Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Trichuriasis annisa-meidina 2024-01-04T15:16:31+07:00 2024-01-04T15:16:31+07:00
Trichuriasis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Patofisiologi Trichuriasis

Oleh :
dr. Putri Kumala Sari
Share To Social Media:

Patofisiologi trichuriasis atau infeksi cacing cambuk diawali dengan ingesti telur Trichuris trichiura oleh manusia. Ini bisa terjadi jika tangan yang kotor menyentuh atau memasukkan sesuatu ke dalam mulut, ataupun melalui konsumsi sayur-sayuran atau buah-buahan yang tidak dicuci, dikupas, atau dimasak.

Setelah telur masuk ke dalam tubuh manusia, larva akan menetas di usus halus dan memanfaatkan nutrien dan mikroflora intestinal untuk bertumbuh dan berkembangbiak. Kemudian, larva akan migrasi ke sekum (cecum), melakukan penetrasi mukosa, dan menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa biasanya menetap di ileum terminal, kolon asenden, dan sekum.

Proses dari ingesti telur hingga menjadi cacing dewasa ini memakan waktu sekitar 3 bulan. Tanpa terapi, T. trichiura dapat hidup di dalam tubuh manusia hingga 1-4 tahun.[1-3]

Infeksi Usus

Di dalam usus, penetrasi mukosa oleh cacing tersebut akan menyebabkan destruksi sel dan aktivasi sistem imun host, yaitu eosinofil, limfosit, dan sel plasma. Reaksi imun tipe 2 yang dimediasi oleh sitokin seperti interleukin 25 (IL-25) akan terjadi dalam regulasi inflamasi traktus gastrointestinal. Reaksi inflamasi ini akan memunculkan gejala perdarahan rektum dan nyeri abdomen pada pasien, tergantung pada beban parasit (jumlah cacing yang menginfeksi).

Infeksi dengan beban parasit rendah umumnya asimtomatis, gejala baru muncul jika beban parasit cukup tinggi. Gejala yang muncul antara lain rasa tidak nyaman atau nyeri abdomen, nyeri saat defekasi, feses berlendir dan berdarah, defekasi nokturnal, diare atau konstipasi. Pada infeksi berat, dapat terjadi prolaps rektum, anemia, sindrom disentri, atau kolitis kronis.

Proses infeksi banyak terjadi di bagian distal kolon, namun pada infeksi dengan beban parasit yang lebih tinggi, infeksi dapat terjadi di keseluruhan kolon dan rektum. Pada trichuriasis tidak terjadi migrasi pulmoner sehingga tidak terdapat gejala pulmoner ataupun gejala di luar gastrointestinal.[1-3]

Transmisi Penyakit

Transmisi penyakit terjadi secara fekal-oral dan berkaitan dengan kurangnya sanitasi dan kebersihan personal. Di dalam tubuh host (manusia), cacing betina dapat bertelur hingga 3.000-20.000 telur/hari dalam 60-70 hari setelah infeksi.

Telur akan keluar dari tubuh host bersama feses saat defekasi, kemudian terdeposit di dalam tanah, terutama jika penderita defekasi di tanah atau jika feses digunakan sebagai pupuk. Telur yang keluar bersama feses host ini belum matang (belum berisi larva). Telur akan matang di dalam tanah dalam 2-4 minggu, dan menjadi infektif.

Transmisi fekal-oral terjadi jika telur teringesti oleh manusia, kemudian siklus hidup T. trichiura berlanjut dalam tubuh manusia dan menyebabkan infeksi.[1-3]

Referensi

1. Viswanath A, Yarrarapu SNS, Williams W. Trichuris trichiura Infection, Treasure Island (FL): StatPearls Publishing, 2023, PMID: 29939620.
2. Donkor K. Trichuris Trichiura (Whipworm) Infection (Trichuriasis). Medscape, 2023. https://emedicine.medscape.com/article/788570-overview
3. Centers For Disease Control And Prevention. Parasites - Trichuriasis (also known as Whipworm Infection). 2023. https://www.cdc.gov/parasites/whipworm/
4. Centers For Disease Control And Prevention. DPDx - Laboratory Identification of Parasites of Public Health Concern. Trichuriasis. 2017. https://www.cdc.gov/dpdx/trichuriasis/index.html
5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2017 Tentang Penanggulangan Cacingan. 2017. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._15_ttg_Penanggulangan_Cacingan_.pdf
6. Brahmantya IBY, et al. Risk Factors and Prevalence of Soil-transmitted Helminth Infections. Open Access Maced J Med Sci, 2020. 8(A):521-4. https://doi.org/10.3889/oamjms.2020.4440.
7. Lai YS, et al. Risk profiling of soil-transmitted helminth infection and estimated number of infected people in South Asia: A systematic review and Bayesian geostatistical Analysis. PLoS Negl Trop Dis, 2019. 13(8):e0007580. https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0007580
8. Chen YD, et al. Group on National Survey of Important Human Parasitic Diseases in China, Soil-transmitted helminthiasis in China: A national survey in 2014-2015, PLoS Negl Trop Dis, 2021. 15(10):e0009710. https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0009710
9. Sartorius J, et al. Prevalence and intensity of soil-transmitted helminth infections of children in sub-Saharan Africa, 2000-18: a geospatial analysis. Lancet Glob Health, 2021. 9(1):e52-e60. https://doi.org/10.1016/S2214-109X(20)30398-3
10. Kamdem CN, et al. Fine mapping of Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura and hookworm infections in sub-districts of Makenene in Centre Region of Cameroun. Sci Rep, 2022. 12(1):13935. https://doi.org/10.1038/s41598-022-18285-7
11. Chis Ster I, et al. The epidemiology of soil-transmitted helminth infections in children up to 8 years of age: Findings from an Ecuadorian birth cohort. PLoS Negl Trop Dis, 2021. 15(11):e0009972. https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0009972
12. Lee JJ, Ryu JS. Current Status of Parasite Infections in Indonesia: A Literature Review. Korean J Parasitol, 2019. 57(4):329-339. https://doi.org/10.3347/kjp.2019.57.4.329
13. Nasution RKA, Nasution BB, Lubis M, Lubis IND. Prevalence and Knowledge of Soil-Transmitted Helminth Infections in Mandailing Natal, North Sumatera, Indonesia. Open Access Maced J Med Sci, 2019. 7(20):3443-3446. https://doi.org/10.1016/j.actatropica.2019.105250
14. Kurscheid J, et al. Epidemiology of soil-transmitted helminth infections in Semarang, Central Java, Indonesia. PLoS Negl Trop Dis, 2020. 14(12):e0008907. https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0008907
15. World Health Organization. WHO Mortality Database: Trichuriasis. 2023. https://platform.who.int/mortality/themes/theme-details/topics/indicator-groups/indicators/indicator-details/MDB/trichuriasis
16. Gupta S. Whipworm. Medscape, 2023. https://emedicine.medscape.com/article/1000631-overview
17. MIMS. Mebendazole. 2023. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/mebendazole?mtype=generic
18. MIMS. Albendazole. 2023. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/albendazole?mtype=generic
19. MIMS. Ivermectin. 2023. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ivermectin?mtype=generic
20. Medscape. Ivermectin (Rx). 2023. https://reference.medscape.com/drug/stromectol-ivermectin-342657

Pendahuluan Trichuriasis
Etiologi Trichuriasis

Artikel Terkait

  • Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
    Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 23 jam yang lalu
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 23 jam yang lalu
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 17 jam yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.