Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Rabies general_alomedika 2022-10-17T09:39:09+07:00 2022-10-17T09:39:09+07:00
Rabies
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Rabies

Oleh :
dr. Putri Kumala Sari
Share To Social Media:

Secara epidemiologi, penyakit rabies tersebar luas di seluruh dunia dan telah menjangkiti lebih dari 150 negara, terutama negara berkembang. Di Indonesia, sebagian besar kasus rabies terjadi akibat gigitan anjing.[2,6,7]

Global

Penyakit rabies endemik di semua benua, kecuali Antartika. Penyakit ini terjadi di lebih dari 150 negara di seluruh dunia dengan prevalensi yang lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan di negara-negara industri. Konsentrasi kasus rabies banyak terjadi pada populasi rentan, tingkat ekonomi rendah, dan daerah pedalaman.[2,5]

Rabies termasuk salah satu dari penyakit tropik yang terabaikan (neglected tropical diseases/NTD). Angka kasus rabies yang sebenarnya, baik angka insidensi maupun angka mortalitas, diperkirakan lebih besar dari data yang terlaporkan karena under-reporting dan berbagai faktor lainnya. Secara global, terdapat lebih dari 29 juta orang/tahun menerima post-exposure prophylaxis (PEP) akibat pajanan hewan terduga rabies. 40% kasus gigitan hewan terduga rabies adalah anak-anak di bawah 15 tahun.[2,6]

Reservoir virus rabies bervariasi di setiap negara atau daerah. Di negara maju, sebagian besar kasus rabies pada manusia berasal dari hewan liar, hanya 10% kasus berasal dari hewan domestik. Dominansi reservoir virus rabies yang dilaporkan secara global antara lain:

  • Eropa: rubah, kelelawar
  • Timur Tengah: serigala, anjing
  • Asia: anjing
  • Afrika: anjing, luwak, kijang
  • Amerika Utara: rubah, sigung, rakun, kelelawar pemakan serangga
  • Amerika Selatan: anjing, kelelawar vampir[5]

Indonesia

Di Indonesia, sebagian besar kasus rabies pada manusia berasal dari gigitan anjing yang terinfeksi, lainnya berasal dari kucing dan kera. Dari 34 provinsi di Indonesia, hanya 8 provinsi bebas rabies, yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Papua, Papua Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sedangkan 26 provinsi lainnya masih endemis rabies.

Data tahun 2015-2019 menunjukkan kasus gigitan hewan penular rabies dilaporkan berjumlah 404.306 kasus dengan 544 kematian. Lima provinsi dengan jumlah kematian tertinggi yaitu Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Kejadian luar biasa (KLB) rabies terakhir dilaporkan terjadi pada tahun 2019 di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.[6,7]

Mortalitas

Kejadian rabies pada manusia (maupun hewan) hampir selalu diakhiri dengan kematian (case fatality rate 100%). Sebagian besar kasus kematian rabies pada manusia terjadi akibat gigitan anjing terinfeksi.

Angka mortalitas penyakit rabies secara global berkisar antara 30.000-70.000 setiap tahunnya. Angka mortalitas rabies yang sebenarnya dapat lebih besar dari data yang terlaporkan karena under-reporting, terutama kematian pada anak usia 5-14 tahun.

Dampak kematian terutama terjadi di negara berkembang dengan mortalitas tinggi di Asia dan Afrika. Di negara maju, mortalitas dapat ditekan dengan adanya penggunaan PEP secara luas didukung oleh program-program preventif yang baik. 80% kematian akibat rabies terjadi di daerah pedalaman atau pedesaan, di mana kesadaran dan akses terhadap PEP terbatas atau tidak ada.[2,4]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Sunita

Referensi

2. World Health Organization. Rabies. 2021. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies
3. Centers For Disease Control And Prevention. Rabies. 2020. https://www.cdc.gov/rabies/about.html
4. Koury R, Warrington SJ. Rabies. [Updated 2021 Nov 9]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448076/
5. Gompf SG. Rabies. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/220967-overview
6. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi dan Analisis Rabies 2020. 2020. https://d3v.kemkes.go.id/publikasi/page/info-datin/situasi-dan-analisis-rabies
7. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Repbulik Indonesia. Petunjuk Teknis Rabies Center. 2020. https://www.dinkes.pulangpisaukab.go.id/2021/10/06/buku-petunjuk-teknis-rabies-center-2020/

Etiologi Rabies
Diagnosis Rabies

Artikel Terkait

  • Protokol Profilaksis Rabies
    Protokol Profilaksis Rabies
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 25 Maret 2025, 13:23
Penggunaan vaksin anti rabies Verorab dan Rabivax selang seling apakah diperbolehkan?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter. Bagaimana penggunaan 2 jenis VAR yang ada di Indonesia, yakni Verorab dan Rabivax? Apakah bisa dipergunakan selang seling? Apabila vaksin-1...
Anonymous
Dibalas 01 Desember 2024, 00:42
Vaksin Rabies Post-Exposure bolehkan diberikan pada pasien sedang gastroenteritis akut
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin konsul dok laki-laki 25 tahun datang dengan lemas mual muntah dan mencret sejak 1 hari ini. Saat dilakukan observasi di igd, pasien baru...
Anonymous
Dibalas 21 September 2024, 22:01
Apakah luka cakaran kucing di alis perlu vaksin rabies?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Ijin bertanya sejawat semua, Saya ada pasien anak usia 8tahun, terkena cakaran kucing di alis sebelah kiri. Datang meminta vaksin rabies. Apakah memang kasus...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.