Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Komplikasi Kawat Gigi general_alomedika 2023-12-23T10:21:32+07:00 2023-12-23T10:21:32+07:00
Kawat Gigi
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Komplikasi Kawat Gigi

Oleh :
Drg. Rifa Astari Gumay
Share To Social Media:

Potensi komplikasi dari perawatan kawat gigi antara lain resorpsi akar, dekalsifikasi enamel, masalah periodontal, nyeri, dan penyakit temporomandibular. Keterampilan dan pengetahuan dokter yang merawat juga menjadi kunci kesuksesan perawatan yang diberikan.[4,21,22]

Resorpsi Akar

Resorpsi akar merupakan komplikasi yang tidak terelakkan pada perawatan ortodonti. Namun resorpsi akar yang terjadi umumnya hanya derajat ringan.

Jika terjadi resorpsi akar derajat berat, maka prognosis gigi akan menjadi tidak baik. Pemendekan akar akibat kondisi patologis menyebabkan kehilangan perlekatan periodontal. Untuk meminimalisir terjadinya resorpsi akar, maka diperlukan perilaku oral hygiene pasien yang baik dan teknik perawatan yang tepat.

Faktor Risiko

Faktor genetik dan ras pasien juga dapat mempengaruhi terjadinya resorpsi akar. Kondisi sistemik pasien seperti asthma, diabetes, arthritis dan kelainan endokrin dapat memperparah proses resorpsi akar.

Prevalensi resorpsi akar tinggi pada gigi yang erupsi di jalur abnormal dan juga berpengaruh pada gigi yang berdekatan. Salah satu contoh kasus adalah maloklusi yang melibatkan pergerakan impaksi gigi kaninus kembali ke lengkung rahang. Morfologi akar yang tipis, dilaserasi dan tapered juga rentan terhadap resorpsi akar. Gigi yang memiliki riwayat trauma juga berisiko tinggi mengalami resorpsi akar. Menurut studi, gigi maksila lebih rentan mengalami resorpsi akar dibandingkan gigi mandibula.

Faktor risiko yang berkaitan langsung dengan teknik perawatan ortodonti yang dapat menyebabkan resorpsi akar antara lain waktu perawatan, jumlah pergerakan apeks akar, tipe dan jumlah gaya ortodonti yang diaplikasikan, serta tipe piranti alat cekat yang digunakan. Waktu perawatan yang optimal demi mencegah terjadinya resorpsi akar derajat parah adalah 1,5 tahun.

Evaluasi kondisi gigi melalui pemeriksaan radiografi perlu dilakukan setelah 6-12 bulan pasca perawatan ortodonti dimulai. Jika terdapat gambaran resorpsi akar, maka pasien perlu diinformasikan. Perawatan aktif perlu dihentikan untuk sementara waktu, minimal selama 3 bulan. Studi menunjukkan bahwa jeda 2-3 bulan perawatan ortodonti dengan kondisi kawat pasif menurunkan jumlah total resorpsi akar. Proses penyembuhan resorpsi akar dimulai 2 minggu setelah perawatan aktif dihentikan.[4,22,23]

Nyeri

Komplikasi berupa rasa nyeri dan ketidaknyamanan saat perawatan ortodonti umum terjadi. Dilaporkan 70% hingga 95% pasien yang sedang memakai kawat gigi mengalami rasa nyeri. 8% hingga 30% dari pasien, biasanya memutuskan untuk tidak melanjutkan perawatannya. Rasa nyeri dan ketidaknyamanan yang berkaitan dengan perawatan ortodonti ditandai dengan tekanan, ketegangan, dan rasa pedih pada gigi. Rasa nyeri pada gigi anterior lebih besar dibandingkan pada area gigi posterior.

Nyeri mulai terasa 4 jam setelah pemasangan separator atau kawat ortodonti, rasa nyeri paling dominan terasa pada hari kedua perawatan. Memberi resep analgesik ibuprofen atau paracetamol dapat dilakukan setelah pemasangan separator dan kawat ortodonti awal jika diperlukan.[4,21,22]

Masalah Periodontal dan Perawatan Ortodonti

Timbulnya masalah periodontal merupakan salah satu komplikasi umum yang terjadi karena perawatan ortodonti. Masalah periodontal yang dapat terjadi antara lain gingivitis hingga periodontitis, dehiscence, fenestration root, resesi gingiva, pembesaran gingiva, kehilangan tulang alveolar, dan kehilangan dukungan perlekatan gingiva..

Gingivitis biasanya terjadi karena kebiasaan pembersihan rongga mulut yang dilakukan tidak optimal sehingga terjadi akumulasi plak. Retensi plak meningkat akibat adanya komponen kawat gigi yang menempel pada permukaan gigis. Pembesaran gingiva terjadi akibat trauma mekanis dan diinduksi oleh plak.

Oleh karena itu, sebelum perawatan ortodonti dimulai, dokter harus memastikan bahwa kondisi jaringan periodontal baik. Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi seperti kondisi sistemik diabetes mellitus dan epilepsi, dokter perlu melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang menangani kondisi sistemik. Evaluasi dan pembersihan rutin gigi perlu dilakukan setidaknya tiap 3 bulan.[1,4,22,24]

Dekalsifikasi dan Karies Gigi

Dekalsifikasi enamel atau white spot merupakan komplikasi yang umum terjadi pada perawatan ortodonti. Hampir 50% pasien ortodonti mengalami dekalsifikasi enamel, terutama pada area insisif maksila. Dekalsifikasi merupakan tahap awal pembentukan kavitas karies gigi.

Karies gigi biasanya terjadi pada bagian dekat gingiva, bagian mesial atau distal gigi dekat braket akibat retensi makanan karena pembersihan gigi yang tidak adekuat. Upaya pencegahan karies gigi dan kontrol plak dapat dilakukan dengan menyikat gigi menggunakan pasta gigi mengandung fluoride, menggunakan sikat gigi interdental, berkumur dengan mouthwash mengandung fluoride, ataupun aplikasi fluoride varnish 2 kali dalam setahun.[4,22,25,26]

Reaksi Pulpa Gigi Selama Perawatan Ortodonti

Reaksi pulpa terhadap gaya ortodonti biasanya minimal. Reaksi pulpa berupa respon inflamasi ringan yang bersifat sementara. Namun kehilangan vitalitas pulpa gigi bisa saja terjadi saat perawatan ortodonti. Hal ini diakibatkan gaya yang diberikan pada gigi terlalu besar, tidak terkontrol dan terus menerus. Gaya ortodonti yang menginduksi proses vaskularisasi pulpa, dapat menyebabkan diskolorasi endogen. Riwayat trauma pada gigi juga merupakan salah faktor risiko kehilangan vitalitas gigi.[22,27]

Perubahan Warna Pada Gigi

Diskolorasi gigi bisa disebabkan oleh penggunaan resin sebagai bahan bonding braket pada gigi. Kekurangan dari penggunaan resin adhesif sebagai bonding braket adalah warna tidak stabil. Resin tag baru bisa hilang dengan mengikis sedikit permukaan enamel.

Selain itu, pewarna makanan, sinar ultraviolet, dan korosi produk dari alat ortodonti menginduksi perubahan warna, dengan kecenderungan warna menjadi kekuningan. Diskolorasi gigi biasanya muncul setelah braket dilepas.[25,28]

Perubahan Jaringan Lunak

Saat perawatan ortodonti, perubahan jaringan lunak intraoral dan ekstraoral dapat terjadi. Lesi oral biasanya terjadi akibat kontak mekanis antara gingiva dan mukosa dengan braket, molar tubes dan kawat. Penggunaan instrumen ortodonti yang tidak tepat juga dapat melukai mukosa. Lesi umumnya berupa erosi dan ulserasi pada bagian labial, bukal, lingual atau mukosa gingiva.[21,22]

Reaksi Alergi

Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi akibat alergen seperti nikel, kobalt, kromium, lateks, dan polimer. Lesi dapat muncul di mukosa oral dan gingiva. Dermatitis kontak biasanya terjadi di wajah dan leher. Reaksi sistemik jarang terjadi.[4,22,29]

Penyakit Temporomandibular dan Perawatan Ortodonti

Sebelum tindakan perawatan ortodonti dimulai, evaluasi kemungkinan riwayat kelainan temporomandibular dan pasien  yang memiliki risiko tinggi. Identifikasi kemungkinan inflamasi tulang dan kelainan otot, trauma kepala dan leher, nyeri kepala kronik, dan stres tingkat tinggi pada pasien. Jika terdapat tanda dan gejala kelainan temporomandibular, tentukan tingkat keparahan kondisi tersebut. Perawatan ortodonti harus ditunda jika pasien memiliki gejala akut atau nyeri parah karena disfungsi temporomandibular.[4,22,30]

Referensi

1. Feu D. Orthodontic treatment of periodontal patients: challenges and solutions, from planning to retention. Dental Press J Orthod. 2020;25(6):79-116. doi:10.1590/2177-6709.25.6.079-116.sar
4. Alawiyah T. Komplikasi dan Risiko Yang Berhubungan Dengan Perawatan Orthodonti. Jurnal Ilmiah Widya. 2017; 4(1). p256-261
21. AlDahash F, AlShamali D, AlBander W, Bakhsh R, AlMadhi W, AlSenani S. Oral mucosal ulceration during orthodontic treatment: The perception of patients and knowledge and attitude of the orthodontic practitioners. J Family Med Prim Care. 2020;9(11):5537-5541. Published 2020 Nov 30. doi:10.4103/jfmpc.jfmpc_1197_20
22. Talic NF. Adverse Effect of Orthodontic Treatment: A Clinical Perspective. The Saudi Dent J. 2011; 23. 55-59
23. Yassir YA, McIntyre GT, Bearn DR. Orthodontic treatment and root resorption: an overview of systematic reviews. Eur J Orthod. 2021 Aug 3;43(4):442-456. doi: 10.1093/ejo/cjaa058. PMID: 33215186.
24. Cerroni S, Pasquantonio G, Condò R, Cerroni L. Orthodontic Fixed Appliance and Periodontal Status: An Updated Systematic Review. Open Dent J. 2018;12:614-622. Published 2018 Sep 28. doi:10.2174/1745017901814010614
25. Chen Q, Zheng X, Chen W, Ni Z, Zhou Y. Influence of orthodontic treatment with fixed appliances on enamel color: a systematic review. BMC Oral Health. 2015;15:31. Published 2015 Mar 10. doi:10.1186/s12903-015-0014-x
26. Pinto AS, Alves LS, Maltz M, Zenkner JEDA. Association between fixed orthodontic treatment and dental caries: a 1-year longitudinal study. Braz Oral Res. 2020 Nov 13;35:e002. doi: 10.1590/1807-3107bor-2021.vol35.0002. PMID: 33206775.
27. Abu Alhaija ESJ, Al-Abdallah SY, Taha NA. A comparative study of initial changes in pulpal blood flow between clear aligners and fixed orthodontic appliances. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2019 Nov;156(5):603-610. doi: 10.1016/j.ajodo.2018.11.013. PMID: 31677668.
28. Baik UB, Kim H, Chae HS, Myung JY, Chun YS. Teeth discoloration during orthodontic treatment. Korean J Orthod. 2017;47(5):334-339. doi:10.4041/kjod.2017.47.5.334
29. Zigante M, Rincic Mlinaric M, Kastelan M, Perkovic V, Trinajstic Zrinski M, Spalj S. Symptoms of titanium and nickel allergic sensitization in orthodontic treatment. Prog Orthod. 2020 Jul 1;21(1):17. doi: 10.1186/s40510-020-00318-4. PMID: 32607604; PMCID: PMC7326753.
30. Mušanović A, Ajanović M, Redžepagić Vražalica L, et al. Prevalence of TMD among Children Provided with Fixed Orthodontic Treatment. Acta Stomatol Croat. 2021;55(2):159-167. doi:10.15644/asc55/2/5

Teknik Kawat Gigi
Edukasi Pasien Kawat Gigi
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 08 September 2023, 19:04
Cabut gigi untuk pemasangan kawat gigi
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter,Mhn opini mengenai pasien dg panoramic seperti ini....M1 di kedua sisi sudah mengalami penambalan 1x, dg gambaran seperti ini, apakah bisa M1 yg...
Anonymous
Dibalas 19 Agustus 2023, 12:20
M1 bolehkah dicabut saat pasang bracket?
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo dokter,Mhn ijin utk berdiskusi...Pd pmsngn bracket atau kawat gigi, apakah M1 bnr2 tdk blh dicabut? Sbnrnya, apa yg jd dasar pncabutan gigi mana smntr...
Anonymous
Dibalas 24 Juni 2023, 13:02
Pencabutan gigi pada pemasangan bracket
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo Dokter dan Drg...Ijin bertanya,Dok...utk pencabutan gigi pada pemasangan bracket (behel), apakah tidak boleh M1 dok? Supaya tdk terlalu kedepan yg...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.