliki efek anti kejang. Hasil studi mengatakan bahwa 30% hingga 33% pasien episode kejangnya terkontrol, 33% pasien mengalami penurunan episode kejang, dan 33% lainnya sama sekali tidak ada respon apapun.[2,13]

Diet ketat ini harus diinisiasi di rumah sakit karena kemungkinan efek samping gangguan metabolik yang ditimbulkan. Hambatan lainnya adalah diet ini amat sulit untuk dilakukan, hanya 10% pasien yang berhasil menerapkan diet ini setelah 1 tahun.[2,13]

Selain diet, pasien juga dapat melakukan upaya modifikasi gaya hidup dengan menjalankan pola hidup sehat, antara lain dengan menghindari konsumsi alkohol, istirahat cukup, relaksasi dan teknik biofeedback.[13]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Gold SP Tampubolon

Referensi

2. Sirven JI. Epilepsy: A Spectrum Disorder. Cold Spring Harb Perspect Med. 2015;5(9):a022848. Published 2015 Sep 1. doi:10.1101/cshperspect.a022848
9. Newton CR, Garcia HH. Epilepsy in poor regions of the world. Lancet. 2012;380(9848):1193-1201. doi:10.1016/S0140-6736(12)61381-6
12. Ko, David Y. Epilepsy and Seizures. Medscape. 2020.
13. Bromfield EB, Cavazos JE, Sirven JI, editors. An Introduction to Epilepsy [Internet]. West Hartford (CT): American Epilepsy Society; 2006.
14. National Clinical Guideline Centre (UK). The Epilepsies: The Diagnosis and Management of the Epilepsies in Adults and Children in Primary and Secondary Care. London: Royal College of Physicians (UK); January 2012.

Diagnosis Epilepsi
Prognosis dan Komplikasi Epilepsi

Artikel Terkait

  • Konsekuensi Jangka Panjang Akibat Kejang Demam Berulang
    Konsekuensi Jangka Panjang Akibat Kejang Demam Berulang
  • Faktor Risiko Terjadinya Epilepsi Pasca Stroke
    Faktor Risiko Terjadinya Epilepsi Pasca Stroke
  • Langkah Diagnostik pada Kejang Pertama Usia Dewasa
    Langkah Diagnostik pada Kejang Pertama Usia Dewasa
  • Penghentian Obat Antiepilepsi pada Pasien Epilepsi yang Bebas Kejang
    Penghentian Obat Antiepilepsi pada Pasien Epilepsi yang Bebas Kejang
  • Peran Diazepam Per Rektal untuk Kejang pada Bayi
    Peran Diazepam Per Rektal untuk Kejang pada Bayi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Ariyadi
Dibalas 30 November 2024, 10:07
Kejang pada anak dengan riwayat kejang sebelumnya
Oleh: Ariyadi
1 Balasan
Izin dok, anak kejang 2 kali dengan rentan waktu 7jam kejang selama kurang lebih 30detik, mata keatas kedip" badan dan badan gemetar, kejang terjadi sudah yg...
Anonymous
Dibalas 07 November 2024, 14:31
Membedakan kejang nocturnal dan gangguan lain
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Ada px anak usia 9 tahun, memiliki riwayat kejang (tubuh kaku, kedut2, mata kedip2 melihat ke atas, sulit diajak bicara). Kejang berlangsung...
dr. Yanny Labok
Dibalas 01 November 2024, 18:34
Tatalaksana kejang pada epilepsi dewasa
Oleh: dr. Yanny Labok
2 Balasan
Halo dok, izin bertanya jika setelah pemberian diazepam pada pasien dewasa dgn BB 60 kg yg sdh d berikan diazepam 5 mg via iv dan kejangnya sdh berhenti...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.