Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Rubella general_alomedika 2022-11-02T08:58:10+07:00 2022-11-02T08:58:10+07:00
Rubella
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Rubella

Oleh :
dr.Alvi Muldani
Share To Social Media:

Rubella, disebut juga campak Jerman, adalah penyakit eksantematosa akut yang disebabkan oleh infeksi virus rubella. Rubella biasanya diawali dengan gejala demam yang tidak terlalu tinggi dan limfadenopati, yang diikuti dengan munculnya lesi makulopapular generalisata. Pada pasien tidak hamil, rubella merupakan penyakit yang ringan, self-limiting, dan jinak. Namun, infeksi rubella pada trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan kematian janin atau kelainan kongenital pada bayi.[1]

Sindrom rubella kongenital terjadi karena banyak faktor, mencakup nekrosis non-inflamasi dari epitel korion dan sel endotel, penghambatan penyusunan aktin intraseluler, dan upregulation sitokin dan interferon. Protein E1 pada rubella dapat mengikat glikoprotein oligodendrosit mielin (myelin oligodendrocyte glycoprotein/MOG). Kemampuan rubella dalam menginfeksi plasenta disertai adanya patologi saraf yang berkaitan dengan sindrom rubella kongenital (SRK) dan ekspresi MOG pada kedua jenis jaringan tersebut menimbulkan dugaan bahwa MOG adalah reseptor virus rubella.[2,3]

rash

Pemeriksaan serologi merupakan pemeriksaan yang paling sering dilakukan untuk diagnosis rubella. Infeksi rubella akut dapat dikonfirmasi dengan peningkatan signifikan antibodi rubella dalam serum sampel atau dengan terdeteksinya serum IgM anti-rubella. Serum harus diambil secara cepat, dalam 7 sampai 10 hari, setelah onset gejala dan diambil lagi 14-21 hari kemudian. Modalitas lain yang dapat dilakukan adalah dengan isolasi virus dan polymerase chain reaction (PCR).[4]

Sementara itu, diagnosis rubella kongenital dibantu adanya riwayat infeksi rubella maternal atau manifestasi klinis pada janin yang sesuai dengan infeksi rubella kongenital. Pada bayi, infeksi rubella kongenital dapat menyebabkan mikrosefali, hepatosplenomegali, limfadenopati, trombositopenia, dan kelainan penglihatan. Konfirmasi diagnosis rubella kongenital kemudian dilakukan melalui pemeriksaan serologi atau virologi dengan pengukuran antibodi terhadap virus rubella dari sampel ibu dan bayi.[1,4]

Hingga kini belum ada terapi spesifik yang terbukti memperpendek perjalanan penyakit rubella. Imunisasi dengan menggunakan vaksin virus rubella yang dilemahkan masih menjadi pendekatan preventif yang berfungsi untuk mencegah infeksi dan komplikasi penyakit rubella. Rasionalisasi penggunaan vaksin adalah untuk mencegah sindrom rubella kongenital melalui pengendalian infeksi rubella pascanatal.[1]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Sunita

Referensi

1. Leung AKC, Hon KL, Leong KF. Rubella (German measles) revisited. Hong Kong Med J. 2019 Apr;25(2):134-141. doi: 10.12809/hkmj187785. Epub 2019 Apr 10. PMID: 30967519.
2. Camejo Leonor M, Mendez MD. Rubella. [Updated 2022 Mar 15]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559040/
3. George S, Viswanathan R, Sapkal GN. Molecular aspects of the teratogenesis of rubella virus. Biol Res. 2019 Aug 28;52(1):47. doi: 10.1186/s40659-019-0254-3. PMID: 31455418; PMCID: PMC6712747.
4. Vueba AN, Sousa MC. Review Article: Advances and challenges in the diagnosis and prevention of Congenital Rubella Syndrome. Int J Clin Virol. 2020; 4:006-013. 2020.

Patofisiologi Rubella
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 23 Januari 2022, 20:55
Pasien laki-laki 29 tahun dengan Rubella
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya punya pasien laki laki 29tahun dg rubella. Diawali dg nyeri sekitar sendi, lalu badan hangat tp saat di cek suhu 37,3 tidak pernah samapi...
Anonymous
Dibalas 24 April 2020, 12:15
Cara mengatasi rubella pada kehamilan/pasca keguguran
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alodokter, saya dapat pertanyaan dari user bahwa istrinya mengalami keguguran, lalu dikuret, kemudian dites Rubella hasilnya IgG dan IgM nya positif. Dari...
dr.Dian Ayu Ekowati
Dibalas 01 April 2020, 10:00
Terapi untuk menghilangkan ruam secara cepat pada pasien usia 1th yang terdapat ruam kemerahan pada dada hingga punggung
Oleh: dr.Dian Ayu Ekowati
4 Balasan
Selamat sore ts, mohon bertanya. Os usia 1th, bb 10kg. keluhan demam 38,7 sudah 2 hari. Vital sign baik, tidak ada pembesaran kgb, batuk pilek disangkal,...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.