Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Perdarahan Subaraknoid Spontan monika-natalia 2024-07-09T15:51:19+07:00 2024-07-09T15:51:19+07:00
Perdarahan Subaraknoid Spontan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Perdarahan Subaraknoid Spontan

Oleh :
dr.Christian Permana
Share To Social Media:

Penatalaksanaan perdarahan subaraknoid spontan atau spontaneous subarachnoid hemorrhage (SAH) harus sudah dimulai sejak di unit gawat darurat (UGD), dengan menilai jalan napas, napas, dan sirkulasi tekanan darah. Penilaian awal ini penting untuk meminimalkan kerusakan otak sekunder akibat hipoksia, atau karena peningkatan tekanan tinggi intrakranial.[2,5]

Kemudian, penatalaksanaan lanjutan bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah tetap stabil, menurunkan tekanan intrakranial, dan menilai jika diperlukan tindakan operatif.[2,5]

Tata Laksana Jalan Napas dan Napas

Tata laksana awal SAH dengan menilai jalan napas pasien dan perlu dilakukan intubasi, jika nilai Glasgow coma scale (GCS) rendah atau pasien tidak mampu mempertahankan jalan nafasnya. Pemasangan intubasi harus dilakukan dengan hati-hati dan tambahan sedasi, untuk mencegah peningkatan tekanan darah mendadak.[2,5]

Tata Laksana Tekanan Darah dan Hemodinamik

Prioritas tata laksana selanjutnya adalah mengontrol tekanan darah. Tekanan darah yang direkomendasikan adalah tekanan sistolik <160 mmHg atau mean arterial pressure (MAP) <110 mmHg.[5,6]

Stabilisasi hemodinamik adalah dengan memastikan tekanan darah sistolik tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Jika sistolik <140 mmHg, dapat meningkatkan risiko iskemia otak. Sementara, jika sistolik >160 mmHg maka akan meningkatkan risiko pecah aneurisma berulang. Oleh karena itu, tekanan darah sistolik dianjurkan antara 140‒160 mmHg.[5,6]

Obat antihipertensi yang dapat diberikan adalah nicardipine, dengan ketentuan:

  • Dosis awal 5 mg/jam intravena
  • Dapat ditingkatkan 2,5 mg/jam setiap 5−15 menit hingga target tekanan sistolik tercapai
  • Dosis maksimal 15 mg/jam[5]

Pilihan obat lain adalah labetalol atau clevidipine, tetapi belum tersedia di Indonesia[5]

Penurunan Tekanan Darah Tidak Boleh Agresif

Penurunan tekanan darah sistolik tidak boleh terlalu agresif dan tidak dianjurkan <140 mmHg. Penurunan terlalu agresif akan meningkatkan risiko rebleeding hingga 14%, berbanding 6% jika tekanan darah >140 mmHg. Tekanan darah yang terlalu rendah juga meningkatkan risiko iskemik dan gangguan perfusi otak.[3]

Tata Laksana Antifibrinolitik

Pemberian antifibrinolitik, seperti asam traneksamat, juga dapat digunakan untuk mencegah terjadinya rebleeding. Dosis yang disarankan adalah 1 gram setiap 6 jam secara intravena, selama maksimal 72 jam.[3,4,7]

Pemberian antifibrinolitik tidak disarankan >72 jam, karena dapat meningkatkan risiko komplikasi tromboemboli dan dapat memicu kejang.[3,4,7]

Tata Laksana Suportif

Terapi SAH spontan tambahan adalah antinyeri seperti paracetamol atau tramadol, serta antimual seperti domperidone atau ondansetron. Terapi suportif ini bertujuan untuk mencegah efek valsava yang dapat meningkatkan tekanan darah dan tekanan intrakranial.[6]

Obat antiepilepsi, seperti fenitoin, juga perlu dipertimbangkan, karena +20% pasien SAH mengalami kejang sebelum sampai ke UGD, dan 5−10% pasien mengalami kejang saat di rumah sakit.[6]

Pada hari ke 3‒14 sejak onset SAH, pasien memiliki risiko mengalami delayed cerebral ischemia (DCI) akibat vasospasme pembuluh darah. Satu-satunya terapi farmakologi yang sudah diakui dapat membantu menurunkan risiko DCI adalah nimodipine oral, yang disarankan mulai diberikan dalam waktu 96 jam sejak onset SAH.[4,6]

Tata Laksana Operatif

Memperbaiki aneurisma merupakan terapi definitif pada SAH karena ruptur aneurisma. Dua teknik operasi utama dalam terapi ruptur aneurisma adalah endovascular coiling dan operasi terbuka clipping. Teknik clipping melalui kraniotomi.

Pemilihan kedua teknik operasi ini dipengaruhi beberapa faktor, seperti lokasi, bentuk dan ukuran aneurisma, usia dan penyakit penyerta pasien, ketersediaan fasilitas, keahlian dan pengalaman dari tim bedah. Jika aneurisma dapat diterapi baik dengan endovascular coiling maupun operasi terbuka clipping, maka tindakan endovascular coiling lebih direkomendasikan.[2,3,6,7]

The,Treatment,Of,Cerebral,Aneurysm,With,Endovascular,Coiling.

Gambar 3. Tindakan definitive ruptur aneurisma dengan tindakan endovascular coiling atau dengan operasi terbuka clipping

Hasil penelitian The International SAH Trial (ISAT) menunjukan bahwa tindakan endovascular coiling memiliki risiko disabilitas dalam 1 tahun (23,5%) yang lebih rendah daripada operasi terbuka clipping  (30,9%). Namun, kedua teknik ini tidak memiliki perbedaan pada mortalitas.[6]

Selain operasi perbaikan aneurisma, tindakan operasi pemasangan selang external ventricular drainage (EVD) diperlukan pada pasien dengan grade >2 WFNS scale. Pemasangan selang untuk menangani hidrosefalus akut yang dapat terjadi pada 20% pasien SAH akibat ruptur aneurisma.[4]

 

Referensi

2. Pinheiro RS, et.al. Spontaneous Subaracnoid Hemorrhage: Updated Clinical and Therapeutic Approach. Journal of Pharmacological, Chemistry and Biological Sciences. 2019;1(1);111-125.
3. Maher M, et.al. Treatment of Spontaneous Subarachnoid Hemorrhage Guidelines and Gaps. Stroke. 2020;51:1326-1332.
4. Macdonald RL, et.al. Spontaneous Subarachnoid Hemorrhage. Lancet. 2017;389:655-66.
5. Marcolini E, et.al. Approach to the Diagnosis and Management of Subarachnoid Hemorrhage. Western Journal of Emergency Medicine. 2019;20(2):203-211.
6. Patel S, et.al. Subarachnoid Hemorrhage in the Emergency Department. International Journal of Emergency Medicine. 2021;14:31
7. Dong Y, et.al. Chinese Stroke Association Guidelines for Clinical Management of Cerebrovascular Disorders: Executive Summary and 2019 Update of Clinical Management of Spontaneous Subarachnoid Haemorrhage. Stroke and Vascular Neurology. 2019;4(4):176-181.

Diagnosis Perdarahan Subaraknoid...
Prognosis Perdarahan Subaraknoid...

Artikel Terkait

  • Target Tekanan Darah pada Pasien dengan Pendarahan Intraserebral Akut
    Target Tekanan Darah pada Pasien dengan Pendarahan Intraserebral Akut
  • Asam Traneksamat Belum Terbukti Efektif untuk Perdarahan Intraserebral Akut
    Asam Traneksamat Belum Terbukti Efektif untuk Perdarahan Intraserebral Akut
  • Diagnosis Peningkatan Tekanan Intrakranial: Akurasi Tanda Klinis dan Pencitraan
    Diagnosis Peningkatan Tekanan Intrakranial: Akurasi Tanda Klinis dan Pencitraan
  • Manifestasi Klinis Peningkatan Tekanan Intrakranial
    Manifestasi Klinis Peningkatan Tekanan Intrakranial
  • Pendekatan Klinis dan Diagnosis Thunderclap Headache
    Pendekatan Klinis dan Diagnosis Thunderclap Headache

Lebih Lanjut

Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 13 jam yang lalu
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 13 jam yang lalu
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 8 jam yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.