Teknik Kawat Gigi
Teknik pemasangan kawat gigi atau alat ortodonti cekat ditentukan setelah dilakukan pemeriksaan klinis dan radiografi. Pencetakan model studi rahang atas dan bawah dengan alginate membantu dalam menghitung kebutuhan ruang yang ada serta evaluasi keberhasilan sebelum dan setelah perawatan.[15,16]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien meliputi anamnesis lengkap, pemeriksaan klinis intraoral dan ekstraoral, pencetakan gigi rahang atas dan bawah untuk perhitungan kebutuhan ruang dan perencanaan perawatan, serta pemeriksaan penunjang radiografi panoramik dan sefalometri. Sebelum tindakan, dokter perlu meminta informed consent pasien. Terapi ini merupakan terapi jangka panjang, secara umum memakan waktu 12-36 bulan, sehingga komitmen pasien sangat penting.
Anamnesis
Anamnesis pasien meliputi data pribadi pasien, keluhan utama, riwayat medis pasien, riwayat medis gigi pasien dan riwayat keluarga. Hal ini bertujuan untuk membangun hubungan baik dengan pasien mengingat bahwa perawatan ortodonti merupakan suatu perawatan jangka panjang. Selain itu, pemeriksaan juga bertujuan mendapat data yang akurat tentang keluhan pasien demi penegakan diagnosis yang tepat.
Keluhan utama pasien terkait kondisi maloklusi yang diderita membantu dalam menentukan tujuan perawatan dan penyamaan persepsi terkait hasil akhir perawatan yang ideal bagi pasien. Penyakit sistemik perlu diketahui, agar dokter dapat konsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang menangani kondisi pasien. Pemberian antibiotik profilaksis mungkin perlu dilakukan pada kondisi tertentu. Jika diperlukan pencabutan gigi demi kebutuhan ruang pergerakan gigi, maka dokter dapat mengantisipasi waktu, teknik, serta penanganan saat dan pasca pencabutan gigi.
Riwayat medis gigi pasien menunjukan tingkat oral hygiene pasien dan kemampuan pasien dalam menjaga kebersihan mulutnya. Hal ini dikarenakan perawatan kawat gigi berpengaruh dengan kondisi gigi dan jaringan periodontal pasien. Kebiasaan parafungsional, seperti tongue thrust, bernafas melalui mulut, bruxism, dan mengisap jari juga perlu diperhatikan. Riwayat keluarga berkaitan dengan kondisi maloklusi skeletal, terutama maloklusi skeletal kelas III dan kondisi kongenital seperti sumbing.
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan umum meliputi tinggi dan berat badan, postur tubuh, gaya berjalan dan fisik pasien. Tinggi dan berat badan dicatat untuk menilai pertumbuhan fisik dan perkembangan pasien. Gaya berjalan berkaitan dengan kondisi neuromuskular pasien. Postur tubuh yang tidak normal juga dapat menyebabkan maloklusi.
Pemeriksaan Kepala:
Pemeriksaan bentuk kepala berdasarkan indeks sefalik untuk menentukan kategori kepala mesosefalik, brakisefalik, dolikosefalik, dan hiperbrakisefalik. Pemeriksaan bentuk wajah dengan indeks morfologi wajah untuk menentukan kategori wajah hipereuriprosopik, euriprosopik, mesoprosopik, leptoprosopik, hiperleptoprosopik.
Tipe morfologi wajah memiliki hubungan terhadap bentuk lengkung rahang, seperti tipe wajah euryprosopik memiliki rahang yang persegi dan lebar, sementara tipe wajah leptoprosopik memiliki rahang yang sempit, sehingga jika terjadi kekurangan kebutuhan ruang maka tindakan ekstraksi lebih dianjurkan.
Pemeriksaan Simetri Wajah:
Pemeriksaan simetri wajah dilakukan dari arah transversal dan vertikal. Profil wajah dievaluasi dengan titik referensi yang ditarik garis dari titik A dan titik Pogonion. 3 bentuk profil wajah yaitu ortognati, cembung (biasanya terlihat pada pasien Kelas II), dan cekung (biasanya terlihat pada pasien Kelas III). Divergensi wajah biasanya dipengaruhi oleh etnis atau ras pasien. Pemeriksaan hubungan rahang anteroposterior untuk menentukan kondisi skeletal pasien yang dikategorikan menjadi Kelas I, Kelas II dan Kelas III. Pemeriksaan proporsi wajah terkait hubungan vertikal rahang menentukan kondisi deep bite dan open bite yang dialami pasien.
Pemeriksaan Ekstraoral:
Pemeriksaan ekstraoral meliputi dahi, hidung, bibir dan dagu. Prognosis estetik dari perawatan ortodonti ditentukan oleh profil wajah yang dipengaruhi oleh bentuk dahi, bentuk hidung dan posisi hidung. Bibir diklasifikasikan menjadi competent lips, incompetent lips, potentially competent lips, dan everted lips. Konfigurasi dagu ditentukan oleh struktur tulang, ketebalan dan tonus otot mentalis. Aktivitas otot mentalis dipengaruhi oleh kondisi maloklusi, seperti pada maloklusi Kelas II kerutan dagu terlihat dan hiperaktif.
Pemeriksaan Intraoral:
Pemeriksaan intraoral meliputi lidah, frenulum, gingiva, palatum, tonsil, dan adenoid. Pemeriksaan lidah meliputi bentuk, warna dan konfigurasi. Lidah yang besar atau makroglosia biasanya ditandai dengan adanya indentasi pada proksimal lidah yang memberikan tampilan scalloped. Tongue-tie dapat membatasi pergerakan lidah. Abnormalitas lidah mempengaruhi keseimbangan otot dan equilibrium yang dapat menyebabkan maloklusi. Frenulum labial maksila yang tinggi dapat menyebabkan midline diastema.
Pada pemeriksaan gingiva, hal yang perlu diperhatikan antara lain kondisi gingiva secara keseluruhan, ada atau tidaknya inflamasi, dan lesi mukogingival. Perawatan ortodonti ditunda pada kondisi pasien dengan gingivitis atau masalah periodontal, hingga kondisi tersebut sudah teratasi dan mengalami perbaikan.
Pemeriksaan palatal diperuntukan untuk evaluasi ada atau tidaknya pembengkakan patologis palatal, indentasi dan ulserasi yang dapat disebabkan oleh traumatic deep bite, ada atau tidaknya celah, kedalaman dan bentuk palatal, serta rugae palatal. Sementara itu, pemeriksaan tonsil meliputi ukuran dan keberadaan kondisi inflamasi. Inflamasi pada tonsil menyebabkan alterasi lidah dan postur rahang yang mempengaruhi keseimbangan orofasial sehingga terjadi adenoid faces.
Pemeriksaaan status kesehatan gigi meliputi ada atau tidaknya anomali gigi, karies gigi yang perlu dirawat sebelum perawatan ortodonti dimulai, jumlah gigi secara menyeluruh, gigi yang hilang, gigi impaksi, overjet, overbite, relasi molar, crossbite gigi, midline wajah, malposisi gigi, serta bentuk dan simetri rahang atas-bawah.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lainnya yaitu pemeriksaan fungsional dan pemeriksaan penunjang radiografik, serta melakukan pencetakan rahang atas dan bawah. Pemeriksaan fungsional meliputi penilaian maksimum interkuspal dan posisi istirahat postural, pemeriksaan sendi temporomandibular, dan pemeriksaan disfungsi orofasial. Pemeriksaan penunjang radiografik umumnya berupa foto rontgen panoramik dan lateral sefalogram.[15,16]
Peralatan
Pergerakan gigi yang dilakukan oleh kawat gigi dicapai melalui interaksi braket pada permukaan gigi dan kawat yang diikat ke braket. Braket dapat berupa band yang disementasikan ke gigi atau ditempelkan langsung ke permukaan gigi dengan bahan adhesif. Komponen peralatan kawat gigi meliputi braket dan molar tubes, kawat atau archwire, orthodontic adhesive, dan komponen tambahan (auxiliaries) seperti pin, elastic, uprighting dan torquing spring, elastomerik modul, kawat ligature, dan alat cekat.[15-17]
Braket
Braket ortodonti dilekatkan pada mahkota gigi, berperan dalam mentransmisi gaya yang diaplikasi oleh kawat dan alat tambahan pada gigi. Braket terbuat dari bahan stainless steel, bebas nikel, titanium, atau kromium konalt.
Teknik bonding bergantung pada interaksi fisik antara dasar braket dan permukaan enamel gigi yang telah dietsa. Oleh karena itu, dasar braket biasanya kasar guna meningkatkan ikatan tersebut. Jenis-jenis bracket antara lain braket edgewise, braket aesthetic edgewise, braket Begg, dan braket self-ligating.[16,18]
Kawat atau Archwires
Paduan logam yang digunakan untuk fabrikasi kawat ortodonti antara lain stainless steel, nikel-titanium, kromium kobalt, dan beta titanium. Masing-masing alloy memiliki sifat fisik yang berbeda. Sifat fisik yang dibutuhkan dari kawat ortodonti tergantung akan tahap perawatannya yang sedang berjalan dan jenis pergerakan gigi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, berbagai jenis kawat ortodonti dibutuhkan selama perawatan ortodonti berlangsung, bervariasi dalam jenis logam yang digunakan dan juga dimensi kawat.
Pada tahap awal tooth alignment, sifat fisik kawat yang diperlukan antara lain springback besar, kekakuan rendah, high-stored energy, biokompatibilitas dan sifat gesekan permukaan rendah. Ketika alignment awal berhasil dicapai, maka dibutuhkan peningkatan sifat kekakuan kawat untuk menyelesaikan proses levelling gigi, mengurangi overbite, dan pergeseran gigi ke dalam lengkung rahang. Kawat yang digunakan biasanya round stainless steel dengan diameter 0,016 hingga 0,02 inci.
Jika tujuan dari tahapan ini telah tercapai, maka dimulailah proses penutupan ruang gigi geligi, dengan atau tanpa menggunakan komponen tambahan. Sifat fisik kawat yang dibutuhkan adalah kekakuan tinggi, low-stored energy, biokompatibilitas, sifat gesekan permukaan yang rendah, dan good joinability.[15,16,18,19]
Komponen Tambahan
Beberapa komponen tambahan atau auxiliaries dibutuhkan demi keberhasilannya perawatan kawat gigi. Komponen tambahan ini berupa elastomeric dan produk metalik.
Produk elastomeric biasanya terbuat dari lateks atau polyurethane. Ligatur elastomeric kecil berfungsi untuk menahan kawat pada slot braket. Panjang rantai elastomeric yang dapat diregangkan, digunakan untuk menggerakkan satu atau beberapa gigi. Benang elastomeric untuk aplikasi traksi pada gigi. Elastic band digunakan dalam aplikasi gaya intramaksila dan intermaksila. Elastomeric tube untuk menutupi bagian kawat gigi yang terbuka.
Produk metalik meliputi pegas coil yang terbuat dari stainless steel, kromium kobalt, atau Ni-TI. Kawat ligatur digunakan untuk memaksimalkan kontak erat antara kawat dan braket. Palatal atau lingual arches digunakan untuk menambah anchorage, mencapai ekspansi atau derotasi molar.[15,16,18]
Orthodontic Adhesives
Bahan sementasi molar tubes yang digunakan adalah ionomer kaca. Hal ini dikarenakan memiliki kemampuan melepas fluoride dan daya tarik menarik yang baik terhadap stainless steel dan enamel. Ionomer kaca juga dapat digunakan sebagai bahan bonding braket, namun tingkat kegagalan sementasinya tinggi.
Sekarang, penelitian mengarahkan penggunaan material kompomer hibrida yang diharapkan dapat mengabungkan sifat adhesif dari komposit dan ionomer kaca. Apapun jenis bahan sementasi yang digunakan, kelebihan bahan harus dibersihkan sebelum mengeras agar tidak menjadi retensi plak gigi.[16,17]
Posisi Pasien
Dokter dan pasien harus diposisikan sedemikian rupa sehingga pasien merasa nyaman dan dokter dapat duduk di depan pasien tanpa hambatan yang berlebihan. Idealnya, instrumen alat dekat dengan posisi dokter.
Dental unit biasanya diposisikan supinasi membentuk 20-30 derajat terhadap lantai. Posisi kepala pasien menghadap ke arah operator. Posisi operator berada di depan kanan pasien atau posisi jam 9 dari pasien. Asisten operator berada di posisi jam 3, bertugas membantu menyedot saliva, membantu fiksasi alat jika diperlukan, serta membantu retraksi pipi, bibir dan lidah agar proses perawatan berlangsung efektif dan efisien.
Prosedural
Prosedur pemasangan kawat gigi dimulai dengan pencetakan rahang atas dan bawah untuk model studi operator guna membantu dalam merencanakan perawatan, persiapan pasien dan operator, baru kemudian pemasangan kawat gigi.
Persiapan Pasien dan Operator
Untuk menghindari transmisi penyakit, operator dan asisten harus menggunakan sarung tangan bedah, masker bedah, face shield dan gaun steril. Seluruh instrumen telah disterilisasi dengan baik. Pasien diinstruksikan untuk berkumur antiseptik terlebih dahulu sebelum tindakan. Sterile drape diletakkan di atas dada pasien untuk mengurangi risiko kontaminasi.
Sebelum pemasangan kawat gigi dilakukan, lakukan pembersihan karang gigi dan penambalan gigi yang memiliki karies. Gigi yang memerlukan perawatan endodonti juga perlu dirawat. Jika perlu dilakukan pencabutan gigi demi kepentingan kebutuhan ruang gigi, maka prosedur ini harus disesuaikan dengan kasus dan rencana perawatan yang telah dirancang oleh operator. Pencabutan gigi dapat dilakukan sebelum atau saat perawatan tergantung kasus dan rencana perawatan.[15,16]
Pemasangan Molar Tubes
Pemasangan molar banding memiliki beberapa indikasi spesifik, antara lain:
- Terdapat restorasi mahkota gigi yang besar dan jumlah struktur enamel kurang adekuat membuat bonding yang baik sulit dicapai
- Kebutuhan penggunaan komponen tambahan seperti palatal arch dan lingual arch yang biasanya dilekatkan pada permukaan lingual band
- Kasus maloklusi mengharuskan pasien menggunakan headgear, sehingga penggunaan molar banding diperlukan, dikarenakan gaya ekstraoral dapat meningkatkan kegagalan bonding dan risiko cedera pasien
Untuk menciptakan ruang saat pemasangan band, maka titik kontak perlu dibuka dengan cara memasang separator pada gigi selama beberapa hari. Separator yang umum digunakan adalah elastomeric yang berbentuk cincin kecil. Pada kasus dimana titik kontak terlalu rapat atau terdapat restorasi pada salah satu gigi, maka separator metal yang digunakan.
Setelah ruang tercipta, maka separator segera dilepas dan molar band dipasang. Ukuran molar band bervariasi. Sebelum disementasi, molar band diposisikan pada gigi, lalu pasien diinstruksikan untuk menggigit hingga posisi band tepat. Setelah posisi band tepat dan gigitan pasien tidak mengganjal, molar band dilepas dan diaplikasikan bahan sementasi. Kemudian diposisikan seperti saat proses percobaan. Bahan sementasi untuk pemasangan molar banding yang digunakan adalah semen ionomer kaca, karena sifat fisiknya yang berikatan secara kimiawi terhadap enamel dan dapat melepaskan fluoride guna mencegah demineralisasi.[15,16]
Pemasangan Braket
Posisi braket harus berada pada tengah mahkota anatomis dan paralel terhadap sumbu gigi. Braket ortodontik berikatan dengan enamel melalui ikatan mechanical locking dari proses etsa yang dilakukan pada permukaan mahkota gigi. Tahapan bonding braket yang dilakukan antara lain:
- Bersihkan permukaan gigi agar tidak ada plak yang menempel dengan menggunakan brush
- Aplikasi etsa pada permukaan enamel selama 20 hingga 30 detik dengan menggunakan asam fosfor 37%
- Setelah itu bilas dan keringkan gigi
- Lembabkan permukaan gigi, lalu aplikasikan bonding dan sinari selama 20 detik
- Aplikasikan resin komposit pada dasar braket
- Lalu posisikan braket pada permukaan mahkota gigi sesuai dengan prinsip pemasangan
- Sebelum disinar, bersihkan kelebihan resin komposisi pada gigi. Lalu lakukan penyinaran[16,20]
Pemasangan Kawat
Ukur panjang kawat pada model gigi yang sudah dicetak sebelumnya untuk memperkirakan panjang gigi saat dipasang pada pasien. Setelah itu, lakukan pemasangan kawat pada rahang gigi pasien. Pemasangan kawat ligatur atau elastomeric untuk memfiksasi posisi kawat pada braket dilakukan pada jenis ortodonti cekat konvensional. Namun, saat ini sudah terdapat sistem braket self-ligating yang menggunakan metode mechanically lock kawat pada slot braket.[16,19]
Follow Up
Setelah prosedur pemasangan kawat gigi selesai dilakukan, pasien dapat langsung beristirahat pulang dan melakukan perawatan di rumah. Selama 4-5 hari setelah pemasangan, pasien umumnya perlu adaptasi terhadap rasa “baru” yang dihasilkan dari kontak braket pada pipi dan bibir. Sariawan dapat terjadi.
Gunakan orthodontic wax untuk menutupi bagian braket yang terasa prominen dan dapat melukai mukosa. Gigi akan terasa goyang karena proses pergerakan gigi yang dihasilkan oleh interaksi komponen kawat gigi. Jika diperlukan, diet lunak dapat dilakukan. Obat analgesik dapat diberikan bila perlu.
Hindari makanan yang terlalu keras dan lengket. Hindari makanan dan minuman yang mengandung kadar gula dan asam tinggi. Hindari kebiasaan menggigit kuku atau menggigit benda keras. Pembersihan rongga mulut dilakukan 2 kali dalam sehari, dan menggunakan sikat gigi interdental untuk membersihkan sela-sela kawat. Kebersihan rongga mulut yang baik sangat penting saat perawatan kawat gigi.
Perawatan kawat gigi memakan waktu lama, umumnya 12-36 minggu. Minta pasien melakukan kontrol rutin sesuai anjuran dokter yang merawat untuk penyesuaian alat kembali dan melakukan instruksi pemakaian komponen tambahan jika diperlukan. Jika terdapat keluhan, sebaiknya segera menemui dokter gigi yang merawat untuk pengecekan.[1,4,21]