Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Gangguan Waham Menetap general_alomedika 2023-09-07T11:00:07+07:00 2023-09-07T11:00:07+07:00
Gangguan Waham Menetap
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Gangguan Waham Menetap

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Penatalaksanaan gangguan waham dilakukan menggunakan kombinasi antara psikoterapi, misalnya cognitive behavioral therapy dengan farmakoterapi. Pilihan farmakoterapi dapat dengan antipsikotik tipikal, misalnya haloperidol, atau antipsikotik atipikal, seperti olanzapine.

Psikoterapi

Psikoterapi yang efektif untuk gangguan waham menetap adalah psikoterapi individual, berorientasi insight, suportif, kognitif, dan behavioral. Dalam psikoterapi, sebaiknya tidak dilakukan konfrontasi terhadap waham pasien, tetapi lebih pada penekanan bahwa preokupasi pasien terhadap wahamnya menimbulkan distress bagi dirinya dan mengganggu kemampuannya untuk bisa hidup dengan lebih baik.[2]

Cognitive behavioral therapy (CBT) bisa digunakan untuk memperbaiki bias pengenalan informasi yang timbul akibat waham, sensitivitas interpersonal, gaya reasoning, kecemasan, dan insomnia.[14,15]

Metacognitive training adalah terapi yang dikembangkan untuk membantu pasien dengan waham untuk mengenali pola pikir disfungsionalnya. Meskipun awalnya dikembangkan untuk schizophrenia, tetapi terapi ini juga bermanfaat pada pasien dengan gangguan waham lain, termasuk gangguan waham menetap.[16]

Medikamentosa

Pasien-pasien gangguan waham menetap yang mengalami agitasi sebaiknya mendapatkan antipsikotik lewat injeksi intramuskular. Farmakoterapi pada pasien dengan gangguan waham relatif sulit dilakukan karena mereka bisa dengan mudah memasukkan obat yang diberikan sebagai bagian negatif dari sistem wahamnya. Perlu dilakukan bina rapport dan psikoterapi yang adekuat sebelum farmakoterapi bisa dimulai.[14,18]

Farmakoterapi sebaiknya dimulai dari dosis kecil, misalnya haloperidol 2 mg/24 jam atau risperidone 2 mg/24 jam, kemudian dititrasi pelan. Bila dalam waktu 6 minggu pasien tidak menunjukkan respons, maka sebaiknya diganti dengan antipsikotik kelas lainnya.[14,18]

Tinjauan sistematis oleh Munoz-Negro et al pada tahun 2020 membandingkan efektivitas berbagai antipsikotik dalam tata laksana gangguan waham menetap. Hasil tinjauan mendapatkan efektivitas antipsikotik tipikal, misalnya pimozide dan haloperidol, serupa dengan antipsikotik atipikal, seperti risperidone dan olanzapine.[17]

Selain itu, tinjauan ini juga mendapatkan bahwa respons pengobatan yang lebih baik ditemukan pada pasien rawat inap, dibandingkan pasien rawat jalan. Hal ini diduga berkaitan dengan tingkat kepatuhan yang lebih besar. Kepatuhan memiliki peranan yang besar dalam keberhasilan terapi, sehingga sebaiknya pasien turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait terapi.[17]

Meskipun outcome klinis antara antipsikotik tipikal dan atipikal tidak berbeda signifikan. Pilihan antipsikotik sebaiknya dijatuhkan pada antipsikotik atipikal yang mempunyai profil efek samping lebih ringan. Antipsikotik yang dilaporkan relatif aman digunakan pada pasien dengan gangguan waham adalah risperidone, amisulpride, aripiprazole, dan ziprasidone.[14,18]

Banyak pasien dengan gangguan waham mengalami depresi, sehingga membutuhkan antidepresan. Antidepresan yang direkomendasikan adalah golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), misalnya fluoxetine, sertraline, citalopram, escitalopram, atau golongan serotonin norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI), misalnya venlafaxine dan duloxetine.[14]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

 

Referensi

2. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. Eleventh edition. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2015.
14. Jalali Roudsari M, Chun J, Manschreck TC. Current Treatments for Delusional Disorder. Curr Treat Options Psych 2015;2:151–67. https://link.springer.com/article/10.1007/s40501-015-0044-7
15. 12. Freeman D, Dunn G, Startup H, Pugh K, Cordwell J, Mander H, et al. Effects of cognitive behaviour therapy for worry on persecutory delusions in patients with psychosis (WIT): a parallel, single-blind, randomised controlled trial with a mediation analysis. The Lancet Psychiatry 2015;2:305–13. https://www.thelancet.com/journals/lanpsy/article/PIIS2215-0366(15)00039-5/fulltext
16. 13. Liu Y-C, Tang C-C, Hung T-T, Tsai P-C, Lin M-F. The Efficacy of Metacognitive Training for Delusions in Patients With Schizophrenia: A Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials Informs Evidence-Based Practice: Efficacy of MCT for Delusions in Patients With Schizophrenia. Worldviews on Evidence-Based Nursing 2018;15:130–9. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29489070
17. 15. Muñoz-Negro JE, Ibáñez-Casas I, de Portugal E, Lozano-Gutiérrez V, Martínez-Leal R, Cervilla JA. A Psychopathological Comparison between Delusional Disorder and Schizophrenia. Can J Psychiatry. 2018 Jan;63(1):12-19. doi: 10.1177/0706743717706347.
18. 4. Manschreck TC, Khan NL. Recent Advances in the Treatment of Delusional Disorder. The Canadian Journal of Psychiatry 2006;51:114–9. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16989110

Diagnosis Gangguan Waham Menetap
Prognosis Gangguan Waham Menetap
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 4 jam yang lalu
Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau Aquabides berapa ml ya dok ?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Maaf dok, izin bertanya bila ada pasien gonore. Lalu mau diberikan Injeksk Ceftriaxon.  Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.