Epidemiologi Tumor Pituitari
Menurut data epidemiologi, tumor pituitari menyumbang 10–15% dari seluruh kejadian tumor intrakranial. Tumor pituitari cukup umum ditemukan secara tidak sengaja pada autopsi dan pemeriksaan penunjang seperti MRI otak. Di Indonesia, studi mengestimasi ada 1–2 kasus tumor tumor hipofisis fungsional per 100.000 penduduk.[1,4,8]
Global
Tumor pituitari menyumbang 10–15% dari seluruh kejadian tumor intrakranial. Tumor pituitari ditemukan secara tidak sengaja pada sekitar 10% autopsi. Prolaktinoma dan Cushing disease lebih sering ditemukan pada wanita. Mayoritas kasus tumor pituitari ditemukan pada usia dewasa muda. Di Eropa, adenoma pituitari fungsional ditemukan pada <1 individu per 2.000 orang.[1,4]
Adenoma pituitari nonfungsional memiliki prevalensi 7–41,3 kasus per 1 juta orang dan insiden tahunannya adalah 0,65–2,34 kasus per 1 juta orang. Insiden adenoma pituitari nonfungsional meningkat dengan adanya adenoma yang ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan radiologi.[5,6]
Suatu meta analisis dari 32 autopsi serial menemukan frekuensi adenoma pituitari sebesar 10,5%. Pemeriksaan radiologi, salah satunya MRI otak, menemukan adenoma secara tidak sengaja pada 10–38% pemeriksaan. Beberapa studi populasi melaporkan prevalensi adenoma pituitari sebesar 1 per 865 orang hingga 1 per 2.688 orang.[5,7]
Indonesia
Menurut perkiraan Komite Penanggulangan Kanker Nasional, insiden tahunan untuk tumor hipofisis fungsional adalah 1–2 kasus per 100.000 orang. Angka ini kemungkinan lebih rendah daripada jumlah kasus sebenarnya karena ada kecenderungan tumor ini tidak terdiagnosis.[8]
Mortalitas
Meskipun ada komplikasi berupa metastasis dan apopleksi pituitari yang dapat bersifat fatal, tumor pituitari umumnya tidak menyebabkan kematian. Terapi medikamentosa, penggantian hormon, dan pembedahan berkontribusi pada penurunan kematian.[1]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur