Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Human Papillomavirus (HPV) general_alomedika 2022-11-29T09:03:06+07:00 2022-11-29T09:03:06+07:00
Human Papillomavirus (HPV)
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Human Papillomavirus (HPV)

Oleh :
dr. Inge Nandya H
Share To Social Media:

Penatalaksanaan pada infeksi human papillomavirus (HPV) seringkali tidak diperlukan terapi medikamentosa. Sebagian besar infeksi HPV bersifat swasirna dan akan sembuh dalam waktu 2 tahun. Meski demikian, kutil akibat infeksi HPV dapat mengalami rekurensi.[1,2]

Individu dengan kutil kulit dapat diterapi dengan eksisi, krioterapi, obat iritan atau imunomodulasi, dan pengangkatan laser. Tujuan dari modalitas tersebut adalah mengiritasi area secara manual atau kimiawi, untuk memicu respons imun inang dan membantu membersihkan jaringan yang terinfeksi.

Jika pasien imunokompeten, kutil anogenital dan orofaringeal dapat diobati dengan cara yang sama seperti kutil kulit. Apabila lesi berkembang menjadi karsinoma terkait HPV di lokasi ini, dapat dilakukan reseksi atau terapi kemoradiasi.

Lesi serviks dapat mengalami regresi tanpa intervensi apa pun. Wanita muda imunokompeten dengan dysplasia disarankan menjalani pemantauan dengan interval lebih pendek dibandingkan interval standar (3 tahun). Pemantauan dapat dilakukan dengan Pap smear, tes HPV, dan kolposkopi. Displasia serviks yang persisten pada usia berapapun atau displasia derajat tinggi pada wanita yang lebih tua, dapat diterapi dengan krioterapi, loop electrosurgical excision procedure (LEEP), atau eksisi cold knife cone (CKC). Jika terjadi progresi maligna, maka pasien perlu dipertimbangkan untuk menjalani reseksi, kemoterapi, atai radiasi.[1,5]

Medikamentosa

Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas, mortalitas, dan mencegah komplikasi. Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati infeksi HPV dirancang terutama untuk mengikis lesi berdasarkan sifat korosifnya.[1]

Asam Salisilat

Asam salisilat bersifat keratolitik, mengurangi ketebalan kutil, dan juga dapat merangsang respon inflamasi. Salep yang mengandung asam salisilat 17% dapat dibeli bebas di apotek. Asam salisilat memiliki harga yang murah, aplikasinya mudah, dan cukup efektif. Meski demikian, pengobatan dapat membutuhkan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Efek samping berupa dermatitis kontak dapat terjadi. Selain itu, untuk menghindari toksisitas sistemik, aplikasi harus dibatasi pada area tertentu saja.[1,3,6]

Podofilotoksin

Obat salep lain yang dapat diberikan adalah podofilotoksin. Tidak lebih dari 0,5 g gel per hari harus digunakan. Batasi total jaringan  yang dirawat hingga kurang dari 10 cm2.[1]

Asam Trikloroasetat

Asam trikloroasetat (TCA) digunakan sebagai kauterisasi kimia. TCA mendenaturasi dan menghancurkan protein dalam sel  kutil. Obat ini tidak mudah diserap oleh jaringan.

Pengobatan dengan larutan TCA 60-90% paling efektif bila mengobati beberapa lesi kecil yang lembab. Hilangnya kutil pada 70% pasien yang menerima hingga 6 perawatan TCA telah dilaporkan dalam suatu studi. Meski begitu, ada risiko efek samping ulserasi di area aplikasinya.[15]

Imiquimod

Imiquimod adalah amina heterosiklik non-nukleosida yang bertindak sebagai modulator respon imun yang dapat merangsang sitokin, termasuk interferon-α, interleukin-1, dan interleukin-6. Imiquimod diberikan 3 kali seminggu sebelum tidur dan dilanjutkan sampai kutil benar-benar hilang, hingga maksimal 16 minggu.[1,15]

Interferon Alfa

Interferon alfa adalah sitokin alami yang memiliki efek imunomodulator yang kuat dan efek antivirus langsung. Interferon alfa digunakan untuk pengobatan intralesi kutil anogenital eksternal dan kondiloma akuminatum. Obat disuntikkan ke dasar setiap kutil, sebaiknya melalui jarum 30-gauge, dalam dosis 3 juta IU, dengan frekuensi pemberian 3 kali per minggu selama 3 minggu. Untuk kutil besar, obat ini dapat disuntikkan di beberapa titik pinggiran lesi dengan dosis total 250.000 IU per kutil.[1]

5-Fluorouracil

5-fluorouracil (5-FU) dapat menyebabkan deskuamasi kimia pada kutil. Formulasi krim 5% dapat membantu dalam pengobatan beberapa kutil kelamin. 5-FU diberikan 1-3 kali per minggu selama beberapa minggu sesuai kebutuhan. Sebelum aplikasi, bersihkan area yang terkena secara menyeluruh. Hindari kontak dengan jaringan sehat. Oleskan obat tipis-tipis dan biarkan hingga benar-benar kering. Lap krim kering 3-10 jam setelah aplikasi.[1]

Sinecathecins

Salep sinecathecins dapat digunakan sebagai terapi pada infeksi HPV, terutama pada kutil area genitalia eksterna. Sebuah studi menunjukkan bahwa pasien yang diobati dengan 15% sinecatechins salep 3 kali per minggu hingga 16 minggu, klirens kutil anogenital diperoleh pada 57% dari 502 pasien.[1]

Tindakan Medis

Kuretase diikuti dengan kauterisasi adalah metode pengangkatan kutil yang masih banyak dipraktikkan. Tingkat keberhasilannya dilaporkan berkisar 65-85%. Risiko dari Tindakan ini adalah pembentukan jaringan parut dan rekurensi.[15]

Krioterapi

Krioterapi dapat mengatasi kutil dengan membekukan cairan intraseluler, mengakibatkan kerusakan sel. Metode ini efektif untuk sebagian besar kutil kulit sederhana dan untuk neoplasia intraepitel serviks derajat rendah (CIN I). Kekurangan utama dari prosedur ini adalah rasa tidak nyaman, ulserasi, dan keropeng di area perawatan.

Krioterapi dilakukan dengan mengoleskan nitrogen cair ke kutil menggunakan aplikator berujung kapas, cryoprobe, atau semprotan. Gas seperti dinitrogen oksida dan karbon dioksida, juga dapat digunakan. Setelah 2-4 perawatan dalam periode 6 hingga 12 minggu, 75-80% pasien mengalami pembersihan kutil secara total.[1]

Electrosurgery

Electrosurgery menggunakan arus frekuensi tinggi dapat digunakan untuk memotong dan mengentalkan kutil. Elektrodesikasi dengan jarum bipolar efektif digunakan untuk kutil kelamin eksternal. Sementara itu, LEEP umumnya digunakan untuk mengobati lesi intraepitel skuamosa serviks setelah konfirmasi dengan biopsi serviks, serta dapat pula digunakan untuk menghilangkan kutil kelamin eksternal yang besar.

Nyeri setelah Tindakan umum ditemukan. Nyeri dapat diobati dengan analgesik narkotik sistemik atau analgesic topical, seperti jeli lidocaine. Dalam suatu uji klinis, dilaporkan tingkat kekambuhan sebesar 22% dibandingkan dengan 44% untuk podofilin.[1]

Eksisi Bedah

Eksisi bedah sederhana dengan pisau bedah, gunting, atau kuret dapat dilakukan untuk menghilangkan kutil, terutama kutil kelamin besar, dan mengobati lesi intraepitel skuamosa pada traktus genital. Eksisi umumnya hanya digunakan pada kasus refrakter atau penyakit yang luas.[1]

Bedah Laser

Penguapan laser karbon dioksida biasanya digunakan untuk pengobatan penyakit HPV refrakter atau kutil ekstensif dari mukosa anogenital. Tindakan ini juga bermanfaat dalam pengobatan kutil periuretra dan vagina, serta lesi intraepitel skuamosa vagina. Tindakan ini adalah pengobatan pilihan untuk wanita hamil dengan lesi yang luas atau lesi yang tidak berespon terhadap TCA.[1]

Referensi

1. Gearhart PA, Randall TC, Buckley RM, Higgins RV. Human papillomavirus (HPV). Medscape, 2020. https://emedicine.medscape.com/article/219110-overview#a1.
2. Meites E, Gee J, Unger E, Markowitz L. Human papillomavirus. Centers for Disease Control and Prevention, 2021. https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/hpv.pdf.
3. Brianti P, De Flammineis E, Mercuri SR. Review of HPV-related diseases and cancers. New Microbiol. 2017 Apr;40(2):80-85. Epub 2017 Apr 3. PMID: 28368072.
5. Luria L, Cardoza-Favarato G. Human Papillomavirus. [Updated 2021 Jan 24]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
6. Stern PL, van der Burg SH, Hampson IN, et al. Therapy of human papillomavirus-related disease. Vaccine. 2012;30 Suppl 5(0 5):F71-F82. doi:10.1016/j.vaccine.2012.05.091
15. Das S. Human Papillomavirus Infection: Management and Treatment, Human Papillomavirus, Rajamanickam Rajkumar, IntechOpen, 2020. DOI: 10.5772/intechopen.92397.

Diagnosis Human Papillomavirus (...
Prognosis Human Papillomavirus (...

Artikel Terkait

  • Jadwal Vaksinasi HPV: Cukup Dua Kali
    Jadwal Vaksinasi HPV: Cukup Dua Kali
  • Tes HPV DNA Lebih Direkomendasikan untuk Skrining Kanker Serviks
    Tes HPV DNA Lebih Direkomendasikan untuk Skrining Kanker Serviks
  • Vaksin HPV Nonavalent vs Quadrivalent pada Dewasa Muda
    Vaksin HPV Nonavalent vs Quadrivalent pada Dewasa Muda
  • Red Flag Postcoital Bleeding
    Red Flag Postcoital Bleeding
  • Red Flag Perdarahan Intermenstrual
    Red Flag Perdarahan Intermenstrual

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 30 November 2022, 06:46
Risiko kanker serviks jika berhubungan badan sebelum vaksin HPV dosis keenam
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter, mau bertanya tentang Penggunaan vaksin HPV. Setahu saya Vaksin HPV dilakukan dengan urutan 0, 1, 6. Pertanyaan saya apakah individu yang sudah...
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 15 September 2022, 15:38
Penggunaan Darah Menstruasi pada Pembalut untuk Skrining Kanker Serviks - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Beberapa studi menunjukkan darah menstruasi patut dipertimbangkan sebagai sampel tes HPV sebagai skrining kanker serviks, karena memiliki...
Anonymous
Dibalas 30 Agustus 2022, 12:17
Konsul psikiater untuk kesehatan reproduksi pada pasien kanker serviks - Kedokteran Jiwa Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat siang, dr. Soeklola Muliady, Sp.KJ, MSi,   izin bertanya, Dok. Untuk pasien-pasien perempuan dengan kanker serviks post kemo dan radioterapi, apakah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.