Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Edukasi dan Promosi Kesehatan Nightmare Disorder general_alomedika 2023-04-06T09:11:00+07:00 2023-04-06T09:11:00+07:00
Nightmare Disorder
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Edukasi dan Promosi Kesehatan Nightmare Disorder

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Edukasi dan promosi kesehatan tentang nightmare disorder atau gangguan mimpi buruk perlu disampaikan kepada pasien dan keluarganya. Upaya-upaya edukasi dan promosi difokuskan untuk meminimalkan dampak negatif gangguan dan memperbaiki gangguan mental.

Edukasi Pasien

Mimpi buruk yang berulang akan menyebabkan gangguan kesehatan secara umum. Hal ini bisa menimbulkan dampak negatif pada caregiver dan keluarga. Edukasi perlu dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif pada keluarga. Hubungan dalam keluarga bisa memengaruhi pengalaman individu dalam menghadapi mimpi buruk sehingga memperburuk dampaknya, terutama pada anak-anak.[4,9]

Untuk pasien anak-anak, orang tua perlu mendapatkan edukasi bahwa sebagian besar kasus mimpi buruk adalah sporadik dan dipicu oleh pengalaman traumatik di siang hari.

Meskipun tidak semua trauma bisa dihilangkan, tetapi orang tua bisa membuat waktu tidur anak menjadi lebih nyaman dengan membacakan cerita dan mengajak anak bercerita. Dengan demikian, efek trauma bisa diminimalkan. Intervensi konservatif semacam ini bisa membantu mencegah dan mengatasi mimpi buruk pada anak.[10]

Bila anak mengalami mimpi buruk setelah peristiwa traumatik berat atau bila mimpi buruk terjadi lebih dari dua kali seminggu selama beberapa bulan, maka intervensi psikiatri seperti cognitive behavioral therapy mungkin diperlukan.[10]

Edukasi berikutnya yang perlu disampaikan kepada pasien adalah mengenai sleep hygiene dan kebiasaan tidur yang baik. Hal ini akan bisa memperbaiki kualitas tidur dan meminimalkan dampak fisik dari gangguan ini.

Pencegahan

Tidak ada metode pencegahan yang spesifik untuk mencegah timbulnya mimpi buruk. Namun, manajemen perilaku yang baik dan deteksi psikopatologi yang mendasari bisa mencegah pemburukan nightmare disorder. Pada anak-anak, bercerita atau dibacakan cerita sebelum tidur bisa mencegah mimpi buruk akibat peristiwa traumatik sewaktu terjaga.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) telah menyosialisasikan cara meminimalkan dampak stres pada anak dan remaja. Untuk mencegah dampak buruk stres, maka sebaiknya orang tua memberikan tanggapan yang baik dan membantu menyelesaikan masalah, mengajak diskusi, memberi dukungan dan motivasi agar anak percaya diri, menghargai perasaan anak, dan menjadi panutan yang baik.[17]

Pemicu mimpi buruk sering kali adalah stresor atau peristiwa traumatik, sehingga manajemen stres yang baik akan mengurangi risiko timbulnya mimpi buruk. Kemenkes juga telah menyosialisasikan cara mengatasi stres dan mencapai jiwa yang sehat. Cara yang bisa digunakan diantaranya adalah membicarakan keluhan dengan orang yang dapat dipercaya, melakukan kegiatan sesuai minat dan kemampuan, menjaga kesehatan fisik, mengembangkan hobi yang bermanfaat, beribadah, berpikir positif, dan menenangkan diri dengan relaksasi.[18]

Penanganan mimpi buruk yang berulang pada usia dini bisa mencegah gangguan ini berlangsung menjadi kronis dan berlanjut pada usia tua. Penanganan gangguan ini pada masa kanak-kanak dan remaja harus mendapatkan prioritas.[5]

Referensi

4. Wang C, Shao X, Jia Y, Shen C, Wang W. Nightmare experience and family relationships in healthy volunteers and nightmare disorder patients. BMC Psychiatry 2019;19:297.
5. Gieselmann A, AitAoudia M, Carr M, Germain A, Gorzka R, Holzinger B, et al. Aetiology and treatment of nightmare disorder: State of the art and future perspectives. J Sleep Res 2019;28:e12820.
9. Pallesen S, Hamre HS, Lang N, Bjorvatn B. Doxazosin for the treatment of nightmare disorder: A diary-based case study. SAGE Open Medical Case Reports 2020;8:2050313X2093607.
10. Neuspiel DR. Nightmare Disorder Clinical Presentation: History, Physical, Causes. 2018. [cited 2020 Dec 22].
17. Kemenkes RI. Tips Kelola Stres Pada Anak dan Remaja - Bagian 2. Diakses dari http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stress/page/8/tips-kelola-stres-pada-anak-dan-remaja-bagian-2
18. Kemenkes RI. Kelola Stres. 2016. Diakses dari http://p2ptm.kemkes.go.id/cerdik/kelola-stres

Prognosis Nightmare Disorder

Artikel Terkait

  • Menjaga Performa Dokter dengan Sleep Hygiene
    Menjaga Performa Dokter dengan Sleep Hygiene
  • Suplemen Magnesium Untuk Insomnia pada Dewasa - Telaah Jurnal Alomedika
    Suplemen Magnesium Untuk Insomnia pada Dewasa - Telaah Jurnal Alomedika
  • Efikasi Farmakoterapi Gangguan Tidur pada Penderita Dementia
    Efikasi Farmakoterapi Gangguan Tidur pada Penderita Dementia
  • Risiko Pemberian Benzodiazepine dalam Penanganan Insomnia pada Lansia
    Risiko Pemberian Benzodiazepine dalam Penanganan Insomnia pada Lansia
  • Perbandingan Lemborexant dengan Obat Insomnia Lain
    Perbandingan Lemborexant dengan Obat Insomnia Lain

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 29 Oktober 2024, 07:58
Ketika tidur, sulit dibangunkan kembali
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter.Saya memiliki pasien anak remaja 16 tahun datang dengan dibawa dengan keadaan seperti tidur,sebelumnya pasien pagi hari aktivitas seperti biasa...
Anonymous
Dibalas 15 November 2022, 10:17
Penanganan awal pasien insomnia - Jiwa Ask the Expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dok, dr. Irwan spkjIzin bertanya, apa yg dpt sarankan ke pada pasien dgn insomnia, selain obat?Di faskes hanya ada ctm, apakah boelh di berikan ?
Anonymous
Dibalas 09 Oktober 2022, 17:37
Pasien usia >80 tahun dengan sulit tidur
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dok. Pada lansia >80th yg datang dengan keluhan sulit tidur baiknya diberi apa ya? (Ttv, lab dal batas normal) btk dok

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.