Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Edukasi dan Promosi Kesehatan Pertusis general_alomedika 2023-06-07T15:49:02+07:00 2023-06-07T15:49:02+07:00
Pertusis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Edukasi dan Promosi Kesehatan Pertusis

Oleh :
dr. Putri Kumala Sari
Share To Social Media:

Edukasi dan promosi kesehatan pada pertusis berfokus pada pentingnya vaksinasi sesuai jadwal yang direkomendasikan. Jika pasien telah terkena pertusis, jelaskan pada pasien bahwa terapi antibiotik dini berperan penting dalam meningkatkan luaran klinis.[1,2,7]

Edukasi Pasien

Minta pasien yang sudah terkena pertusis untuk mengonsumsi antibiotik sesuai dosis dan durasi yang dianjurkan. Jelaskan bahwa pasien anak-anak sebaiknya tidak mengonsumsi antitusif kecuali atas petunjuk dokter.

Sarankan untuk menggunakan semprotan pelembap (mist humidifier) untuk membantu mengencerkan mukus dan meringankan batuk. Jika gejala sangat parah, pasien dapat disarankan untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering, setiap beberapa jam, untuk mencegah muntah. Minum cukup cairan untuk mencegah dehidrasi.

Jelaskan mengenai praktik kebersihan tangan yang baik untuk mencegah penyebaran penyakit. Tutup mulut dan hidung menggunakan tisu atau lengan atas saat batuk dan bersin, serta mencuci tangan dengan air dan sabun selama minimal 20 detik atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol.[2,7]

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Pencegahan dan pengendalian pertusis dilakukan dengan pemberian post-exposure antimicrobial prophylaxis (PEP) dan vaksinasi pertusis.[1,2,7]

Post-exposure Antimicrobial Prophylaxis (PEP)

PEP adalah kemoprofilaksis yang diberikan untuk melindungi individu yang telah terpapar dan memiliki risiko tinggi mengalami keparahan penyakit. PEP direkomendasikan pada individu berisiko tinggi dan individu kontak erat tanpa memandang status vaksinasinya.

Yang dimaksud individu berisiko tinggi adalah individu yang berisiko mengalami keparahan penyakit, komplikasi, hingga kematian. Ini mencakup bayi usia <1 tahun (terutama <4 bulan), wanita hamil trimester 3, individu dengan penyakit komorbid yang dapat menjadi eksaserbasi akibat pertusis, dan individu yang dalam kondisi penyakit kritis.

Yang dimaksud individu kontak erat yaitu individu yang tinggal serumah dengan penderita, individu yang bertemu dengan penderita dalam jarak 1 meter, individu yang berada dalam 1 ruangan dengan penderita selama ≥1 jam, petugas kesehatan yang merawat penderita, serta individu yang kontak langsung dengan sekresi oral dan saluran pernapasan dari penderita.

Pilihan PEP sama dengan terapi pertusis, yakni azithromycin, clarithromycin, dan erythromycin. Alternatif terapi adalah cotrimoxazole.[1,2,5]

Vaksinasi

Terdapat 2 jenis vaksin pertusis, yaitu vaksin sel utuh (whole-cell vaccine) dan vaksin aselular. Vaksin sel utuh mengandung keseluruhan bakteri yang telah dilemahkan, sedangkan vaksin aselular mengandung suatu bagian dari bakteri atau organisme tersebut.[1,2]

Vaksin yang digunakan saat ini adalah vaksin aselular, sedangkan vaksin sel utuh hanya digunakan jika vaksin aselular tidak tersedia. Efek samping vaksin aselular yang dapat terjadi lebih ringan, yaitu demam, kelelahan, nyeri kepala, muntah, diare, nyeri perut, dan reaksi lokal  di lokasi suntikan. Efek samping lain yang jarang terjadi yaitu reaksi alergi berat.[1,2,7]

Di Indonesia, vaksin pertusis diberikan dalam bentuk kombinasi dengan vaksin difteri, tetanus, polio, Haemophillus influenzae tipe B, dan hepatitis B. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali yakni pada saat bayi usia 2,3, dan 4 bulan. Booster diberikan saat anak usia 18 bulan dan antara 4-6 tahun.[1,7]

Vaksinasi Maternal:

Vaksinasi maternal bertujuan melindungi ibu dari pertusis, mencegah transmisi vertikal ke bayi, dan memberikan imunitas pasif ke bayi. Ibu hamil diberikan 1 dosis vaksin setiap kali kehamilan, yaitu pada saat usia kehamilan 27-36 minggu. Respon imun akan mencapai puncak dalam 2 minggu setelah pemberian.[2,5,7]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Maria Rossyani

Referensi

1. M. Lauria and C. P. Zabbo, Pertussis, Treasure Island (FL): StatPearls Publishing, 2022, PMID: 30085550.
2. Centers For Disease Control And Prevention. Pertussis (Whooping Cough). 2022. https://www.cdc.gov/pertussis/clinical/index.html
5. Public Heath England. Guidelines for the Public Health Management of Pertussis in England. 2018. https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/762766/Guidelines_for_the_Public_Health_management_of_Pertussis_in_England.pdf
7. Bocka JJ. Pertussis. 2023. https://emedicine.medscape.com/article/967268-overview

Prognosis Pertusis
Panduan E-Prescription Pertusis
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 11 Desember 2022, 11:18
Apakah masih diperlukan vaksinasi DPT jika sedang mengalami pertusis?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodok,izin bertanya TS, seorang anak usia 5 tahun dengan diagnosa Pertussis, dengan riwayat belum pernah immunisasi DPT, apakah masih diperlukan vaksinasi...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.