Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Panduan E-Prescription Pertusis annisa-meidina 2023-06-07T15:50:11+07:00 2023-06-07T15:50:11+07:00
Pertusis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Panduan E-Prescription Pertusis

Oleh :
dr. Putri Kumala Sari
Share To Social Media:

Panduan berikut diharapkan dapat membantu dokter untuk mengenali, mendiagnosis dan memberikan penanganan yang tepat pada penyakit pertusis. Sebelum memberi resep secara online, dokter perlu memastikan pasien tidak memiliki kegawatdaruratan dan indikasi rawat, misalnya sianosis, sesak napas, dan tanda dehidrasi.

Tanda dan Gejala

Gejala pertusis berbeda-beda di setiap fase perjalanan penyakitnya. Pada fase kataral, gejala yang dapat muncul antara lain demam ringan, malaise, lakrimasi, injeksi konjungtiva, kongesti nasal, rinorea, nyeri tenggorokan, bersin, dan batuk kering ringan namun progresif.

Pada fase paroksismal, demam mulai menurun dan mulai muncul whooping cough yang terjadi secara paroksismal. Selama episode paroksismal, dapat terjadi sianosis, diaforesis, ataupun apnea.

Pada fase konvalesen, frekuensi, durasi, dan keparahan batuk paroksismal menurun, digantikan oleh batuk non-paroksismal ringan (batuk residu) dan pulih dalam 2-3 minggu atau batuk non-paroksismal dapat berlanjut hingga ≥ 6 minggu.[1,2]

Peringatan

Sebelum memberi terapi secara online, pastikan bahwa pasien tidak memiliki tanda kegawatdaruratan dan indikasi rawat inap. Jika pasien masih bayi atau lansia, mengalami sesak napas, sianosis, dehidrasi, atau tidak dapat mentoleransi asupan per oral, dokter sebaiknya merujuk pasien untuk pemeriksaan langsung.

Azithromycin adalah satu-satunya pilihan antibiotik yang dapat diberikan untuk neonatus (<1 bulan), sedangkan erythromycin dan clarithromycin diketahui berisiko menyebabkan infantile hypertrophic pyloric stenosis (IHPS) pada neonatus, termasuk pada neonatus yang disusui oleh ibu yang mengonsumsi erythromycin.

Cotrimoxazole berisiko menimbulkan kernikterus pada bayi, sehingga tidak boleh diberikan untuk ibu hamil, menyusui, dan bayi <2 bulan.

Antibiotik sebaiknya tidak diberikan pada pasien pediatrik. Pemberian antitusif pada anak telah dikaitkan dengan berbagai bahaya. Apabila pasien ingin mengonsumsi antitusif, sarankan untuk menjalani pemeriksaan langsung terlebih dulu.[2]

Medikamentosa

Pilihan antibiotik yang direkomendasikan untuk terapi pertusis yaitu azithromycin, clarithromycin, dan erythromycin, dengan alternatif lain cotrimoxazole.[2]

Azithromycin

Dosis azithromycin untuk neonatus, bayi, dan anak yaitu 10 mg/kg sekali sehari selama 3 hari. Untuk dewasa, diberikan 500 mg sekali sehari selama 3 hari.[5]

Clarithromycin

Dosis clarithromycin untuk neonatus < 1 bulan yaitu 7,5 mg/kg diberikan 2 kali sehari selama 7 hari.

Untuk usia 1 bulan-11 tahun, dosis diberikan berdasarkan berat badan:

  • <8 kg diberikan dosis sama dengan dosis neonatus;
  • 8-11 kg diberikan dosis 62,5 mg 2 kali sehari selama 7 hari
  • 12-19 kg diberikan dosis 125 mg 2 kali sehari selama 7 hari
  • 20-29 kg diberikan dosis 187,5 mg 2 kali sehari selama 7 hari
  • 30-40 kg diberikan dosis 250 mg 2 kali sehari selama 7 hari

Untuk usia ≥12 tahun, termasuk dewasa, diberikan dosis 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.[5]

Erythromycin

Dosis erythromycin untuk usia 1-23 bulan yaitu 125 mg/6 jam selama 7 hari.

Untuk anak usia 2-7 tahun diberikan dosis 250 mg/6 jam selama 7 hari.

Untuk usia ≥8 tahun, termasuk dewasa, diberikan dosis 500 mg/6 jam selama 7 hari.[5]

Pemberian pada Ibu Hamil

Azithromycin dan erythromycin sama-sama termasuk kategori B berdasarkan FDA, namun penggunaan erythromycin pada ibu hamil lebih direkomendasikan.

Clarithromycin termasuk kategori C berdasarkan FDA sehingga tidak diberikan pada ibu hamil. Cotrimoxazole dikontraindikasikan untuk ibu hamil dan menyusui.[5]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Maria Rossyani

Referensi

1. M. Lauria and C. P. Zabbo, Pertussis, Treasure Island (FL): StatPearls Publishing, 2022, PMID: 30085550.
2. Centers For Disease Control And Prevention. Pertussis (Whooping Cough). 2022. https://www.cdc.gov/pertussis/clinical/index.html
5. Public Heath England. Guidelines for the Public Health Management of Pertussis in England. 2018. https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/762766/Guidelines_for_the_Public_Health_management_of_Pertussis_in_England.pdf

Edukasi dan Promosi Kesehatan Pe...
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 11 Desember 2022, 11:18
Apakah masih diperlukan vaksinasi DPT jika sedang mengalami pertusis?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodok,izin bertanya TS, seorang anak usia 5 tahun dengan diagnosa Pertussis, dengan riwayat belum pernah immunisasi DPT, apakah masih diperlukan vaksinasi...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.