Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Gangguan Gait general_alomedika 2023-01-05T10:07:07+07:00 2023-01-05T10:07:07+07:00
Gangguan Gait
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Gangguan Gait

Oleh :
dr.Putra Rizki Sp.KO
Share To Social Media:

Patofisiologi gangguan gait sangat komplek dan berbeda berdasarkan pola kelainannya. Gangguan gait merupakan perubahan gerakan saat fase gait normal. Gait normal terdiri dari dua fase yaitu fase berdiri dan fase ayunan yang saling kontralateral antara dua tungkai saat berjalan.

Gait Normal

Gait normal memiliki dua siklus yang terdiri dari  fase berdiri dan fase ayunan. Saat salah satu tungkai mengayun, maka posisi tungkai kontralateral adalah berdiri. Durasi di setiap fase bervariasi tergantung pada kecepatan langkah dan dapat dipengaruhi tipe gait. Gait normal dipengaruhi kombinasi dari kontrol sistem saraf pusat, serta umpan balik sistem saraf tepi.[1,2]

Untuk mempertahankan pusat gravitasi seseorang pada posisi tegak saat istirahat bergantung pada umpan balik sensorik. Kontrol postural merupakan komponen penting dari gait yang tergantung pada integrasi input sensorik dan koordinasi spatiotemporal. Kontrol postural dipengaruhi oleh integrasi informasi visual, vestibular, dan somatosensori. Seiring bertambahnya usia, input ini berkurang, memperburuk gaya berjalan normal.

Satu siklus gait dimulai saat heel strike pertama sampai terjadi heel strike berikutnya. Fleksi pinggul mengubah tungkai dari posisi berdiri ke posisi mengayun. Sistem saraf pusat menafsirkan perubahan posisi individu dan membantu mempertahankan keseimbangan. Ketika ada penyakit atau kerusakan pada bagian saraf pusat maka akan terjadi ketidaknormalan proses yang akan mengganggu kestabilan gait.[1,3]

Gangguan Gait

Gangguan gait dapat berasal dari masalah neurologis ataupun non-neurologis. Penyebab non-neurologis umum pada gangguan gait adalah osteoarthritis pinggul dan lutut, deformitas ortopedi, serta gangguan visual. Gangguan non-neurologis paling sering menimbulkan antalgic gait. Di sisi lain, penyebab neurologis lebih banyak menimbulkan variasi gangguan gait seperti spastic gait, parkinsonian gait, cerebellar ataxic gait, sensory ataxic gait, frontal gait, dan psychogenic gait.[3,4]

Antalgic Gait

Antalgic gait disebabkan oleh kondisi yang menyebabkan nyeri pada ekstremitas bawah, misalnya trauma, osteoarthritis, sprain pergelangan kaki, atau fraktur. Karakteristik antalgic gait adalah range of motion (ROM) yang berkurang, pincang, langkah pendek dan lambat, tidak mampu menopang berat badan, serta nyeri bertambah saat bergerak atau menopang berat badan.

Pasien akan lebih cenderung menopang berat badan pada kaki yang sehat sehingga pincang. Untuk mengurangi nyeri, pergelangan kaki pada sisi yang nyeri cenderung tetap (fixed position) saat bergerak.[4]

Spastic Gait

Spastic gait disebabkan oleh lesi pada traktus kortikospinalis pada level manapun dan bisa unilateral atau bilateral. Pada lesi unilateral maka tungkai yang terkena ditahan dalam posisi ekstensi dan fleksi plantar,sedangkan lengan ipsilateral sering fleksi. Terdapat sirkumduksi pada tungkai yang terkena selama fase ayunan setiap langkah. Penyebab umum kelainan ini adalah stroke atau lesi unilateral lain dari korteks serebral.

Jika lesinya bilateral, gaya berjalan spastik mungkin tampak kaku atau seperti menggunting karena peningkatan tonus pada otot adduktor. Penyebab umum gangguan spastic gait bilateral (spastis paraparesis) antara lan cerebral palsy, mielopati spondilotik serviks, dan multiple sclerosis.[5]

Cerebellar Ataxic Gait

Penyebab cerebellar ataxic gait adalah degenerasi serebelum, intoksikasi obat atau alkohol, multiple sclerosis, stroke, serta defisiensi vitamin B12 atau B1. Ciri-ciri gangguan ini adalah gaya berjalan wide-based, berjalan tidak stabil, dengan gerakan dan step length ireguler.

Orang dengan gait ini akan menunjukkan gerakan kompensasi berupa tubuh berayun ke samping dan sedikit membungkuk. Kelainan akan semakin tampak jika pasien berputar atau melakukan gerakan lebih kompleks, misalnya pada uji tandem gait).[6]

Parkinsonian Gait

Parkinsonian gait disebabkan oleh penyakit Parkinson atau dapat juga disebabkan oleh parkinsonism atipikal atau sekunder. Ciri-ciri gait ini adalah bradikinesia, rigiditas, postur tidak stabil, resting tremor, langkah pendek, berjalan lambat, narrow-based, dan ayunan tangan berkurang.

Pasien seperti menyeret kaki saat berjalan. Pasien akan sulit berubah posisi dari duduk ke berdiri tanpa bantuan tangan. Ketika pasien diajak bicara sambil berjalan, kelainan gait akan semakin jelas. Pasien juga lebih mudah untuk naik tangga dibandingkan berjalan di lantai datar. Selain itu, saat berputar, pasien menggunakan banyak langkah kecil-kecil.[7]

Sensory Ataxic Gait

Sensory ataxic gait disebabkan oleh gangguan proprioseptif akibat polineuropati sensori atau disfungsi kolumna dorsalis. Ciri-ciri gait ini adalah wide-based, berjalan tidak stabil dan lebih hati-hati dibandingkan cerebellar ataxic gait dengan step length yang pendek.

Pada gait ini, tidak hanya fungsi proprioseptif saja yang hilang, melainkan fungsi sensori distal turut hilang. Input sensori dari proprioseptif dapat digantikan oleh input visual. Akibatnya, pasien dapat berdiri dengan base sempit (tes Romberg) dan akan jatuh jika mata ditutup (tes Romberg dipertajam).[8]

Frontal Gait

Kelainan gait ini dikenal juga sebagai frontal gait ataxia, gait apraxia, magnetic apraxia, ataupun marche à petits pas. Frontal gait disorders disebabkan oleh degenerasi lobus frontal, multi infark, normal pressure hydrocephalus, atau penyakit Alzheimer.

Ciri-ciri frontal gait adalah lupa cara berjalan atau menginisiasi berjalan, sulit berdiri atau berubah posisi, dan keseimbangan terganggu. Setelah berjalan beberapa waktu, gait semakin membaik. Terkadang pasien berhenti, terutama saat berputar atau menemukan rintangan. Pasien juga dapat menunjukkan gejala lain akibat kerusakan lobus frontal.[4]

Psychogenic Gait

Psychogenic gait disebabkan oleh gangguan somatoform, misalnya malingering atau factitious. Ciri-ciri dari gangguan berjalan ini adalah gait yang aneh tetapi jarang menyebabkan jatuh atau cedera dan tidak ditemukan adanya gangguan neurologis lain. Psychogenic gait dicurigai jika gejala klinis pasien tidak konsisten, atau hilang timbul tanpa pola yang jelas.[9,10]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Paulina Livia Tandijono

Referensi

1. Baker JM. Gait Disorders. Am J Med. 2018;131(6):602–7.
2. Tarolli CG, Lizarraga KJ. Approach to the Patient with Gait Disturbance. Semin Neurol. 2021;41(6):717–30.
3. Pirker W, Katzenschlager R. Gait disorders in adults and the elderly : A clinical guide. Wien Klin Wochenschr. 2017;129(3–4):81–95.
4. Jankovic J, Hallett M, Okun MS, Comella C, Fahn S, Goldman J. Gait disorders: Pathophysiology and clinical syndromes. Jankovic J, Hallett M, Okun MS, Comella C, Fahn S, Goldman JBT-P and P of MD (Third E, editors. Elsevier. 2021;513–22. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780323310710000196
5. Norbye AD, Midgard R, Thrane G. Spasticity, gait, and balance in patients with multiple sclerosis: A cross-sectional study. Physiother Res Int J Res Clin Phys Ther. 2020;25(1):e1799.
7. di Biase L, Di Santo A, Caminiti ML, De Liso A, Shah SA, Ricci L, et al. Gait Analysis in Parkinson’s Disease: An Overview of the Most Accurate Markers for Diagnosis and Symptoms Monitoring. Sensors (Basel). 2020;20(12).
8. Kosutzka Z, Rivaud-Pechoux S, Pouget P, Bonnet C, Tisch S, Roze E, et al. Pathophysiology of gait disorders induced by bilateral globus pallidus interna stimulation in dystonia. Brain. 2019;143(1):e3–e3.
9. Edwards M. Functional (psychogenic) gait disorder: diagnosis and management. Handb Clin Neurol. 2018;159:417–23.
10. Baizabal-Carvallo JF, Alonso-Juarez M, Jankovic J. Functional gait disorders, clinical phenomenology, and classification. Neurol Sci Off J Ital Neurol Soc Ital Soc Clin Neurophysiol. 2020;41(4):911–5.

Pendahuluan Gangguan Gait
Etiologi Gangguan Gait
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 15 jam yang lalu
Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau Aquabides berapa ml ya dok ?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Maaf dok, izin bertanya bila ada pasien gonore. Lalu mau diberikan Injeksk Ceftriaxon.  Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau...
Anonymous
Dibalas 1 jam yang lalu
Salbutamol dan metilprednisolon tablet
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin bertanya ada pasien bumil minum salbutamol hanya 3 tablet berturut-turut dan metilprednisolon 4mg 1 tablet saat asthmanya kambuh. Pasien UK...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.