Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Rabies general_alomedika 2022-10-17T09:37:30+07:00 2022-10-17T09:37:30+07:00
Rabies
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Rabies

Oleh :
dr. Putri Kumala Sari
Share To Social Media:

Patofisiologi rabies terdiri atas 2 fase, yaitu masuknya virus ke dalam tubuh, dan masuknya virus ke dalam otak.[3,4]

Masuknya Virus ke Dalam Tubuh

Virus rabies masuk melalui luka gigitan atau cakaran hewan terinfeksi. Inokulasi dalam jaringan otot terjadi di daerah luka dan virus mulai melakukan replikasi. Micro- ribonucleic acid (RNA) otot endogen akan terikat pada transkripsi virus dan membatasi produksi serta replikasi protein virus sedemikian rupa sehingga virus tidak terdeteksi oleh antigen-presenting cells (APC).

Setelah replikasi virus cukup atau dengan inokulum tingkat tinggi atau kerusakan saraf secara langsung, virus terikat pada motor neuron junctions pada reseptor asetilkolin nikotinik pasca sinaptik yang menginisiasi ambilan (uptake) ke dalam endplate motorik. Selanjutnya, terjadi propagasi virus secara cepat melewati akson motorik dan sinaps kimia menuju ganglia dan radiks neuron. Virus rabies berjalan sepanjang akson pada kecepatan 12-24 mm/hari sampai masuk ke dalam ganglion spinalis.[3,5]

Pada fase ini belum muncul gejala apapun (masa inkubasi). Masa inkubasi rabies umumnya berlangsung selama 2-3 bulan namun dapat bervariasi antara 1 minggu hingga lebih dari 2 tahun, tergantung pada lokasi inokulasi virus, keparahan luka, banyaknya persarafan di daerah luka, strain virus rabies, viral load, dan imunitas penderita. Pada masa inkubasi, virus rabies tidak terdeteksi oleh sistem imun, dan tidak ada respon antibodi terbentuk.[1-5]

Masuknya Virus ke Dalam Otak

Setelah mencapai sistem saraf pusat, virus akan melakukan replikasi dengan cepat dan menyebar luas pada kecepatan 200-400 mm/hari melalui reseptor-reseptor asetilkolin nikotinik di otak. Proses ini kemudian menyebabkan inflamasi otak berupa ensefalitis. Multiplikasi virus di dalam ganglion akan memunculkan gejala awal berupa nyeri dan parestesia di area inokulum.[3,5]

Selanjutnya, virus akan menyebar secara anterograde melalui jalur autonomik dan sensorik dari sistem saraf pusat ke organ dalam termasuk kelenjar saliva. Seiring dengan penyebaran virus ke organ dalam, gejala rabies mulai berprogresi ke arah perburukan dan rabies menjadi fatal dalam 7 hari. Selama progresi penyakit, virus tidak lagi aktif ataupun bereplikasi di jaringan.[3-5]

Virus rabies tidak merusak morfologi persarafan. Progresi ke arah fatal terjadi akibat blokade neurotransmiter menyeluruh dan disfungsi neurologi yang luas. Virion bekerja pada daerah sinaptik, dimana homologi sekuens asam amino antara reseptor neurotransmiter untuk asetilkolin (gamma-aminobutyric acid/GABA) dan glisin dapat menjelaskan mekanisme terikatnya virus pada reseptor tersebut yang lebih bersifat neurotoksik daripada sitotoksik.[3,5]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Sunita

Referensi

1. United Kingdom Health Security Agency. Guidelines on managing rabies post-exposure. 2021. https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/1037545/Guidelines_on_rabies_post-exposure_treatment___September_2021.pdf
2. World Health Organization. Rabies. 2021. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies
3. Centers For Disease Control And Prevention. Rabies. 2020. https://www.cdc.gov/rabies/about.html
4. Koury R, Warrington SJ. Rabies. [Updated 2021 Nov 9]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448076/
5. Gompf SG. Rabies. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/220967-overview

Pendahuluan Rabies
Etiologi Rabies

Artikel Terkait

  • Protokol Profilaksis Rabies
    Protokol Profilaksis Rabies
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 25 Maret 2025, 13:23
Penggunaan vaksin anti rabies Verorab dan Rabivax selang seling apakah diperbolehkan?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter. Bagaimana penggunaan 2 jenis VAR yang ada di Indonesia, yakni Verorab dan Rabivax? Apakah bisa dipergunakan selang seling? Apabila vaksin-1...
Anonymous
Dibalas 01 Desember 2024, 00:42
Vaksin Rabies Post-Exposure bolehkan diberikan pada pasien sedang gastroenteritis akut
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin konsul dok laki-laki 25 tahun datang dengan lemas mual muntah dan mencret sejak 1 hari ini. Saat dilakukan observasi di igd, pasien baru...
Anonymous
Dibalas 21 September 2024, 22:01
Apakah luka cakaran kucing di alis perlu vaksin rabies?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Ijin bertanya sejawat semua, Saya ada pasien anak usia 8tahun, terkena cakaran kucing di alis sebelah kiri. Datang meminta vaksin rabies. Apakah memang kasus...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.