Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Strongyloidiasis general_alomedika 2024-01-24T09:52:20+07:00 2024-01-24T09:52:20+07:00
Strongyloidiasis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Patofisiologi Strongyloidiasis

Oleh :
dr. Michael Sintong Halomoan
Share To Social Media:

Patofisiologi strongyloidiasis bermula dari infeksi Strongyloides stercoralis yang memiliki kemampuan menekan imunitas penderita, menyebabkan autoinfeksi, hiperinfeksi, dan diseminasi.

Autoinfeksi

Strongyloides stercoralis merupakan spesies yang unik dibandingkan dengan spesies parasit gastrointestinal lain karena kemampuannya dalam menginfeksi ulang tubuh inangnya. Larva noninfektif akan berkembang menjadi larva infektif dalam tubuh inang dengan melanjutkan siklus migrasi tanpa perlu keluar dari tubuh inang. Larva infektif dapat menyebabkan autoinfeksi internal dengan masuk ke aliran darah melalui mukosa usus besar atau usus halus.

Larva juga dapat menyebabkan autoinfeksi eksternal dengan menembus kulit perianal dan masuk ke aliran darah. Setelah masuk ke aliran darah, larva akan bermigrasi menuju paru-paru dan mengulang siklus hidup. Pengulangan siklus hidup inilah yang dapat menyebabkan kekambuhan dan lama sembuh pada penderita strongyloidiasis di wilayah endemik.

Autoinfeksi umumnya dapat dicegah oleh sistem imun tubuh, kecuali pada penderita dengan penurunan cell-mediated immunity. Autoinfeksi meningkatkan kemungkinan perkembangan strongyloidiasis menjadi bentuk yang lebih berat, yaitu strongyloidiasis hyperinfection syndrome (HIS) dan disseminated strongyloidiasis (DS).[1,7]

Strongyloidiasis Hyperinfection Syndrome

Sindrom hiperinfeksi atau strongyloidiasis hyperinfection syndrome (HIS) merupakan fenomena di mana terdapat peningkatan jumlah cacing yang berlebihan tanpa penyebaran larva di luar siklus migrasi normal. Cacing dapat ditemukan di paru-paru, dan dapat menyebabkan gejala wheezing, sehingga terkadang salah diagnosis sebagai asma. Ditemukannya larva pada feses dan atau dahak merupakan salah satu kriteria penegakan diagnosis hiperinfeksi strongyloidiasis.

Hiperinfeksi terjadi karena multiplikasi dan migrasi berlebihan dari larva infektif pada kondisi penurunan imunitas. Pasien yang berisiko mengalami hiperinfeksi adalah pasien yang menjalani pengobatan dengan kortikosteroid, seperti methylprednisolone, atau imunosupresan, seperti tacrolimus.  Beberapa kasus hiperinfeksi, juga dapat terjadi pada pasien dengan sistem imun yang baik.[1,7]

Disseminated Strongyloidiasis

Strongyloidiasis diseminasi atau disseminated strongyloidiasis (DS) melibatkan penyebaran luas larva ke organ di luar traktus gastrointestinal yang tidak termasuk dalam bagian dari siklus hidup Strongyloides stercoralis. Berbagai macam organ dapat terlibat, seperti paru-paru, hati, jantung, ginjal, organ endokrin, dan sistem saraf pusat.

Pada diseminasi yang parah, dapat terjadi translokasi bakteri usus dan menyebabkan infeksi bakteri polimikroba. Pada kasus yang jarang, infeksi bakteri usus dapat menyebabkan meningitis.

Diseminasi strongyloidiasis merupakan kasus yang tidak selalu mengikuti sindrom hiperinfeksi. Gejala yang dialami penderita akibat diseminasi dapat serupa dengan septikemia gram negatif atau acute respiratory distress syndrome.[1,3,7]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

1. CDC. Strongyloidiasis. Resources for Health Professional. 2022. https://www.cdc.gov/parasites/strongyloides/health_professionals/index.html
3. Puthiyakunnon S, Boddu S, Li Y, Zhou X, Wang C, Li J, Chen X. Strongyloidiasis—an insight into its global prevalence and management. PLoS neglected tropical diseases. 2014 Aug 14;8(8):e3018.
7. Gonzales DJ, Chakraborty RK, Climaco A. Strongyloidiasis. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430775/

Pendahuluan Strongyloidiasis
Etiologi Strongyloidiasis

Artikel Terkait

  • Penatalaksanaan Askariasis Intestinal pada Anak Usia Bawah 6 Tahun
    Penatalaksanaan Askariasis Intestinal pada Anak Usia Bawah 6 Tahun
  • Enterobius vermicularis pada Kasus Appendicitis
    Enterobius vermicularis pada Kasus Appendicitis
  • Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
    Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
Diskusi Terkait
dr. Novia Mulia Pertiwi
Dibalas 16 Februari 2024, 11:29
Keluar ulat di sela jari kuku kaki
Oleh: dr. Novia Mulia Pertiwi
4 Balasan
Alo dokter, ijin untuk berdiskusi.Seorang pasien berusia 60th, laki2.Awalnya mengeluhkan terasa gatal dan berair pd bagiam sela kuku jari jempol kaki, yg...
Anonymous
Dibalas 18 Desember 2023, 07:59
Obat cacing untuk bayi usia 11 bulan
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin konsul dok, apakah obat cacing sudah bisa diberikan pada anak usia 11 bulan, dg bb 8,5 kgAnak mengeluh mudah diare, BB susah naik, conjungtiva sedikit...
dr.Rivia Pricillia Pantow
Dibalas 01 Juni 2023, 18:02
Apakah obat cacing bisa diberikan pada anak usia di bawah 2 tahun?
Oleh: dr.Rivia Pricillia Pantow
2 Balasan
Alo dokter. Ijin berdiskusi yah saya mendapatkan pasien bayi 6 bln, untuk keluhannya keluar cacing kremi pada waktu bab, dan ada yang keluar lewat anus....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.