Teknik Ekstraksi Kuku
Teknik ekstraksi kuku atau roserplasty merupakan prosedur bedah minor, yang diawali dengan tindakan asepsis, anestesi, eksplorasi dan identifikasi, serta pemisahan kuku dari dasar kuku.
Persiapan Pasien
Informed consent mengenai tujuan, indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi mengenai prosedur ekstraksi harus dilakukan kepada pasien. Pasien yang akan dilakukan ekstraksi kuku harus melalui serangkaian anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan dermatologis pada kulit dan kuku perlu dilakukan secara menyeluruh.
Kondisi pasien berupa penyakit vaskular, diabetes mellitus, ataupun gangguan hemostasis perlu ditanyakan, untuk mengetahui kontraindikasi dari ekstraksi kuku. Tes laboratorium, khususnya fungsi pembekuan darah dan pemeriksaan darah lengkap, tidak dilakukan secara rutin, yang hanya dilakukan pada pasien dengan faktor risiko.[3]
Pasien yang datang dengan keluhan infeksi atau inflamasi akut pada kuku atau jaringan lunak di sekitarnya, seperti paronikia, sebaiknya tindakan ekstraksi kuku ditunda. Pada pemeriksaan klinik seperti ingrown toenails yang sudah mencapai lipatan kuku lateral, sebaiknya segera dilakukan ekstraksi kuku. Pasien perlu menghentikan konsumsi obat antikoagulan sejak 1 minggu sebelum tindakan.[3]
Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan prosedur ekstraksi kuku adalah:
- Sarung tangan nonsteril, alcohol swab, dan perlengkapan antiseptik
Syringe 5‒10 mL dan jarum suntik ukuran 27G
Lidokain 1% tanpa epinefrin, atau bupivacaine 0,5%
- Larutan aqueous phenol 1%, larutan alkohol 70%
Gauze sterile, nail splitter, forsep lurus, gunting iris, skalpel
Tourniquet atau turniket
-
Nonadherent gauze dan tubular gauze dressing
- Antibiotik topikal, misalnya asam fusidat[4,5]
Manfaat Turniket vs Adjuvan Epinefrin
Selama ini, turniket digunakan untuk menjaga hemostasis selama prosedur ekstraksi kuku. Namun, uji klinis acak oleh Fernandez et al menyatakan bahwa pemberian epinefrin sebagai adjuvan dari anestesi dapat membantu menurunkan risiko perdarahan selama prosedur ekstraksi kuku, sehingga dapat menggantikan peran turniket.
Epinefrin juga dapat meningkatkan durasi kontrol nyeri selama prosedur berlangsung. Epinefrin dapat menggantikan fungsi turniket karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan penggunaan turniket, seperti perdarahan pasca operasi dan efek anestesi yang lebih rendah. Oleh karena itu, pada pasien yang tidak memiliki riwayat diabetes mellitus, gangguan vaskular, atau penyakit trombotik, penggunaan epinefrin dapat dipertimbangkan.[6]
Posisi Pasien
Posisi pasien bisa duduk atau berbaring supine. Apabila ekstraksi dilakukan pada kuku jari tangan, sebaiknya tangan diluruskan dengan telapak tangan mengarah ke bawah. Apabila pada kuku jari kaki, sebaiknya kaki diluruskan dan menggantung pada bagian ujung tempat tidur.[5]
Operator harus duduk sejajar dan pada posisi yang nyaman, sebaiknya tidak membungkuk. Diperlukan bantuan asisten, seperti perawat atau anggota keluarga, untuk memegang tungkai bawah pasien agar tidak ada gerakan refleks kaki pasien saat ekstraksi kuku.[5]
Prosedural
Terdapat beberapa teknik ekstraksi kuku, yaitu ekstraksi kuku parsial (roser plasty), ekstraksi kuku total, dan matriksektomi. Ekstraksi kuku parsial dan total dapat dilakukan oleh dokter umum, sedangkan matriksektomi sebaiknya dirujuk ke spesialis bedah.
Ekstraksi Kuku Parsial
Prosedural ekstraksi kuku parsial sebagai berikut:
- Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan serta posisikan pasien dan operator pada posisi yang tepat.
- Persiapkan kuku yang akan dilakukan ekstraksi dengan larutan povidone iodine. Gunakan lidocaine atau bupivacaine dengan epinefrin (kecuali jika ada kontraindikasi) untuk anestesi lokal dengan metode blok digital. Kombinasi lidokain dengan bikarbonat ditemukan dapat mengurangi nyeri saat anestesi.
- Gunakan turniket (dapat menggunakan karet gelang) pada bagian jari tangan atau kaki sekitar kuku untuk membantu hemostasis pada durasi singkat, namun hati-hati pada pasien dengan penyakit vaskular perifer atau diabetes mellitus.
- Identifikasi bagian yang akan diekstraksi (contoh ingrown nail) sampai 20‒25% bagian lateral. Gunakan gunting iris untuk memisahkan kuku dari dasarnya (nail bed).
- Gunakan nail splitter untuk memotong bagian ujung distal kuku sampai ke bagian daerah kutikula dari lipatan kuku.
- Segera lepaskan turniket setelah hemostasis tercapai.
- Berikan salep antibiotik dan lakukan dressing dengan nonadherent gauze dan tubular gauze.[4,5]
Ekstraksi Kuku Total
Ekstraksi kuku total adalah teknik ekstraksi kuku yang membuang semua bagian dari lipatan kuku lateral apabila sudah terdapat destruksi matriks kuku lateral. Seperempat hingga tiga perempat bagian lateral kuku dapat dipisahkan dari dasar kuku menggunakan hemostat datar yang tipis.[4]
Ekstraksi kuku total harus dilakukan dengan teliti, sisakan beberapa milimeter proksimal dari eponychium (kutikula). Fragmen kuku yang akan dibuang perlahan ditarik dengan hemostat dengan gerakan memutar (twisting). Apabila masih ada sisa-sisa ekstraksi kuku yang tertinggal, maka dibuang secara perlahan dengan bantuan skalpel.[4]
Matriksektomi
Matriksektomi adalah ekstirpasi total dari matriks kuku sehingga menyebabkan kehilangan kuku yang permanen. Matriksektomi dilakukan apabila dasar kuku sudah bersih dan kering.
Matriksektomi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia atau dengan ablasi elektrokauter. Untuk matriksektomi kimia, dokter biasanya akan melakukan destruksi dari matriks kuku yang sudah dicabut dengan larutan fenol selama 3 kali selama 30 detik, untuk mencegah pertumbuhan kembali kuku. Selanjutkan, dibersihkan dengan alkohol 70% untuk menetralisasi fenol.
Untuk ablasi kauter, dokter akan menggunakan natrium hidroksida 10% selama 1‒2 menit, kemudian menggunakan laser CO, dan aplikasi silver nitrat. Tenaga kesehatan juga harus berhati-hati dengan tindakan kauter yang mengeluarkan asap, karena asap bedah dapat memberikan dampak pada kesehatan.[1,4]
Follow Up
Follow up perlu dilakukan secara teliti untuk menilai apakah terdapat komplikasi. Perawatan luka dapat dilakukan dengan membersihkan area luka dengan air dan diberikan salep antibiotik pada luka.[1,3]
Dressing luka yang memiliki sifat penyerapan yang tinggi sangat membantu mempercepat penyembuhan luka. Dressing harus dibuka dan diganti 24‒48 jam setelah terendam air hangat atau larutan garam sampai luka benar-benar sembuh atau tidak ada lagi eksudat.[1,3]
Pemberian cairan povidone iodine juga dapat membantu proses penyembuhan luka. Pasien juga perlu melakukan elevasi pada ekstremitas yang dilakukan ekstraksi untuk meminimalisasi nyeri dan bengkak.[1,3]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini