Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Penyakit Huntington’s general_alomedika 2023-05-29T15:48:57+07:00 2023-05-29T15:48:57+07:00
Penyakit Huntington’s
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Penyakit Huntington’s

Oleh :
dr.Muhammad Ridwan
Share To Social Media:

Patofisiologi penyakit Huntington’s berhubungan dengan adanya protein mutagen (mhtt) yang bersifat toksik terhadap beberapa sel, terutama di otak. Kerusakan awal paling jelas terlihat di striatum, tetapi seiring berkembangnya penyakit, area lain di otak juga lebih jelas terpengaruh.

Gen huntingtin (HTT) diekspresikan di semua sel, dengan konsentrasi tertinggi ditemukan pada otak dan testis, serta dalam jumlah sedang di hati, jantung, dan paru. Gen HTT berinteraksi dengan protein yang terlibat dalam transkripsi, pensinyalan sel, dan transportasi intraseluler.[3–5]

Caspase, enzim yang berperan dalam mengkatalisis apoptosis, diperkirakan diaktifkan oleh gen yang bermutasi melalui kerusakan sistem ubiquitin-protease. Caspase juga bertindak sebagai agen antiapoptosis yang mencegah kematian sel terprogram dan mengontrol produksi faktor neurotropik otak, melindungi neuron dan mengatur neurogenesis. Oleh karena itu, penyakit ini bukan karena produksi HTT yang tidak memadai, tetapi oleh fungsi mhtt yang bersifat toksik.[3–5]

Perubahan Seluler

Beberapa perubahan seluler menjadi patogenesis toksisitas protein mutan (mhtt) menyebabkan penyakit Huntington’s. Dalam bentuk mutannya (yaitu poliglutamin), protein lebih rentan terhadap pembelahan yang menghasilkan fragmen pendek, di mana hal ini mengandung ekspansi poliglutamin.[6,7]

Fragmen protein ini memiliki kecenderungan untuk mengalami misfolding dan agregasi. Proses ini akan menghasilkan agregat fibrillar di mana untaian poliglutamin β non-asli dari beberapa protein ini terikat bersama melalui ikatan hidrogen. Seiring waktu, agregat akan terakumulasi untuk membentuk badan inklusi di dalam sel, yang pada akhirnya mengganggu fungsi neuron.[6,7]

Badan inklusi telah ditemukan di inti sel dan sitoplasma. Badan inklusi dalam sel otak merupakan salah satu perubahan patologis paling awal, dan beberapa eksperimen menemukan bahwa mereka dapat menjadi racun bagi sel.[6,7]

Beberapa mekanisme juga menunjukkan bahwa mhtt dapat menyebabkan kematian sel. Mhtt berinteraksi dengan caspase, yaitu enzim yang berperan dalam proses menghilangkan sel. Mhtt juga memiliki efek toksik glutamin pada sel saraf, serta gangguan produksi energi di dalam sel.

Selain itu, mhtt juga dapat mengganggu ekspresi gen. Protein huntingtin mutan juga memainkan peran kunci dalam terjadinya disfungsi mitokondria. Kerusakan transpor elektron mitokondria dapat mengakibatkan tingkat stres oksidatif yang lebih tinggi dan pelepasan spesies oksigen reaktif.[5,7]

Glutamin dikenal sebagai eksitotoksik jika ditemukan dalam jumlah besar, dan eksitotoksin ini dapat menyebabkan kerusakan pada banyak struktur seluler. Pada penyakit Huntington’s, glutamin tidak ditemukan dalam jumlah yang terlalu tinggi. Akan tetapi, interaksi protein huntingtin mutan dengan banyak protein dalam neuron menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap glutamin. Proses ini menyebabkan peningkatan efek eksitotoksik meskipun jumlah glutamin normal.[8,9,22]

Perubahan Makroskopik

Perubahan makroskopik pada penyakit Huntington’s dapat terjadi pada otak secara keseluruhan, tetapi area tertentu lebih rentan daripada yang lain. Efek awal yang paling menonjol berada di bagian ganglia basal yang disebut striatum, yang terdiri dari nukleus kaudatus dan putamen. Daerah lain yang terkena termasuk substansia nigra, lapisan kortikal 3, 5, dan 6 dari neokorteks, hipokampus, sel Purkinje di cerebellum, inti tuberal lateral hipotalamus dan talamus.[10,11]

Area-area ini terpengaruh sesuai dengan struktur dan jenis neuron yang dikandungnya. Perubahan yang terjadi dapat berupa atrofinya struktur tersebut saat kehilangan sel. Neuron striatal medial adalah yang paling rentan, terutama neuron dengan proyeksi ke arah globus pallidus eksternal. Huntington’s juga menyebabkan peningkatan abnormal pada astrosit dan aktivasi sel imun otak, yaitu mikroglia.[10,11]

Ganglia basal merupakan bagian otak yang berperan dalam kontrol gerakan dan perilaku. Bagian ini yang paling terpengaruh pada awal terjadinya penyakit Huntington’s. Untuk memulai gerakan tertentu, korteks serebral mengirimkan sinyal ke ganglia basal yang menyebabkan pelepasan atau  penghambatan.[12,13]

Kerusakan pada ganglia basal dapat menimbulkan gerakan tidak menentu dan tidak terkendali yang dikenal sebagai chorea. Akibat ketidakmampuan ganglia basal untuk menghambat gerakan, penderita juga akan mengalami penurunan kemampuan untuk menghasilkan ucapan, menelan makanan dan cairan (disfagia).[12,13]

 

 

Direvisi oleh: Felicia Sutarli

Referensi

3. Goehler HUNTINGTON’S, Lalowski M, Stelzl U, et al. A protein interaction network links GIT1, an enhancer of huntingtin aggregation, to Huntington's disease. Molecular Cell. 2004;15 (6): 853–65
4. Glajch KE, Sadri-Vakili G. Epigenetic Mechanisms Involved in Huntington's Disease Pathogenesis". Journal of Huntington's Disease. 2015;4 (1): 1–15.
5. Cattaneo E, Zuccato C, Tartari M . Normal huntingtin function: an alternative approach to Huntington's disease. Nature Reviews Neuroscience. 2005;6 (12): 919–30.
6. Bates GP, Dorsey R, Gusella JF, et al. Huntington disease. Nature Reviews Disease Primers. 2015; 1: 15005.
7. Jimenez-Sanchez M, Licitra F, Underwood BR, Rubinsztein DC. Huntington's Disease: Mechanisms of Pathogenesis and Therapeutic Strategies. Cold Spring Harb Perspect Med. 2017 Jul 5;7(7):a024240. doi: 10.1101/cshperspect.a024240. PMID: 27940602; PMCID: PMC5495055.
10. Caron NS, Wright GEB, Hayden MR. Huntington Disease. 2020 Jun 11. In: Adam MP, Mirzaa GM, Pagon RA, et al., editors. GeneReviews®. Seattle (WA): University of Washington, Seattle; 1993-2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK1305/
11. McColgan P, Tabrizi SJ. Huntington's disease: a clinical review. Eur J Neurol. 2018 Jan;25(1):24-34. doi: 10.1111/ene.13413. Epub 2017 Sep 22. PMID: 28817209.
12. Kim A, Lalonde K, Truesdell A, Gomes Welter P, Brocardo PS, Rosenstock TR, Gil-Mohapel J. New Avenues for the Treatment of Huntington's Disease. Int J Mol Sci. 2021 Aug 4;22(16):8363. doi: 10.3390/ijms22168363. PMID: 34445070; PMCID: PMC8394361.
13. Duffy J. Motor Speech Disorders: Substrates, Differential Diagnosis, and Management (3rd ed.). St. Louis, Missouri: Elsevier. 2013; pp. 196–7.

Pendahuluan Penyakit Huntington’s
Etiologi Penyakit Huntington’s

Artikel Terkait

  • Pengeditan Genom: Potensi CRISPR untuk Terapi pada Penyakit
    Pengeditan Genom: Potensi CRISPR untuk Terapi pada Penyakit
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas 4 jam yang lalu
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas 28 menit yang lalu
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 5 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
2 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.