Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Migren yogi 2025-05-07T13:13:26+07:00 2025-05-07T13:13:26+07:00
Migren
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Migren

Oleh :
dr. Karina Sutanto
Share To Social Media:

Diagnosis migraine biasanya cukup ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Apabila dicurigai ada penyebab di sistem saraf pusat, pemeriksaan penunjang seperti computed tomography (CT scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) mungkin diperlukan bersama pemeriksaan laboratorium.

Anamnesis

Anamnesis yang mendalam pada pasien migraine sangat penting untuk menegakkan diagnosis. Anamnesis terutama ditujukan pada karakteristik nyeri kepala, pola nyeri kepala, serta gejala yang mendahului atau menyertai migraine. Riwayat keluarga yang menderita migraine juga perlu ditanyakan mengingat migraine berkaitan erat dengan faktor genetik.

Karakteristik Nyeri

Nyeri kepala migraine biasanya berupa nyeri yang menusuk atau berdenyut. Nyeri ini biasanya bersifat unilateral dan terlokalisir di area frontotemporal dan okular. Intensitas nyeri meningkat dalam 1–2 jam sejak awal serangan kemudian menyebar ke posterior dan ke seluruh bagian kepala.

Nyeri kepala berlangsung selama 4–72 jam. Intensitas nyeri biasanya sedang hingga berat dan dapat membatasi aktivitas fisik. Nyeri kepala umumnya disertai gejala lain, seperti mual, muntah, vertigo, dan hemiplegia. Nyeri kepala biasanya didahului gejala prodromal (perubahan mood, hilangnya nafsu makan, dan mual) atau disertai aura. Pasien juga umumnya memiliki riwayat pengobatan nyeri kepala.[1,2,13-15]

Kriteria Diagnosis Migraine Tanpa Aura

Kriteria diagnosis migraine tanpa aura adalah sebagai berikut:

  1. Setidaknya ada 5 serangan yang memenuhi kriteria 2–4
  2. Serangan berlangsung selama 4–72 jam jika tidak tertangani
  3. Nyeri kepala memiliki minimal dua karakteristik berikut: lokasi unilateral, kualitas berdenyut, intensitas sedang hingga berat, kemunculan dipicu oleh aktivitas fisik atau menyebabkan pembatasan aktivitas fisik
  4. Selama nyeri kepala, ada minimal satu dari: mual/muntah, fotofobia/fonofobia
  5. Nyeri kepala tidak disebabkan oleh penyakit lain[14]

Kriteria Diagnosis Migraine Dengan Aura

Kriteria diagnosis migraine dengan aura adalah sebagai berikut:

  1. Setidaknya 2 serangan memenuhi kriteria 2–4
  2. Aura memiliki minimal satu dari kriteria berikut tetapi tanpa kelemahan fungsi motorik: a) gejala visual yang dapat sembuh sepenuhnya termasuk gejala positif seperti cahaya, titik, atau garis yang berkedip dan/atau gejala negatif seperti pandangan menghilang; b) gejala sensoris yang dapat sembuh sepenuhnya termasuk gejala positif seperti rasa tertusuk dan/atau gejala negatif seperti rasa baal; c) gangguan wicara yang dapat sembuh sepenuhnya
  3. Ada minimal dua dari gejala berikut: a) gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral; b) setidaknya 1 gejala aura bertambah berat dalam waktu >5 menit dan/atau gejala aura lain muncul secara berurutan dalam waktu >5 menit; c) setiap gejala berlangsung selama >5 menit dan <60 menit
  4. Nyeri yang memenuhi kriteria 2–4 migraine tanpa aura mulai bersamaan dengan timbulnya aura atau setelah timbulnya aura dalam 60 menit
  5. Nyeri kepala tidak disebabkan oleh penyakit lain[14]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada migraine terutama ditujukan untuk menyingkirkan kemungkinan nyeri kepala sekunder. Pemeriksaan fisik meliputi tanda vital, penilaian kardiovaskular, dan pemeriksaan di daerah kepala dan leher.

Pemeriksaan neurologis yang komprehensif dan serial sangat diperlukan. Pemeriksaan saraf yang dapat dilakukan meliputi status mental, tingkat kesadaran, pemeriksaan saraf kranial, respons pupil, kekuatan motorik, refleks tendon profunda, fungsi sensorik, refleks patologis, fungsi serebellum, pola gait, dan tanda iritasi meningeal.

Pemeriksaan fisik pasien migraine umumnya akan mengarah ke hasil yang normal. Beberapa pasien migraine menunjukkan gangguan sistem saraf otonom tetapi hal ini sangat jarang ditemukan. Kelainan yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan fisik adalah:

  • Nyeri tekan pada otot-otot kepala atau leher
  • Sindrom Horner, yaitu miosis dengan ptosis ukuran 1–2 mm pada sisi yang sama dengan sisi nyeri kepala
  • Injeksi konjungtiva
  • Takikardi atau bradikardi
  • Hipertensi atau hipotensi

  • Hemiparese atau hemihipoestesi
  • Pupil Adie type yang bereaksi lambat terhadap cahaya

Beberapa varian migraine menunjukkan gejala neurologis fokal spesifik yang muncul bersamaan dengan nyeri kepala dan bertahan beberapa saat setelah keluhan nyeri kepala menghilang. Kondisi tersebut antara lain:

  • Migraine hemiplegik: nyeri kepala disertai kelemahan atau paralisis unilateral
  • Migraine basilar: bisa muncul tanpa disertai sakit kepala tetapi memiliki gejala khas seperti vertigo, pusing, disartria, gangguan keseimbangan, dan kesemutan di ekstremitas
  • Migraine oftalmoplegik: ada palsy saraf kranial III disertai paralisis otot okular dan ptosis. Kondisi ini juga dapat disertai gangguan respons pupil

Saat pemeriksaan, ada kondisi khusus yang harus diperhatikan karena dapat mengarah ke diagnosis lain. Kondisi tersebut antara lain:

  • Nyeri kepala yang mencapai puncak dalam hitungan detik dari awal gejala
  • Nyeri kepala dengan intensitas atau frekuensi yang meningkat selama seminggu atau lebih
  • Adanya perubahan yang jelas dari pola nyeri kepala
  • Meningismus
  • Demam
  • Perubahan status mental
  • Defisit neurologis fokal yang persisten
  • Papilledema
  • Skotoma yang berakhir dalam hitungan detik hingga beberapa menit (amaurosis)
  • Nyeri arteri temporal pada pasien tua

Jika terdapat kondisi-kondisi tersebut, dokter hendaknya melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan terperinci seperti pemeriksaan radiologis atau pungsi lumbal.[1,2,13-15]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding migraine dapat berupa stroke iskemik, infeksi sistem saraf pusat, perdarahan subaraknoid, tumor otak, tension type headache, atau cluster headache.

Stroke Iskemik

Nyeri kepala pada stroke iskemik atau transient ischemic attack (TIA) dapat memiliki gejala yang menyerupai migraine dengan aura. Migraine merupakan faktor risiko independen dari stroke iskemik, dengan risiko tertinggi pada wanita usia <45 tahun.

Infeksi Sistem Saraf Pusat (SSP) atau Sistemik

Nyeri kepala merupakan gejala yang umum terjadi pada infeksi SSP atau sistemik tetapi tidak memiliki karakteristik yang konsisten. Diagnosis ke arah infeksi SSP atau sistemik dapat menjadi semakin kuat jika disertai demam tinggi atau perubahan kesadaran.

Perdarahan Subaraknoid

Nyeri kepala pada perdarahan subaraknoid biasanya muncul tiba-tiba dan terasa sangat nyeri. Pemeriksaan fisik dapat tampak normal tetapi >25% pasien mengalami kelainan neurologis. Gejala klasik dari perdarahan subaraknoid antara lain:

  • Nyeri kepala hebat yang muncul tiba-tiba
  • Kaku kuduk
  • Fotofobia
  • Mual dan muntah
  • Penurunan kesadaran

Tumor Otak

Dokter perlu mempertimbangkan tumor otak ketika nyeri kepala mengalami perubahan pola yang progresif disertai dengan timbulnya tanda dan gejala neurologis. Papilledema yang ditemukan pada pemeriksaan funduskopi dapat dicurigai sebagai tanda tumor otak atau kondisi peningkatan tekanan intrakranial lainnya.

Tension Type Headache

Tension type headache sering muncul bersama migraine. Serangan nyeri muncul di seluruh bagian kepala dengan karakteristik seperti penekanan di kedua bagian kepala. Tension type headache jarang sekali disertai fotofobia atau fonofobia.

Cluster Headache

Cluster headache cukup jarang terjadi dan lebih sering ditemukan pada pasien pria. Cluster headache menyebabkan nyeri yang berat di sekitar salah satu mata, memberat dalam beberapa menit, dan tidak pindah ke sisi yang lain. Nyeri kepala berakhir <3 jam dan menyebabkan kelelahan serta agitasi. Terkadang nyeri disertai tanda dan gejala otonom pada sisi nyeri. Nyeri dapat muncul 1–5 kali per hari, tanpa adanya nyeri kepala di antara serangan.[1,2,13-15]

Pemeriksaan Penunjang

Migraine merupakan suatu diagnosis klinis. Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk menegakkan diagnosis migraine. Pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan sakit kepala sekunder.

Radiologi

Pencitraan yang bisa dilakukan adalah computed tomography (CT scan) atau magnetic resonance imaging (MRI). CT scan kepala dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan massa intrakranial atau stroke pada kasus migraine atipikal, sedangkan MRI dan MRA lebih sensitif untuk mendeteksi aneurisma atau malformasi arteriovena.

Lumbal Pungsi (LP)

Lumbal pungsi dapat dilakukan pada pasien nyeri kepala dengan kecurigaan infeksi SSP. Pencitraan hendaknya dilakukan terlebih dahulu sebelum LP untuk menyingkirkan kemungkinan massa atau peningkatan tekanan intrakranial.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien migraine adalah laju endap darah (LED) dan C-reactive protein (CRP). Pemeriksaan ini bisa menyingkirkan kemungkinan penyakit kepala akibat inflamasi seperti arteritis temporal.[1,2,13-15]

 

Penulisan pertama: dr. Yudhistira Kurnia

Referensi

1. Chawla J. Migraine Headache. Medscape. 2021. http://emedicine.medscape.com/article/1142556-overview#a1
2. Silberstein SD. Migraine. MSD Manual. 2021. https://www.msdmanuals.com/professional/neurologic-disorders/headache/migraine
13. Giannini G, Cevoll S, Sambati L, et al. Migrain: Risk Factor and Comorbidity. Neurol Sci. 2012 May;33 Suppl 1:S37-41.
14. Headache Classification Committee of the International Headache Society (IHS). The International Classification of Headache Disorders, 3rd edition. Cephalalgia. 2013 Jul;33(9):629-808.
15. Lipton RB, Diamond S, Reed M, et al. Migraine diagnosis and treatment: results from the American Migraine Study II. Headache. 2001 Jul-Aug;41(7):638-45.

Epidemiologi Migren
Penatalaksanaan Migren

Artikel Terkait

  • Antibodi Monoklonal CGRP untuk Mencegah Migren
    Antibodi Monoklonal CGRP untuk Mencegah Migren
  • Profilaksis Migraine: Pemilihan Pasien dan Jenis Terapi
    Profilaksis Migraine: Pemilihan Pasien dan Jenis Terapi
  • Pilihan Terapi pada Migrain Menstrual
    Pilihan Terapi pada Migrain Menstrual
  • Aspirin Dosis Tinggi sebagai Terapi Migraine Akut
    Aspirin Dosis Tinggi sebagai Terapi Migraine Akut
  • Pedoman Tata Laksana Migraine 2024 - Ulasan Guideline Terkini
    Pedoman Tata Laksana Migraine 2024 - Ulasan Guideline Terkini

Lebih Lanjut

Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 14 jam yang lalu
Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau Aquabides berapa ml ya dok ?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Maaf dok, izin bertanya bila ada pasien gonore. Lalu mau diberikan Injeksk Ceftriaxon.  Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau...
Anonymous
Dibalas 1 jam yang lalu
Salbutamol dan metilprednisolon tablet
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin bertanya ada pasien bumil minum salbutamol hanya 3 tablet berturut-turut dan metilprednisolon 4mg 1 tablet saat asthmanya kambuh. Pasien UK...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.