Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Agenesis Renal elizabeth-anastasyaalomedika-com 2025-03-14T11:39:45+07:00 2025-03-14T11:39:45+07:00
Agenesis Renal
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Agenesis Renal

Oleh :
dr. Siti Solichatul Makkiyyah
Share To Social Media:

Penatalaksanaan agenesis renal atau agenesis ginjal bergantung pada jenis unilateral atau bilateral, serta kelainan kongenital penyerta. Pada kondisi agenesis renal unilateral terisolasi tidak diperlukan perubahan dalam manajemen obstetri, kecuali pemberian konseling genetik yang tepat. Sementara jika agenesis renal unilateral disertai anomali lain yang mengarah pada etiologi sindromik, maka penanganan disesuaikan dengan sindrom yang dialami.[2]

Intervensi Prenatal

Amnioinfusi merupakan pemberian cairan amnion pengganti pada kondisi oligohidramnion berat dan sering dilakukan sebagai intervensi invasif pada masa prenatal. Amnioinfusi bertujuan untuk menjaga volume cairan amnion yang memungkinkan perkembangan paru janin, sehingga meningkatkan kesintasan. Cairan pengganti yang digunakan yaitu cairan normal salin atau Ringer laktat.

Amnioinfusi berseri dapat diberikan secara perkutan, atau melalui prosedur bedah dengan memasang amnioport. Secara perkutan, infus berulang dilakukan dengan anestesi lokal dan insersi jarum ukuran 20-22 gauge. Waktu dan volume cairan yang diinfuskan bergantung pada kebutuhan untuk menjaga index AF (amniotic fluid) normal sesuai usia kehamilan.

Sementara itu, amnioport merupakan penggunaan kateter secara off-label yang menembus dinding uterin ke kantong amnion dan dihubungkan ke reservoir di area subkutan ibu. Kateter khusus ini dapat digunakan secara berulang untuk mengisi cairan amnion pengganti. Penggunaan amnioport dapat menurunkan risiko KPD (Ketuban Pecah Dini), meskipun ada peningkatan risiko infeksi.[3]

Berbagai intervensi yang disebutkan belum memiliki luaran klinis yang jelas, sehingga masih dianggap sebagai suatu eksperimen. Sebagai bagian dari proses informed consent, pasien harus memahami bahwa intervensi yang disarankan bukan suatu terapi yang telah teruji klinis, dan memahami risiko dari intervensi yang akan dijalani.[8]

Manajemen Postnatal

Bayi yang bertahan setelah amnioinfusi serial tetap memerlukan manajemen hipoplasia paru non-letal, umumnya berkaitan dengan masalah pernapasan subakut atau kronis. Bantuan pernapasan dapat diberikan dengan ventilasi mekanik dan pemasangan chest tube, sementara target saturasi oksigen dijaga pada rentang 90-95%.[13]

Selain itu, pasien dengan agenesis bilateral terlahir dengan penyakit ginjal kronis stadium 5 dan memerlukan terapi pengganti ginjal segera. Sehingga, bayi memerlukan terapi intensif di neonatal intensive care unit (NICU).[3,13]

Terapi Dialisis

Seluruh bayi yang terlahir selamat dengan agenesis bilateral perlu mendapatkan dialisis segera. Pilihan dialisis yang diberikan bergantung pada ukuran dan berat badan lahir bayi. Beberapa masalah lainnya terkait hemodialisis pada neonatus yaitu ukuran pasien, kurangnya alat spesifik untuk neonatus, dan risiko instabilitas hemodinamik.

Oleh karena itu, dialisis peritoneal menjadi pilihan yang paling sering digunakan pada pasien bayi. Namun saat ini terdapat beberapa pilihan lain pada populasi bayi yang sangat kecil yaitu alat hemodialisis khusus untuk populasi anak dan alat ultrafiltrasi dimodifikasi yang diadaptasi untuk penggunaan pada bayi. Keputusan pemberian dialisis harus menunggu kondisi pernapasan yang stabil dan kemungkinan kesintasan.[3]

Terapi Medikamentosa

Terapi medikamentosa pada agenesis renal bergantung pada kondisi yang didapati pada pasien. Ketidakseimbangan elektrolit seperti hipernatremia dan hipokalemia, harus segera dikoreksi. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat dapat diatasi dengan pemberian kalsium karbonat dan vitamin D. Anemia akibat insufisiensi tubulus ginjal dan kurangnya produksi eritropoietin dapat diberikan terapi besi dan erythropoietin stimulating agents.

Sementara kondisi hipertensi pada bayi akibat aktivasi sistem RAA (renin-angiotensin-aldosteron) dapat diberikan ACE (angiotensin-converting enzyme) inhibitor, diuretik, dan beta-blocker. Pada retardasi pertumbuhan dapat diberikan suplementasi hormon pertumbuhan dan pemberian selang nasogastrik untuk mendukung suplementasi nutrisi yang cukup.[13]

Terapi Bedah

Terapi bedah diperlukan pada kondisi terutama jika didapatkan berbagai anomali kongenital lain. Tindakan pemasangan saluran dialisis baik peritoneal maupun vena sentral diperlukan pada kasus gagal ginjal. Sementara nefrektomi dan transplantasi ginjal dapat diindikasikan pada kasus dengan hipertrofi ginjal dengan kista multipel pada ginjal ipsilateral.[13]

Terapi Suportif

Tindak lanjut rutin meliputi pemantauan berkala terhadap fungsi ginjal, fungsi napas, dan efek samping obat. Konseling genetik dibutuhkan terutama untuk kehamilan selanjutnya. Sementara konseling psikologis perlu diberikan sebagai dukungan psikis terhadap keluarga, terutama ibu, pada masa postpartum.[13]

Follow-up

Pada pasien dengan agenesis renal unilateral diperlukan follow-up jangka panjang, setidaknya hingga memasuki usia dewasa muda. Rekomendasi follow-up yang perlu dilakukan tercantum dalam Tabel 1.[11]

Tabel 1. Rekomendasi Pemantauan Anak dengan Ginjal Tunggal Kongenital

Pemeriksaan Risiko Ringan Risiko Sedang Risiko Tinggi
Tanpa CAKUT CAKUT ipsilateral
Pemeriksaan USG

Dokter anak

Setiap tahun hingga usia 3 tahun, selanjutnya setiap 5 tahun

Dokter atau unit nefrologi anak

Unit nefrologi anak

Bergantung pada fungsi dan data klinis ginjal

Setiap tahun hingga usia 3 tahun, selanjutnya setiap 5 tahun Pemeriksaan lanjutan bergantung pada kondisi CAKUT* ipsilateral
Proteinuria dengan Urinalisis Setiap tahun hingga usia 3 tahun, selanjutnya setiap 5 tahun Setiap tahun
Tekanan darah Setiap tahun hingga usia 3 tahun Setiap tahun
Kreatinin serum/eGFR Tidak diperlukan Setiap tahun
USG abdominopelvis pada perempuan Antara waktu telarke dan menarke Antara waktu telarke dan menarke Antara waktu telarke dan menarke

Keterangan:

*Congenital anomalies of the kidney and urinary tract (CAKUT)

Stratifikasi risiko

●       Risiko rendah: Panjang ginjal > persentil 50 pada 2 tahun pertama kehidupan, dan ≥ persentil 95 setelahnya, dan tidak ada CAKUT ipsilateral.

●       Risiko sedang: ginjal tunggal dengan kompensasi pelebaran, dengan/tanpa CAKUT ipsilateral.

●       Risiko tinggi: penurunan eGFR, dan/atau proteinuria, dan/atau hipertensi.

Sumber: dr. Siti Solichatul Makkiyyah, Alomedika, 2025.[11]

Referensi

2. Jelin A. Renal agenesis. American Journal of Obstetrics and Gynecology. 2021; 225(5): B28-30. DOI:https://doi.org/10.1016/j.ajog.2021.06.048
3. Jones K, Keiser AM, Miller JL, Atkinson MA. Bilateral renal agenesis: fetal intervention and outcomes. Pediatric Nephrology. Springer Science and Business Media Deutschland GmbH; 2024. DOI:10.1007/s00467-024-06449-8
8. Thomas AN, McCullough LB., Chervenak FA., Placencia FX. Evidence-based, ethically justified counseling for fetal bilateral renal agenesis. Journal of Perinatal Medicine. Walter de Gruyter GmbH; 2017. pp. 585–594. DOI:10.1515/jpm-2016-0367
11. La Scola C., Ammenti A., Bertulli C., Bodria M., Brugnara M., Camilla R., et al. Management of the congenital solitary kidney: consensus recommendations of the Italian Society of Pediatric Nephrology. Pediatric Nephrology. Springer Science and Business Media Deutschland GmbH; 2022; 37(9): 2185–2207. DOI:10.1007/s00467-022-05528-y
13. Bhandari J., Thada PK., Sergent SR. Potter Syndrome. StatPearls Publishing. 2023.

Diagnosis Agenesis Renal
Prognosis Agenesis Renal

Artikel Terkait

  • Panduan Klinis Diet untuk Orang dengan Penyakit Ginjal Kronis
    Panduan Klinis Diet untuk Orang dengan Penyakit Ginjal Kronis
  • Risiko Perdarahan pada Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis
    Risiko Perdarahan pada Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis
  • Metformin vs Sulfonilurea pada DM Tipe 2 dengan Penyakit Ginjal Kronis
    Metformin vs Sulfonilurea pada DM Tipe 2 dengan Penyakit Ginjal Kronis
  • Kontroversi Manfaat Pemberian Asam Folat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis
    Kontroversi Manfaat Pemberian Asam Folat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis
  • Apakah N-acetylcysteine Berguna untuk Penyakit Ginjal Kronis?
    Apakah N-acetylcysteine Berguna untuk Penyakit Ginjal Kronis?

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 15 Januari 2025, 14:05
eGFR dan kreatinin pada lansia yang meningkat tanpa keluhan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter, sy dpt px laki2 70th di puskes dgn lab prolanis HT didapatkan hiperlipidemia dan px kreatinin meningkat 1,43 dan eGFR 49. Px saat ini tanpa...
dr.Widya Kumala Sari
Dibalas 28 Juni 2024, 20:52
Timbul bullae pasca HD pada pasien CKD dengan DM
Oleh: dr.Widya Kumala Sari
4 Balasan
Izin konsul dok, pasien Tn. I usia 60 th. Rutin cuci darah 2x seminggu karena CKD sejak 2 th yll. OS ada riwayat DM sejak 10 th yll, rutin minum obat...
Anonymous
Dibalas 15 April 2024, 07:55
Asam amino untuk pasien CKD stadium dini
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Dok pasien dengan CKD stadium dini yang belum dibatasi asupan konsumsi protein sebelumnya apakah tetap perlu diberikan asam amino nocid acid?

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.