Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Gout general_alomedika 2024-06-10T13:48:02+07:00 2024-06-10T13:48:02+07:00
Gout
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription Alomedika

Penatalaksanaan Gout

Oleh :
dr.Eveline Yuniarti
Share To Social Media:

Penatalaksanaan gout yang utama adalah menurunkan kadar asam urat. Terapi farmakologis untuk penurun asam urat meliputi golongan xanthine-oxidase inhibitor, uricase analog, atau uricosurics. Pemberian obat ini dapat didahului terapi fase akut berupa kolkisin, analgesik, atau steroid. Terapi non farmakologis mencakup modifikasi gaya hidup. Pembedahan dapat dipertimbangkan bila semua terapi lain tidak menghasilkan respon yang adekuat.[1-3]

Hiperurisemia Asimtomatik

Pasien dengan hiperurisemia asimtomatik tidak direkomendasikan untuk mendapat terapi farmakologi apapun. Bagi pasien dengan hiperurisemia asimtomatik dan hipertensi, urate-lowering therapy (ULT) juga tidak direkomendasikan untuk tujuan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular mayor atau mortalitas.[2,3]

Untuk pasien dengan hiperurisemia asimtomatik dan penyakit ginjal kronik (PGK), pedoman tata laksana menyatakan bahwa belum cukup bukti untuk merekomendasikan pemberian atau tidak memberikan ULT.[3]

Fase Akut

Ketika serangan gout akut, pasien dapat diberikan kolkisin, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), atau glukokortikoid.[1,3,20]

Kolkisin

Kolkisin berperan mencegah fagositosis neutrofil terhadap kristal asam urat, sehingga mengurangi respon inflamasi. Kolkisin dapat menghilangkan rasa nyeri dalam 18-48 jam. Pedoman tata laksana gout umumnya merekomendasikan kuat kolkisin sebagai lini pertama penanganan serangan gout akut. Kolkisin dosis rendah lebih dipilih ketimbang dosis tinggi.

Dosis kolkisin yang diberikan adalah 1,2 mg langsung diberikan saat serangan gout, diikuti 0,6 mg 1 jam kemudian. Efek samping yang dapat timbul adalah mual, muntah, diare, dan kram perut. Efek ini dapat terjadi pada dosis efektif, sehingga harus dilakukan edukasi terhadap pasien. Efek samping ini dapat diminimalisir dengan mengurangi dosis. Setelah fase akut teratasi, kolkisin dapat diteruskan dengan dosis profilaksis, yakni 0,6 mg dalam 2 dosis sehari.[1,3,20]

Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS)

OAINS berperan mengendalikan peradangan dan mengurangi rasa nyeri. Pasien dapat diberikan OAINS oral selama 5-10 hari hingga serangan gout akut mereda. Pilihan OAINS yang dapat diberikan meliputi:

  • Naproxen 500 mg 2 kali sehari

  • Indomethacin 25–50 mg setiap 8 jam

  • Celecoxib 200 mg 2 kali sehari[1-3,7]

Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat diberikan secara intravena  atau oral. Contoh kortikosteroid yang dapat dipilih adalah methylprednisolone 40 mg/hari intravena atau prednison 40–60 mg/hari per oral.

Kortikosteroid dapat diberikan pada dosis yang disarankan selama 5–10 hari dan segera dihentikan setelahnya, atau diberikan pada dosis yang disarankan selama 2–5 hari dan kemudian dikurangi secara perlahan selama 7–10 hari.[1-3,7]

Interleukin-1 (IL-1) Inhibitor

Pedoman klinis secara kondisional merekomendasikan penggunaan IL-1 inhibitor ketimbang tanpa terapi bagi pasien yang sedang mengalami serangan gout akut dan telah gagal atau kurang bisa menoleransi atau memiliki kontraindikasi terhadap terapi antiinflamasi lainnya.[2]

Terapi Suportif Non Farmakologis

Terapi suportif untuk serangan akut gout meliputi kompres es dan akupuntur. Menurut pedoman klinis, ketika terjadi serangan gout akut pasien dapat diberi tambahan kompres es pada wilayah sendi yang meradang dan nyeri. Akupuntur mungkin bisa menjadi pilihan untuk meredakan nyeri bila pasien tidak dapat menoleransi atau memiliki kontraindikasi terhadap obat-obatan antiinflamasi standar.[1-3,20]

Profilaksis Serangan Gout Akut

Untuk penderita gout dewasa yang memulai ULT, terapi profilaksis serangan gout yang direkomendasikan adalah kolkisin. OAINS dapat dipilih bila terdapat kontraindikasi terhadap kolkisin atau kolkisin sulit diperoleh. Terapi profilaksis antiinflamasi ini diberikan secara bersamaan dengan ULT selama 3–6 bulan dengan pemantauan kontinu. Terapi profilaksis dapat diteruskan sesuai kebutuhan bila pasien terus mengalami serangan akut gout.[1-3]

Penggunaan Urate Lowering Therapy (ULT)

Untuk pasien gout yang belum pernah menggunakan ULT, belum cukup bukti untuk merekomendasikan memulai ULT selama serangan gout akut ketimbang memulai setelah serangan akut mereda.[2,3,20]

Indikasi Memulai Urate Lowering Therapy

ULT direkomendasikan untuk digunakan pada penderita gout dengan ≥1 tophi subkutan, bukti kerusakan sendi pada hasil pemeriksaan radiologi yang berkaitan dengan gout, atau sering mengalami serangan gout (flare). Serangan gout dianggap sering jika terjadi ≥ 2 serangan gout akut setiap tahunnya.

ULT juga dapat dipertimbangkan bagi pasien serangan gout pertama dengan komorbid penyakit ginjal kronik tahap sedang hingga berat, konsentrasi asam urat dalam serum di atas 9 mg/dL, atau mengalami urolithiasis.

ULT tidak direkomendasikan pada kasus serangan gout pertama jika tidak ada komplikasi atau komorbid. Bagi pasien yang baru didiagnosis dengan gout, dengan kadar asam urat serum ≥9 mg/ dL, ULT dapat diberikan untuk mencegah rekurensi serangan gout akut.[1-3]

Aturan dan Target Penggunaan ULT

ULT diberikan dengan strategi treat-to-target, yakni titrasi mencapai dan menjaga target kadar asam urat dalam serum di bawah 6 mg/dL. Pemberian ULT dilakukan secara terus-menerus dengan tapering off tanpa penghentian mendadak.

Jenis ULT yang direkomendasikan adalah golongan xanthine-oxidase inhibitor. Jika pasien tidak berespon adekuat, maka direkomendasikan untuk mengganti ke obat golongan xanthine-oxidase inhibitor lainnya ketimbang menambahkan agen urikosurik. Gagal respon maksudnya kadar asam urat tetap > 6 mg/dl, tetap mengalami >2 serangan gout akut setiap tahun, atau tophi tidak kunjung mereda.[1-3]

Xanthine Oxidase Inhibitor

Golongan obat golongan xanthine-oxidase inhibitor bekerja dengan menghambat xanthine oxidase sehingga menghambat tahap akhir produksi asam urat. Golongan ini cocok diberikan untuk penderita asam urat golongan overproduksi.

Allopurinol:

Allopurinol menjadi pilihan lini pertama, termasuk pada penderita penyakit ginjal kronik tahap lanjut. Terapi allopurinol dimulai dengan dosis rendah ≤100 mg/hari (lebih rendah pada pasien dengan penyakit ginjal), dengan titrasi dosis perlahan berkelanjutan. Pemeriksaan genetik HLA-B*5801 allele direkomendasikan sebelum memulai allopurinol untuk pasien keturunan Asia Tenggara, karena adanya alel ini meningkatkan risiko hipersensitivitas terhadap allopurinol.[1-3]

Febuxostat:

Febuxostat menjadi salah satu alternatif allopurinol. Febuxostat dimulai dengan dosis rendah ≤40 mg/hari, dengan titrasi dosis perlahan berkelanjutan. Alternatif lain lebih disukai pada pasien gout yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular atau baru mengalami kejadian terkait penyakit kardiovaskular. Obat ini juga tidak direkomendasikan pada populasi dengan prevalensi tinggi HLA-B*5801.[1-3,7,21,22]

Urikosurik

Urikosurik memicu pengeluaran asam urat melalui urine. Jenis ini cocok diberikan pada penderita gout jenis underexcretion, namun kurang cocok untuk penderita gangguan ginjal. Kerja obat ini menimbulkan peningkatan kadar asam urat dalam urine sehingga meningkatkan risiko batu ginjal dari asam urat.[2,3]

Probenecid:

Probenecid bekerja dengan mengurangi reabsorbsi asam urat di ginjal. Terapi probenecid dimulai dengan dosis rendah, 500 mg 1-2 kali per hari, dengan titrasi dosis perlahan. Allopurinol atau febuxostat lebih direkomendasikan untuk pasien gout dengan penyakit ginjal kronik tahap sedang hingga berat.[2,3]

Lesinurad

Lesinurad diberikan 1 kali sehari dan dikombinasi dengan allopurinol dengan dosis 300 mg allopurinol dan 200 mg lesinurad.[1-3]

Pegloticase

Pegloticase tidak direkomendasikan sebagai terapi lini pertama. Pegloticase adalah analog urikase yang dihubungkan dengan polietilen glikol (PEG). Pegloticase dapat diberikan kepada penderita gout yang refrakter atau tidak merespon terhadap terapi lainnya.

Penggunaan pegloticase terbatas akibat risiko reaksi imun terkait pembentukan antibodi anti-pegloticase yang menyasar gugus PEG pada jenis obat ini. Reaksi imun ini didahului oleh hilangnya efikasi penurunan asam urat ketika menggunakan obat ini. Reaksi imun ini dapat diminimalisir dengan pemberian imunosupresan bersama pegloticase.[2,23,24]

Pembedahan

Pembedahan dapat dipertimbangkan bila semua terapi farmakologis dan suportif belum cukup mengendalikan gout. Gout meningkatkan risiko komplikasi terkait prosedur pembedahan sendi. Kadar asam urat dalam serum perlu dikendalikan dahulu sebelum prosedur dilaksanakan.[2,3]

Terapi Non Farmakologi

Tata laksana asam urat didukung dengan modifikasi gaya hidup dengan mengatur pola makan, menurunkan berat badan, dan mengendalikan komorbid bila ada. Pasien mengatur asupan dengan membatasi konsumsi purin, membatasi minuman dan makanan kalengan pemanis buatan, minuman bersoda, dan minuman beralkohol.[1-3]

Membatasi Asupan Alkohol

Asupan alkohol perlu dikurangi pada pasien dengan gout, terlepas dari aktivitas penyakitnya. Pembatasan alkohol juga bermanfaat untuk mencegah serangan gout akut.[1,2,13]

Mengatur Asupan Purin

Pasien perlu diminta membatasi asupan purin untuk pasien dengan asam urat, terlepas dari aktivitas penyakitnya. Contoh makanan tinggi purin adalah daging (terutama jeroan dan daging olahan), ikan teri, kacang-kacangan, ikan sarden, jamur, ragi, bir, makanan olahan, serta makanan dan minuman dengan pemanis buatan.[1,2,4,5]

Cukup Hidrasi

Pasien juga sebaiknya diminta minum air putih minimal 2 liter per hari, atau seperti untuk pencegahan batu ginjal.[2,3,25]

Menurunkan Berat Badan

Bagi penderita dengan kelebihan berat badan atau yang sudah memasuki tahap obesitas, sebaiknya dilakukan intervensi penurunan berat badan. Penurunan berat badan diharapkan dapat mencegah serangan gout dan mengurangi kadar asam urat dalam serum. Namun, studi lebih lanjut masih diperlukan untuk mengonfirmasi efek penurunan berat badan pada perbaikan maupun pencegahan gout. Pasien dapat mengupayakan olahraga intensitas ringan-sedang setidaknya 150 menit per minggu.[2,3]

Potensi Calon Terapi Baru

Penelitian genetik oleh Zhao dkk (2022) mengungkapkan SGLT-1 berperan dalam penyerapan asam urat dalam usus dan peredaran asam urat dalam serum, sehingga inhibisi terhadap SGLT-1 mengurangi risiko gout. Selain itu, terdapat uji preklinik pada mencit yang mengindikasikan potensi sesquiterpene lactones dari tumbuhan Lychnophora spp dalam menghambat migrasi neutrofil dan produksi TNF-α sehingga mengurangi inflamasi dari gout. Namun, temuan ini masih memerlukan konfirmasi dengan penelitian lebih lanjut di masa depan.[26,27]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Junita br Tarigan

Referensi

1. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout. 2018.
2. FitzGerald JD, Dalbeth N, Mikuls T, Brignardello-Petersen R, Guyatt G, Abeles AM, et al. 2020 American College of Rheumatology Guideline for the Management of Gout. Arthritis Care Res (Hoboken) 2020;72:744–60. https://doi.org/10.1002/acr.24180.
3. Lorenzo JPP, Sollano MHMZ, Salido EO, Li-Yu J, Tankeh-Torres SA, Wulansari Manuaba IAR, et al. 2021 Asia-Pacific League of Associations for Rheumatology clinical practice guideline for treatment of gout. Int J Rheum Dis 2022;25:7–20. https://doi.org/10.1111/1756-185X.14266.
4. Skoczyńska M, Chowaniec M, Szymczak A, Langner-Hetmańczuk A, Maciążek-Chyra B, Wiland P. Pathophysiology of hyperuricemia and its clinical significance – a narrative review. Reumatologia 2020;58:312–23. https://doi.org/10.5114/reum.2020.100140.
5. Ragab G, Elshahaly M, Bardin T. Gout: An old disease in new perspective – A review. J Adv Res 2017;8:495–511. https://doi.org/10.1016/j.jare.2017.04.008.
7. Yazdany J, Manno RL. Rheumatologic, Immunologic, & Allergic Disorders. In: Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow MW, McQuaid KR, editors. Current Medical Diagnosis and Treatment 2022. 61st ed., McGraw-Hill; 2022, p. 825–83.
20. Engel B, Just J, Bleckwenn M, Weckbecker K. Treatment Options for Gout. Dtsch Arztebl Int. 2017 Mar 31;114(13):215-222. doi: 10.3238/arztebl.2017.0215. PMID: 28434436; PMCID: PMC5624445. https://doi.org/10.1002/acr.24180.
21. Sun R, Lu J, Li H, Cheng X, Xin Y, Li C. Evaluation of febuxostat initiation during an acute gout attack: A prospective, randomized clinical trial. Joint Bone Spine 2020;87:461–6. https://doi.org/10.1016/j.jbspin.2020.03.017.
22. Mackenzie IS, Ford I, Nuki G, Hallas J, Hawkey CJ, Webster J, et al. Long-term cardiovascular safety of febuxostat compared with allopurinol in patients with gout (FAST): a multicentre, prospective, randomised, open-label, non-inferiority trial. The Lancet 2020;396:1745–57. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)32234-0.
23. Schlesinger N, Lipsky PE. Pegloticase treatment of chronic refractory gout: Update on efficacy and safety. Semin Arthritis Rheum 2020;50:S31–8. https://doi.org/10.1016/j.semarthrit.2020.04.011.
24. Guttmann A, Krasnokutsky S, Pillinger MH, Berhanu A. Pegloticase in gout treatment - safety issues, latest evidence and clinical considerations. Ther Adv Drug Saf 2017;8:379–88. https://doi.org/10.1177/2042098617727714.
26. Zhao SS, Rajasundaram S, Karhunen V, Alam U, Gill D. Sodium-glucose cotransporter 1 inhibition and gout: Mendelian randomisation study. Semin Arthritis Rheum 2022;56:152058. https://doi.org/10.1016/j.semarthrit.2022.152058.
27. Bernardes ACFPF, Matosinhos RC, de Paula Michel Araújo MC, Barros CH, de Oliveira Aguiar Soares RD, Costa DC, et al. Sesquiterpene lactones from Lychnophora species: Antinociceptive, anti-inflammatory, and antioxidant pathways to treat acute gout. J Ethnopharmacol 2021;269. https://doi.org/10.1016/j.jep.2020.113738.

Diagnosis Gout
Prognosis Gout

Artikel Terkait

  • Kortikosteroid vs Obat Antiinflamasi Nonsteroid untuk Terapi Gout Arthritis Akut
    Kortikosteroid vs Obat Antiinflamasi Nonsteroid untuk Terapi Gout Arthritis Akut
  • Fenofibrate untuk Menurunkan Kadar Asam Urat
    Fenofibrate untuk Menurunkan Kadar Asam Urat
  • Terapi Dosis Titrasi Lebih Baik Dibandingkan Dosis Tetap untuk Gout
    Terapi Dosis Titrasi Lebih Baik Dibandingkan Dosis Tetap untuk Gout
  • Hiperurisemia Asimptomatik: Apakah Perlu Diterapi?
    Hiperurisemia Asimptomatik: Apakah Perlu Diterapi?
  • Efek Omega-3 untuk Mengurangi Risiko Flare Gout Arthritis
    Efek Omega-3 untuk Mengurangi Risiko Flare Gout Arthritis

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Muljadi Hartono MPH
Dibalas 29 September 2024, 14:03
Pedoman diagnosis dan tatalaksana hiperusemia & gout akut, oleh Perhimpunan Rheumatologi Indonesia
Oleh: dr.Muljadi Hartono MPH
1 Balasan
menarik
ISBN-Hiperurisemia-Artritis-Gout_download.pdf
Anonymous
Dibalas 17 April 2024, 13:08
Pengobatan asam urat untuk pasien dengan obat rutin ACE inhibitor
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter. Saya memiliki pasien laki-laki, usia 62 tahun, obese, dengan riwayat CHF > 1 thn yll. Pasien rutin mengonsumsi obat di antaranya: miniaspi 1x80...
dr.Ika Kurniati Yusni
Dibalas 20 Maret 2024, 20:31
Antiradang sendi untuk penderita diabetes
Oleh: dr.Ika Kurniati Yusni
2 Balasan
Alo dok.. izin diskusi dan bertanya..Pasien laki2 umur 56 tahun dengan riwayat penyakit Diabetes dan Hipertensi.. KGD puasa 180 dan Ad random 350 mg/dl.. TD...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.