Komplikasi Blok Saraf Oral
Komplikasi blok saraf oral antara lain trismus dan kerusakan saraf iatrogenik. Komplikasi spesifik juga bisa terjadi tergantung pendekatan tindakan yang digunakan. Sebagai contoh, blok saraf posterior superior alveolar dapat menyebabkan perdarahan jika terkena arteri maksilaris.[12,13]
Komplikasi Umum
Blok saraf oral dapat menyebabkan trismus dan infeksi jaringan yang lebih dalam jika jarum disuntikkan melalui area yang terinfeksi. Selanjutnya, dapat juga terjadi toksisitas akibat agen anestesi lokal karena alergi, overdosis, atau tanpa sengaja terjadi injeksi intravaskular.
Dapat pula terjadi kerusakan saraf akibat iatrogenik, yaitu tidak sengaja tertusuk jarum saat proses injeksi. Kerusakan ini ditandai dengan parestesia atau peningkatan nyeri secara tiba-tiba. Parestesia dapat terjadi lama atau sebentar tergantung tingkat kerusakan saraf.
Komplikasi lain yang dapat terjadi contohnya adalah hematoma dan edema, perdarahan lokal, nyeri dan rasa terbakar pada sekitar area injeksi, lesi intraoral pasca anestesi, ataupun kasus iatrogenik lain seperti jarum patah.[6,7]
Komplikasi Spesifik
Setiap jenis blok saraf oral memiliki komplikasi yang berbeda. Berikut adalah beberapa contohnya.
Blok Saraf Posterior Superior Alveolar
Penetrasi jarum yang terlalu ke arah posterior dapat mengenai arteri maksilaris. Hal ini berpotensi menyebabkan perdarahan masif, dan jika tetap dilakukan deponir maka berpotensi terjadinya emboli.[12,13]
Blok Saraf Infraorbita
Penetrasi jarum yang terlalu ke superior dapat memasuki orbita. Oleh karena itu, pastikan posisi jarum dengan palpasi menggunakan telunjuk non-dominan.
Selain itu, area keputihan di wajah (blanching) yang berat dapat menandakan telah terjadi vasokonstriksi arteri atau vena fasial akibat reaksi terhadap epinephrine. Hal ini lebih sering terjadi pada prosedur ekstraoral. Fentolamin dapat mengatasi efek samping ini.[12,13]
Blok Saraf Nasopalatina
Pada anestesi blok saraf nasopalatina, terdapat risiko iskemik dan nekrosis mukosa. Hal ini disebabkan karena menyuntikkan cairan >0,4 ml, sehingga terjadi pemisahan antara mukosa dan palatum durum.
Selain itu, jaringan yang padat dapat membuat cairan anestesi kembali masuk ke jarum. Untuk itu, perlu dilakukan penekanan yang cukup kuat agar larutan anestesi dapat deponir masuk ke dalam jaringan.[3,13]
Blok Saraf Palatina Mayor
Anestesi blok saraf palatina mayor dapat menyebabkan iskemik dan nekrosis mukosa karena menyuntikkan cairan anestesi lebih dari 0,4-0,5 ml, sehingga terjadi pemisahan antara mukosa dan palatum durum. Kondisi ini dapat menginisiasi terjadinya nekrosis mukosa.
Selain itu, anestesi pada saraf ini juga dapat menyebabkan rasa tertutup dan tersedak pada tenggorokan. Hal ini dapat terjadi akibat larutan anestesi mengenai saraf palatina minor yang terletak di posterior saraf palatina mayor.[3,13]
Blok Saraf Alveolar Inferior
Bell’s palsy transien dapat terjadi setelah anestesi saraf alveolar inferior jika jarum terlalu posterior dan mengenai saraf fasial. Untuk menghindari hal ini, jarum sebaiknya menyentuh mandibula sebelum dilakukan deponir.
Selain itu, dapat juga terjadi trismus. Hal ini dapat terjadi ketika tanpa sengaja jarum melukai jaringan.[4,17]
Blok Saraf Mental
Komplikasi khusus yang mungkin dapat terjadi pada anestesi blok saraf mental adalah parestesia pada bibir dan dagu. Hal ini dapat terjadi jika jarum mengenai saraf dan melukai saraf tersebut.[18]
Penulisan pertama oleh: dr. Paulina Livia Tandijono