Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Edukasi dan Promosi Kesehatan Rabies general_alomedika 2022-10-17T09:54:18+07:00 2022-10-17T09:54:18+07:00
Rabies
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Edukasi dan Promosi Kesehatan Rabies

Oleh :
dr. Putri Kumala Sari
Share To Social Media:

Edukasi dan promosi kesehatan terkait pencegahan pra dan pasca pajanan rabies sangat penting dalam keberhasilan manajemen. Hal ini karena rabies yang terlanjur bergejala umumnya berakhir pada kematian. Oleh karena itu, langkah pencegahan adalah langkah vital dalam menurunkan angka kejadian dan fatalitas kasus.[2]

Edukasi Pasien

Kegiatan edukasi dan promosi kesehatan di masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat mengenai faktor risiko, serta langkah yang dapat diambil untuk mengurangi paparan virus rabies. Kegiatan ini meliputi sosialisasi kepada masyarakat tentang gambaran rabies, penularan infeksi, penanganan pertama luka dan kewaspadaan faktor risiko.[5]

Masyarakat perlu diberikan edukasi mengenai cara penanganan pertama luka jika terpapar hewan yang diduga rabies dan segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.[2,4]

Kewaspadaan faktor risiko antara lain menghindari kontak dengan hewan liar, menghindari daerah endemi rabies, memelihara hewan peliharaan dengan pengawasan dan kendali yang baik, memberikan vaksin anti rabies pada hewan peliharaan secara berkala, dan melaporkan hewan dengan ciri-ciri rabies kepada Pusat Kesehatan Hewan.[2,6,7]

Kewaspadaan Terhadap Hewan yang Menularkan Rabies

Di Indonesia, hewan yang paling banyak menularkan rabies adalah anjing. Sampaikan mengenai ciri-ciri anjing yang mengidap rabies:

  • Perubahan perilaku hewan: tidak mengenal pemiliknya, tak menuruti perintah pemiliknya
  • Mudah terkejut
  • Mudah berontak bila ada provokasi
  • Bersembunyi di kolong tempat tidur, meja, atau kursi karena takut sinar/cahaya
  • Gelisah
  • Mengunyah benda-benda di sekitarnya
  • Berjalan mondar mandir bila di kandang
  • Beringas/terlalu agresif, menyerang terhadap obyek yang bergerak
  • Terjadi kelumpuhan tenggorokan (masalah menelan), kelumpuhan kaki belakang
  • Hipersalivasi[6]

Ciri-ciri hewan liar yang mengidap rabies yaitu nampak sakit, memiliki masalah menelan, hipersalivasi, terlalu agresif atau tiba-tiba menjadi jinak, nampak tidak bergerak, dan kelelawar yang tergeletak di tanah.[3]

Pentingnya Profilaksis Pasca Pajanan

Pada pasien yang sudah terpapar, edukasi mengenai tingkat fatalitas rabies. Tekankan pentingnya profilaksis pasca pajanan. Sampaikan bahwa pasien harus menyelesaikan regimen profilaksis untuk mencegah fatalitas akibat infeksi rabies.[1-5]

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Upaya pencegahan dan pengendalian rabies pada manusia meliputi pengendalian dan vaksinasi hewan yang berpotensi rabies, edukasi masyarakat yang berisiko terpapar, dan meningkatkan akses untuk mendapatkan penanganan kesehatan yang tepat. Upaya ini melibatkan koordinasi dari berbagai sektor, baik rabies center, Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan), Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, serta pemerintah pusat dan daerah. Tujuan dari koordinasi ini adalah untuk pelacakan hewan terduga rabies dan pemeriksaan sampel dari hewan tersebut, serta membantu memberikan informasi mengenai pola epidemiologi di daerah tersebut untuk kemudian dilakukan program pengendalian rabies.[3,7]

Pengendalian rabies pada hewan di Indonesia dilakukan dengan melakukan vaksinasi terhadap 70% populasi anjing, kucing, dan kera yang ada dalam jarak minimum 10 km di sekitar lokasi kasus rabies. Hewan yang mati karena rabies sebaiknya dibakar atau dikubur minimal sedalam 1 meter. Semua hewan yang sakit atau mati harus ditangani dengan tangan tertutup sarung tangan.[4,6]

Penanganan pasien rabies di fasilitas kesehatan tetap perlu memperhatikan kewaspadaan standar, seperti menggunakan gloves, goggle, dan masker, terutama jika melakukan intubasi atau suction.[3,5]

Profilaksis Pra Pajanan (pre-exposure prophylaxis/PrEP)

PrEP adalah vaksin yang diberikan pada individu yang berisiko terpapar rabies. Profilaksis pra pajanan diberikan berdasarkan kategori risiko berikut:

  • Kategori I (risiko tertinggi), yaitu pekerja laboratorium yang memeriksa virus rabies. Pada kategori risiko ini, direkomendasikan pemberian VAR sebanyak 2 dosis, yaitu pada hari ke-0 dan 7, kemudian dilakukan evaluasi titer antibodi serum (RFFIT) setiap 6 bulan
  • Kategori II, yaitu individu yang memiliki aktivitas sehari-hari kontak dengan kelelawar. Pada kategori risiko ini, direkomendasikan pemberian VAR sebanyak 2 dosis, yaitu pada hari ke-0 dan 7, kemudian dilakukan evaluasi titer antibodi serum (RFFIT) setiap 2 tahun
  • Kategori III, yaitu individu yang dikarenakan pekerjaan atau aktivitasnya sering berinteraksi dalam lebih dari 3 tahun ke depan dengan mamalia yang berpotensi rabies, termasuk individu yang bepergian ke daerah endemi rabies. Pada kategori risiko ini, direkomendasikan pemberian VAR sebanyak 2 dosis, yaitu pada hari ke-0 dan 7, kemudian evaluasi titer antibodi serum (RFFIT) setiap tahun selama 3 tahun, atau ditambah 1 dosis booster di antara minggu ke 3 sampai 3 tahun
  • Kategori IV, yaitu individu yang dikarenakan pekerjaan atau aktivitasnya sering berinteraksi dalam ≤3 tahun ke depan dengan mamalia yang berpotensi rabies. Pada kategori risiko ini, direkomendasikan pemberian VAR sebanyak 2 dosis, yaitu pada hari ke-0 dan 7, dan tidak perlu dilakukan monitor titer antibodi serum
  • Kategori V (risiko terendah), yaitu populasi umum. Tidak ada rekomendasi PrEP pada kategori risiko ini[2,3,5]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Sunita

Referensi

1. United Kingdom Health Security Agency. Guidelines on managing rabies post-exposure. 2021. https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/1037545/Guidelines_on_rabies_post-exposure_treatment___September_2021.pdf
2. World Health Organization. Rabies. 2021. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies
3. Centers For Disease Control And Prevention. Rabies. 2020. https://www.cdc.gov/rabies/about.html
4. Koury R, Warrington SJ. Rabies. [Updated 2021 Nov 9]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448076/
5. Gompf SG. Rabies. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/220967-overview
6. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi dan Analisis Rabies 2020. 2020. https://d3v.kemkes.go.id/publikasi/page/info-datin/situasi-dan-analisis-rabies
7. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Repbulik Indonesia. Petunjuk Teknis Rabies Center. 2020. https://www.dinkes.pulangpisaukab.go.id/2021/10/06/buku-petunjuk-teknis-rabies-center-2020/

Prognosis Rabies

Artikel Terkait

  • Protokol Profilaksis Rabies
    Protokol Profilaksis Rabies
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 25 Maret 2025, 13:23
Penggunaan vaksin anti rabies Verorab dan Rabivax selang seling apakah diperbolehkan?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter. Bagaimana penggunaan 2 jenis VAR yang ada di Indonesia, yakni Verorab dan Rabivax? Apakah bisa dipergunakan selang seling? Apabila vaksin-1...
Anonymous
Dibalas 01 Desember 2024, 00:42
Vaksin Rabies Post-Exposure bolehkan diberikan pada pasien sedang gastroenteritis akut
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin konsul dok laki-laki 25 tahun datang dengan lemas mual muntah dan mencret sejak 1 hari ini. Saat dilakukan observasi di igd, pasien baru...
Anonymous
Dibalas 21 September 2024, 22:01
Apakah luka cakaran kucing di alis perlu vaksin rabies?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Ijin bertanya sejawat semua, Saya ada pasien anak usia 8tahun, terkena cakaran kucing di alis sebelah kiri. Datang meminta vaksin rabies. Apakah memang kasus...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.