Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Benzodiazepine Use Disorder general_alomedika 2024-03-06T08:13:13+07:00 2024-03-06T08:13:13+07:00
Benzodiazepine Use Disorder
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Benzodiazepine Use Disorder

Oleh :
dr.Adrian Prasetio SpKJ
Share To Social Media:

Penegakan diagnosis benzodiazepine use disorder cukup sulit karena gejala susah dibedakan dengan gangguan cemas dan gangguan panik. Diagnosis benzodiazepine use disorder atau penyalahgunaan benzodiazepine perlu dicurigai pada pasien yang cenderung melakukan doctor shopping, yakni berkunjung ke banyak dokter untuk meminta resep benzodiazepine. Dasar penegakan diagnosis adalah kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5 (DSM-5).[1-4]

Anamnesis

Pada umumnya, anamnesis dan pemeriksaan fisik harus mengevaluasi kriteria diagnostik penyalahgunaan benzodiazepine. Terdapat beberapa pokok anamnesis dari penyalahgunaan benzodiazepine yaitu anamnesis secara umum, anamnesis gejala putus zat, dan anamnesis gejala intoksikasi.

Anamnesis Tahap Awal

Pada anamnesis benzodiazepine use disorder tahap awal, yang ditanyakan adalah usia pertama kali, alasan menggunakan zat, dan jenis benzodiazepine yang digunakan. Dokter juga perlu mengidentifikasi kuantitas dan frekuensi penggunaan, termasuk jumlah terbanyak, efek subjektif pada tubuh, tanda ketergantungan, craving, jalur administrasi, aspek sosial dan tempat menggunakan. Tanyakan juga adanya periode tidak menggunakan zat, terapi yang pernah dijalani, dan riwayat penggunaan kronis.[1,3,11]

Anamnesis Gejala Putus Zat

Alprazolam banyak digunakan pada gangguan panik dan cemas. Karena waktu paruhnya yang pendek dan absorbsi yang cepat, alprazolam secara cepat mengurangi gejala. Namun hal ini juga mengakibatkan potensi penyalahgunaan yang besar karena lebih cepat menyebabkan adiksi. Gejala putus zat banyak ditemukan pada penyalahgunaan alprazolam.[4]

Gejala putus zat setelah penggunaan kronis benzodiazepine umumnya terjadi lebih cepat, terutama dengan obat masa kerja pendek, yaitu dalam 2-3 hari. Pada obat dengan kerja lebih panjang, gejala putus zat bisa terjadi dalam waktu lebih lama, sekitar 5-10 hari.

Gejala putus zat terkait penyalahgunaan benzodiazepine terbagi menjadi gejala fisik, psikologis, dan sensorik. Gejala fisik yang mungkin ditemukan adalah tegang otot, spasme, nyeri, gejala seperti influenza (berkeringat dan menggigil), sensasi seperti tertusuk (pins and needle), penurunan nafsu makan, takikardia, pandangan kabur, mulut kering, tinnitus, mengantuk hingga kejang. Kejang bisa terjadi ketika pemakaian benzodiazepine dihentikan secara mendadak.

Gejala psikologis yang sering terjadi adalah kecemasan, panik, gelisah, agitasi, depresi, perubahan mood yang cepat, gejala psikovegetatif (misalnya tremor), penurunan konsentrasi, gangguan tidur dan mimpi buruk. Paranoid, halusinasi, depersonalisasi, dan delirium dapat terjadi pada kondisi yang berat.[6]

Anamnesis Intoksikasi

Penggunaan benzodiazepine dalam dosis besar jarang menyebabkan toksisitas apabila tidak dikonsumsi bersamaan dengan depresan lain. Pasien dengan intoksikasi benzodiazepine umumnya masih sadar penuh dengan tanda vital yang cenderung normal. Dosis toksik dari benzodiazepine sulit ditentukan dengan baik karena bergantung pada usia, berat badan, genetik, dan toleransi pasien. Oleh karena itu, penggalian riwayat mengenai penggunaan zat sebelumnya penting dilakukan secara komprehensif.[5]

Gejala intoksikasi pada penggunaan benzodiazepine berdasarkan kriteria diagnostik DSM-5 meliputi bicara kacau (slurred speech), inkoordinasi, ketidakseimbangan dalam berjalan, nistagmus, gangguan kognitif (misalnya atensi dan memori), hingga yang berat adalah koma. Selain itu, mungkin juga didapatkan perubahan pada psikologis pasien, misalnya gangguan perilaku seksual, mood labil, dan gangguan dalam pertimbangan. Gangguan daya ingat adalah gejala intoksikasi benzodiazepine yang paling banyak ditemukan. Amnesia terjadi secara anterograd, menyerupai amnesia pada pasien intoksikasi alkohol.[6]

Anamnesis Lain-Lain

Faktor psikososial dapat mempengaruhi perilaku penyalahgunaan zat pada pasien. Beberapa pertanyaan yang bisa diajukan terkait faktor ini adalah situasi keluarga, bagaimana pertemanan pasien, penggunaan zat selain benzodiazepine, dan riwayat penyakit fisik.[6]

Riwayat penggunaan benzodiazepine bisa mengindikasikan penyalahgunaan zat, misalnya berganti-ganti dokter dan memanipulasi untuk mendapatkan obat lebih banyak. Lebih lanjut, beberapa perilaku pasien yang mengindikasikan penyalahgunaan adalah mencuri atau meminjam resep pasien lain, menginjeksi obat sediaan oral, mendapatkan obat dari sumber non medis, riwayat menyalahgunakan zat lain, meningkatkan dosis sendiri, dan melaporkan kehilangan resep terus menerus.[3]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari benzodiazepine use disorder adalah penyalahgunaan zat lainnya, gangguan psikiatri, serta gangguan fisik yang menyebabkan peningkatan tonus simpatik.

Alcohol Use Disorder

Gambaran klinis pada pasien dengan penyalahgunaan benzodiazepine mungkin mirip dengan intoksikasi dari depresan lainnya, misalnya alkohol. Banyak pasien yang menyalahgunakan alkohol juga menyalahgunakan benzodiazepine. Salah satu perbedaan intoksikasi alkohol adalah bau alkohol pada napas pasien.[1]

Gejala putus zat akibat alkohol juga menyerupai gejala putus zat pada benzodiazepine. Untuk membedakan kedua kondisi ini, penting bagi klinisi untuk melakukan anamnesis yang komprehensif mengenai riwayat penggunaan zat pasien. Gangguan fungsi hati dan kardiomiopati cenderung lebih sering terjadi pada gejala putus zat akibat alkohol.[6]

Gangguan Psikiatri

Diagnosis banding lainnya adalah diagnosis psikiatri sebagai gangguan primer yang menyebabkan pasien menggunakan benzodiazepine secara kronik, misalnya gangguan cemas, gangguan mood, atau schizophrenia.[1,6]

Gangguan Fisik yang Menyebabkan Peningkatan Tonus Simpatik

Gangguan lain yang bisa dijadikan diagnosis banding adalah gangguan fisik yang menyebabkan peningkatan tonus simpatik, misalnya hipertiroidisme, tirotoksikosis, atau pheochromocytoma.[1,6]

Kondisi Medis Umum

Gejala dari putus zat benzodiazepine mungkin menyerupai kondisi medis lain, misalnya hipoglikemia dan ketoasidosis diabetik. Kejang pada putus zat benzodiazepine bisa didapatkan juga pada beberapa kondisi lain, seperti infeksi atau trauma kepala. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik perlu ditanyakan riwayat demam atau trauma.[6]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat membantu membedakan benzodiazepine use disorder dengan diagnosis bandingnya.[7]

Pemeriksaan Substance Use Disorder

Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan yang mencakup deteksi zat dalam darah atau urine pasien, misalnya opioid, amfetamine, kokain, ganja, dan benzodiazepine. Hal ini karena pasien sering menyalahgunakan lebih dari satu zat.[7]

Pemeriksaan Laboratorium Darah

Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan glukosa darah, pemeriksaan fungsi hepar, fungsi ginjal, rapid test untuk HIV, pemeriksaan untuk hepatitis B dan hepatitis C, serta pemeriksaan untuk tuberkulosis. Pasien yang menyalahgunakan benzodiazepine juga berisiko mengalami infeksi karena penggunaan injeksi yang tidak aman. Pemeriksaan glukosa darah penting untuk menyingkirkan hipoglikemia yang juga bisa menyebabkan penurunan kesadaran.[6,7]

Pemeriksaan Urine

Interpretasi dari pemeriksaan urine perlu dilakukan secara hati-hati. Pemeriksaan tidak bisa membedakan benzodiazepine yang dikonsumsi dan hasil metabolitnya. Contohnya temazepam dan oxazepam merupakan metabolit dari diazepam, dan kedua zat ini mungkin terdeteksi pada pemeriksaan, yang membuat klinisi dapat mencurigai pasien menggunakan lebih dari satu zat.[12]

Elektrokardiografi

Elektrokardiografi perlu dilakukan untuk menyingkirkan penggunaan obat yang bisa memanjangkan segmen QT dan menyebabkan aritmia.[5]

CT Scan Kepala

CT scan kepala mungkin diperlukan pada pasien yang datang dengan penurunan kesadaran untuk menyingkirkan kelainan intrakranial.[5]

Kriteria Diagnosis DSM-5

Berdasarkan kriteria dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), adiksi benzodiazepine termasuk dalam klasifikasi gangguan penggunaan sedatif, hipnotik, dan ansiolitik. Substance use disorder didiagnosis ketika penggunaan zat menyebabkan gangguan klinis atau distress yang signifikan, yang ditunjukkan oleh setidaknya dua dari gejala-gejala berikut dalam periode 12 bulan terakhir:

  1. Menggunakan zat dalam jumlah yang makin lama makin banyak atau waktu penggunaannya lebih panjang daripada yang dimaksudkan sebelumnya,
  2. Ada keinginan yang persisten atau upaya yang gagal untuk menurunkan atau menghentikan penggunaan,
  3. Menghabiskan banyak waktu dalam aktivitas untuk mendapatkan, menggunakan, atau untuk pulih dari penggunaan zat,
  4. Craving atau keinginan yang kuat atau dorongan untuk menggunakan zat,

  5. Penggunaan zat yang berulang menyebabkan kegagalan dalam melakukan kewajiban di tempat kerja, sekolah, atau rumah (misalnya absen dari tempat kerja atau penurunan kinerja akibat penggunaan zat; absen, skorsing, atau bahkan dikeluarkan dari sekolah; menelantarkan anak atau rumah tangganya),
  6. Tetap meneruskan penggunaan zat, meskipun mengalami masalah yang persisten atau berulang dalam hubungan sosial atau interpersonal, yang disebabkan atau diperburuk oleh penggunaan zat
  7. Tidak mau atau mengurangi berbagai aktivitas sosial, pekerjaan, atau rekreasional penting akibat penggunaan zat
  8. Terus menggunakan zat, bahkan dalam situasi yang membahayakan secara fisik (misalnya ketika sedang mengendarai mobil, mengoperasikan alat berat)
  9. Terus menggunakan zat, meskipun mengalami masalah fisik dan psikologik persisten atau berulang, yang disebabkan atau diperburuk oleh penggunaan zat. Timbulnya toleransi, yang bermanifestasi sebagai: (a) Meningkatkan jumlah pemakaian untuk mendapatkan efek yang sama dengan sebelumnya; (b) Efek pemakaian yang semakin menurun dengan penggunaan zat pada dosis yang sama. Kriteria ini tidak bisa dipergunakan bila penggunaan sedatif, hipnotik, atau ansiolitik dilakukan di bawah pengawasan dokter,
  10. Didapatkan gejala-gejala putus zat

Secara tingkat keparahan, klasifikasi penyalahgunaan zat adalah:

  • Gangguan ringan (2-3 kriteria)
  • Gangguan sedang (4-5 kriteria)
  • Gangguan berat (≥6 kriteria)[6]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ

Referensi

1. Schmitz A. Benzodiazepine use, misuse, and abuse: A review. Ment Heal Clin. 2016;6(3):120–6.
2. Liu L, Jia L, Jian P, Zhou Y, Zhou J, Wu F, et al. The Effects of Benzodiazepine Use and Abuse on Cognition in the Elders: A Systematic Review and Meta-Analysis of Comparative Studies. Front Psychiatry. 2020;11(September).
3. NPS MEDICINEWISE. Managing benzodiazepine dependence in primary care. 2021. https://www.nps.org.au/news/managing-benzodiazepine-dependence-in-primary-care
4. Edinoff AN, Nix CA, Hollier J, Sagrera CE, Delacroix BM, Abubakar T, et al. Benzodiazepines : Uses , Dangers , and Clinical Considerations. 2021;594–607.
5. Kang M, Sassan Ghassemzadeh MAG. Benzodiazepine Toxicity - StatPearls - NCBI Bookshelf. Medscape.com. 2018. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482238/
6. APA. DSM-5-Tr. Angewandte Chemie International Edition, 2018. 6(11), 951–952. 10–27 p.
11. Ait-Daoud N, Hamby AS, Sharma S, Blevins D. A Review of Alprazolam Use, Misuse, and Withdrawal. J Addict Med. 2018 Jan/Feb;12(1):4-10. doi: 10.1097/ADM.0000000000000350. PMID: 28777203; PMCID: PMC5846112.
12. Kale N. Urine Drug Tests: Ordering and Interpreting Results. Am Fam Physician. 2019 Jan 1;99(1):33-39. PMID: 30600984.

Epidemiologi Benzodiazepine Use ...
Penatalaksanaan Benzodiazepine U...

Artikel Terkait

  • Hindari Penghentian Diazepam secara Tiba-Tiba
    Hindari Penghentian Diazepam secara Tiba-Tiba
  • Deteksi dan Manajemen Dini Substance Use Disorder oleh Dokter Layanan Primer
    Deteksi dan Manajemen Dini Substance Use Disorder oleh Dokter Layanan Primer
  • Pemberian Benzodiazepine dalam Dosis Tidak Tepat pada Status Epileptikus Refrakter – Telaah Jurnal Alomedika
    Pemberian Benzodiazepine dalam Dosis Tidak Tepat pada Status Epileptikus Refrakter – Telaah Jurnal Alomedika
  • Risiko Pemberian Benzodiazepine dalam Penanganan Insomnia pada Lansia
    Risiko Pemberian Benzodiazepine dalam Penanganan Insomnia pada Lansia
  • Peran Diazepam Per Rektal untuk Kejang pada Bayi
    Peran Diazepam Per Rektal untuk Kejang pada Bayi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 11 April 2025, 20:09
Bagaimana Pemberian Diazepam parenteral untuk Kejang dan berapa dosisnya?
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokterBagaimana pemberian diazepam parenteral untuk tatalaksana kejang? Apakah perlu diencerkan? Jika diencerkan berapa cc dan pemberian bolusnya berapa...
dr.Aisyah Farah Putri
Dibalas 08 Oktober 2024, 13:38
Resep lorazepam oleh dokter umum
Oleh: dr.Aisyah Farah Putri
4 Balasan
Alo dokter, sesuai ppk primer insomnia non organik termasuk kompentensi 4A tapi jika saya meresepkan lorazepam 1mg utk beli di luar, apotek selalu tidak...
dr. Uditia Alham Sakti, Sp.KJ
Dibuat 07 September 2024, 05:13
Kriteria diagnosis ketergantungan benzodiazepine
Oleh: dr. Uditia Alham Sakti, Sp.KJ
0 Balasan
Ketergantungan terjadi ketika pengguna obat menjadi kurang mampu mengontrol asupan suatu zat. Ketergantungan memiliki dua komponen: ketergantungan...
smmgp-benzodiazapines-guidance.pdf

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.