Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Kanker Kolorektal general_alomedika 2025-01-13T08:10:33+07:00 2025-01-13T08:10:33+07:00
Kanker Kolorektal
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Kanker Kolorektal

Oleh :
dr. Pepi Nurapipah
Share To Social Media:

Diagnosis kanker kolorektal diawali dengan kecurigaan berdasarkan keluhan perdarahan gastrointestinal, benjolan di anus, dan perubahan pola buang air besar (BAB). Konfirmasi diagnosis memerlukan pemeriksaan penunjang kolonoskopi dan radiologi. Deteksi dini akan memperbaiki prognosis pasien dan menurunkan mortalitas.[1]

Anamnesis

Pasien kanker kolorektal bisa datang dengan keluhan perdarahan gastrointestinal, adanya benjolan di anus, atau perubahan pola buang air besar (BAB). Identifikasi red flags tinja berdarah dapat membantu dokter mengarahkan kecurigaan terhadap kanker kolorektal. Diare kronis umumnya mengindikasikan kanker di kolon asendens, sedangkan gejala obstruksi seperti konstipasi dan bentuk feses abnormal mengindikasikan kanker di kolon desendens.[6,10]

Gejala lain yang dapat muncul adalah gejala umum kanker, seperti lemah, penurunan berat badan, atau nyeri perut. Pasien kanker kolorektal umumnya berusia >40‒50 tahun. Apabila kanker terjadi pada pasien usia lebih muda, maka gejala yang muncul seringkali tidak khas.[6]

Faktor risiko yang perlu ditanyakan di antaranya riwayat polip adenomatosa, inflammatory bowel disease (IBD), dan riwayat kanker kolorektal pada keluarga. Gaya hidup juga perlu digali lebih lanjut, termasuk kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan aktivitas fisik.[1]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik generalisata, dapat ditemukan penurunan berat badan pada pasien. Pasien bisa tampak pucat karena anemia akibat perdarahan samar kronis atau anemia defisiensi besi. Terkadang bisa didapatkan nyeri tekan abdomen, massa pada palpasi abdomen, ataupun ascites.

Pada digital rectal examination, bisa ditemukan benjolan pada anus, perdarahan pada rektum, dan gangguan tonus sfingter ani.[1,6]

Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding kanker kolorektal yang perlu dipertimbangkan adalah karsinoma usus kecil, limfoma gastrointestinal, inflammatory bowel disease, dan divertikulitis.

Karsinoma Usus Kecil

Karsinoma usus kecil merupakan penyakit yang lebih jarang bila dibanding kanker kolorektal. Gejala umum mirip dengan kanker kolorektal yaitu lemah dan penurunan berat badan. Pasien juga bisa mengalami perdarahan gastrointestinal yang samar dan perubahan pola defekasi.

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menegakan diagnosis adalah CT scan atau MRI abdomen, karena endoskopi atau kolonoskopi hanya dapat menilai bagian proksimal atau distal usus saja.[11]

Limfoma Gastrointestinal

Limfoma gastrointestinal merupakan bagian dari limfoma ekstranodal, membentuk 5‒20% dari karsinoma yang banyak terjadi di lambung dan usus kecil. Limfoma gastrointestinal memiliki gejala yang tidak khas seperti mual, nyeri ulu hati, atau benjolan di bagian perut atas. Untuk membedakan limfoma gastrointestinal dengan kanker kolorektal, dapat dilakukan endoskopi dan pemeriksaan histopatologi.[12]

Inflammatory Bowel Disease

Inflammatory bowel disease (IBD) memiliki gejala lokal dan umum yang mirip dengan kanker kolorektal, seperti diare atau gejala obstruktif, buang air besar berdarah, nyeri perut, lemah, dan penurunan berat badan. Untuk membedakan dengan kanker kolorektal, dapat dilakukan kolonoskopi dan pemeriksaan histopatologi.[13]

Divertikulitis Usus Kecil

Divertikulitis merupakan peradangan pada benjolan berbentuk saku yang muncul di permukaan usus. Gejala awal yang muncul umumnya tidak spesifik, seperti nyeri ulu hati dan kembung. Apabila penyakit berkembang, pasien dapat mengalami perdarahan saluran cerna dan anemia, obstruksi saluran cerna, mual, dan muntah. CT scan atau rontgen abdomen dapat dilakukan untuk membedakan divertikulitis dengan kanker kolorektal.[13]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang berperan penting dalam mengonfirmasi diagnosis kanker kolorektal. Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan antara lain endoskopi, barium enema dengan kontras ganda, dan CT colonography. Beberapa pemeriksaan darah juga sudah diteliti akurasi diagnostiknya untuk skrining kanker kolorektal.[1]

Endoskopi

Endoskopi adalah prosedur diagnostik yang dianjurkan untuk menunjang diagnosis kanker kolorektal. Prosedur yang direkomendasikan adalah sigmoidoskopi karena >35% tumor terletak di sigmoid, atau kolonoskopi total. Kolonoskopi memiliki keuntungan yaitu tingkat sensitivitas untuk diagnosis adenokarsinoma atau polip kolorektal adalah 95%, serta dapat digunakan sebagai alat diagnostik (biopsi) dan terapi (polipektomi).

Kolonoskopi juga mampu mengidentifikasi dan melakukan reseksi synchronous polyp, serta tidak memaparkan pasien pada radiasi. Kekurangan kolonoskopi adalah 5-30% prosedur dilaporkan tidak dapat mencapai sekum. Selain itu, sering kali prosedur ini membutuhkan sedasi intravena dan terdapat risiko lokalisasi tumor tidak akurat.

Pedoman Kementrian Kesehatan Indonesia merekomendasikan kolonoskopi dilakukan pada semua kasus yang dicurigai kanker kolorektal. Apabila kolonoskopi tidak dapat dilakukan, maka tindakan yang disarankan adalah sigmoidoskopi dilanjutkan dengan barium enema kontras ganda.[14]

Barium Enema dengan Kontras Ganda

Pedoman Kementrian Kesehatan menyarankan pemeriksaan barium enema dengan kontras ganda untuk mendiagnosis kanker kolorektal. Pemeriksaan ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu sensitivitas berkisar 65‒95%, tingkat keberhasilan prosedur sangat tinggi, tidak memerlukan sedasi, dan telah tersedia hampir di seluruh rumah sakit.[14]

Namun, perlu diketahui bahwa pemeriksaan ini memiliki beberapa kekurangan, yaitu kurang dapat mendeteksi lesi T1, akurasi dilaporkan rendah dalam mendiagnosis lesi di rektosigmoid dengan divertikulosis dan di sekum, sering tidak mendeteksi lesi tipe datar dan polip yang berukuran <1 cm, dan pasien terpapar radiasi.[1]

CT Colonography

Tidak semua rumah sakit bisa melakukan pemeriksaan ini. Alat CT scan harus memiliki kemampuan rekonstruksi multiplanar dan 3D volume rendering agar bisa melakukan CT colonography. CT colonography dilaporkan memiliki sensitivitas baik untuk mendiagnosis kanker kolorektal, serta memiliki profil keamanan dan tolerabilitas yang baik.

Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi keadaan di luar kolon, sehingga mampu menentukan stadium, invasi lokal, metastasis hepar, serta kelenjar getah bening. Namun, modalitas pemeriksaan ini tidak dapat mendiagnosis polip <10 mm, memaparkan pasien pada radiasi, tidak dapat menetapkan atau menyingkirkan metastasis pada kelenjar getah bening jika tidak didapatkan pembesaran, serta tidak mampu melakukan biopsi ataupun polipektomi.[1]

Pemeriksaan Molekuler

Pemeriksaan molekuler belum dilakukan secara rutin, tetapi dapat bermanfaat dalam menentukan arah terapi kanker kolorektal berdasarkan mutasi atau perubahan genetik penyebab kanker. The American Society for Clinical Pathology, the College of American Pathologists (CAP), the Association for Molecular Pathology, and the American Society of Clinical Oncology (ASCO) merekomendasikan pemeriksaan mutasi RAS (termasuk KRAS dan NRAS), serta analisis mutasi BRAF V600 dengan instabilitas mikrosatelit (MSI) untuk menentukan prognosis penyakit.[6-8]

Saat ini, telah dikembangkan pemeriksaan multikanker dengan mendeteksi ctDNA (circulating tumor DNA ~ deoxyribonucleic acid) dengan menggunakan metode NGS (next-generation sequencing), termasuk untuk deteksi dini kenker kolorektal.

Penentuan Stadium Kanker Kolorektal

TNM staging merupakan sistem penetapan stadium kanker kolorektal berdasarkan standar internasional. T menggambarkan tumor primer, N menggambarkan keterlibatan nodus limfatik, dan M menggambarkan metastasis.[1,6,14]

Penentuan stadium kanker kolorektal adalah:

  • Stadium 0: Tis N0 M0
  • Stadium I: T1N0M0, T2N0M0
  • Stadium IIA: T3N0M0
  • Stadium IIB: T4aN0M0
  • Stadium IIC: T4bN0M0
  • Stadium IIIA: T1-2 N1/N1c M0; T1N2aM0
  • Stadium IIIB: T3-T4a N1/N1c M0; T2-T3 N2a M0; T1-T2N2bM0
  • Stadium IIIC: T4aN2aM0; T3-T4a N2b M0; T4b N1-N2 M0
  • Stadium IVA: T apa saja, N apa saja, dengan M1a
  • Stadium IVB: T apa saja, N apa saja, M1b
  • Stadium IVC: T apa saja, N apa saja, M1c [1,14]

Tabel 1. Penentuan Tumor Primer (T)

TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak terdapat tumor primer
Tis

Carcinoma in situ: intraepitel atau invasi lamina propria

T1 Tumor menginvasi submukosa
T2 Tumor menginvasi muscularis propria
T3 Tumor menginvasi muscularis propria ke jaringan kolorektal.
T4a Tumor berpenetrasi ke permukaan peritoneum
T4b Tumor secara langsung menginvasi atau menempel ke organ atau struktur lain

Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan, 2018.[14]

Tabel 2. Penentuan Keterlibatan Kelenjar Getah Bening (N)

NX Nodus limfatik regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis nodus limfatik regional
N1 Metastasis di 1‒3 nodus limfatik regional
N1a Metastasis di 1 nodus limfatik regional
N1b Metastasis di 2‒3 nodus limfatik regional
N1c Tumor terdeposit di jaringan subserosa, mesenteri, atau jaringan perirektal tanpa metastasis nodus regional
N2 Metastasis di >4 nodus limfatik regional
N2a Metastasis di 4‒6 nodus limfatik regional
N2b Metastasis di >7 nodus limfatik regional

Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan, 2018.[14]

Tabel 3. Penentuan Metastasis (M)

M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
M1a Metastasis di 1 organ atau tempat
M1b Metastasis di >1 organ atau tempat atau perineum

Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan, 2018.[14]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Lotfollahzadeh S, Recio-Boiles A, Cagir B. Colon Cancer. 2022 Dec 3. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan. PMID: 29262132.
6. Dragovich T. Colon Cancer. Medscape, 2022. https://emedicine.medscape.com/article/277496-overview
7. Grady WM, Markowitz SD. The molecular pathogenesis of colorectal cancer and its potential application to colorectal cancer screening. Dig Dis Sci. 2015 Mar;60(3):762-72. doi: 10.1007/s10620-014-3444-4. Epub 2014 Dec 10. PMID: 25492499; PMCID: PMC4779895.
8. Imyanitov E, Kuligina E. Molecular testing for colorectal cancer: Clinical applications. World J Gastrointest Oncol. 2021 Oct 15;13(10):1288-1301. doi: 10.4251/wjgo.v13.i10.1288. PMID: 34721767; PMCID: PMC8529925.
10. Wang J, Huang SK, et al. Identification of a circulating microRNA signature for colorectal cancer detection. PLoS One. 2014 Apr 7;9(4):e87451. doi: 10.1371/journal.pone.0087451. PMID: 24709885; PMCID: PMC3977854.
11. Paraskevas Stamopoulos,et al. Intraluminal rectal cancer metastasis to the small bowel: An extremely rare case report. Mol Clin Oncol. 2017 Oct; 7(4): 553–556.
12. Stamopoulos P, Machairas N, et al. Intraluminal rectal cancer metastasis to the small bowel: An extremely rare case report. Mol Clin Oncol. 2017 Oct;7(4):553-556. doi: 10.3892/mco.2017.1374. Epub 2017 Aug 11. PMID: 29046790; PMCID: PMC5639415.
13. Clarke RC. Small Intestinal Diverticulosis Treatment & Management. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/185356-treatment
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.01.07/MENKES/406/2018 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Kanker Kolorektal. 2018.

Epidemiologi Kanker Kolorektal
Penatalaksanaan Kanker Kolorektal

Artikel Terkait

  • Carcinoembryonic Antigen dan Carbohydrate Antigen 19-9 untuk Skrining Kanker Gastrointestinal
    Carcinoembryonic Antigen dan Carbohydrate Antigen 19-9 untuk Skrining Kanker Gastrointestinal
  • Peran Protektif Diet Tinggi Serat dan Gandum Utuh terhadap Penyakit Kardiovaskular, Diabetes, dan Kanker
    Peran Protektif Diet Tinggi Serat dan Gandum Utuh terhadap Penyakit Kardiovaskular, Diabetes, dan Kanker
  • Skrining Kanker Kolorektal: Kapan dan Bagaimana?
    Skrining Kanker Kolorektal: Kapan dan Bagaimana?
  • Kolonoskopi untuk Skrining Kanker Kolorektal Tidak Mengurangi Kematian – Telaah Jurnal Alomedika
    Kolonoskopi untuk Skrining Kanker Kolorektal Tidak Mengurangi Kematian – Telaah Jurnal Alomedika
  • Pemeriksaan Darah untuk Skrining Kanker Kolorektal – Telaah Jurnal Alomedika
    Pemeriksaan Darah untuk Skrining Kanker Kolorektal – Telaah Jurnal Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Ciho Olfriani
Dibalas 10 Februari 2021, 13:10
Asupan oral dini vs penundaan diet pascabedah kolorektal - Bedah Ask the Expert
Oleh: dr.Ciho Olfriani
4 Balasan
ALO, dr. Sonny!Izin bertanya, Dok. Dalam praktik sehari-hari, klinisi masih sering bertumpu pada kembalinya bising usus sebagai acuan pemberian makan...
dr.Nikko Vanda Limantara
Dibalas 18 Agustus 2020, 12:05
Info Webinar - Translating Evidence Into Clinical Practice in Metastatic Colorectal Cancer Management
Oleh: dr.Nikko Vanda Limantara
11 Balasan
Alo Docs!Izin menginfokan webinar terkaitTranslating Evidence Into Clinical Practice in Metastatic Colorectal Cancer Management
dr. Alfonsus Mario Eri Surya Djaya
Dibalas 21 April 2019, 20:34
Temuan benjolan pada usus saat sectio caesarea
Oleh: dr. Alfonsus Mario Eri Surya Djaya
5 Balasan
Selamat malam sejawat,Ijin bertanyaAda user yang mengatakan bahwa saat setelah selesai melakukan operasi sesar,dokter kandungan mengatakan ada banyak bentol...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.