Teknik Perawatan Umbilikus pada Neonatus
Teknik perawatan umbilicus atau tali pusat pada neonatus dilakukan setelah lahir dengan penundaan penjepitan tali pusat, perawatan secara bersih dan kering, dan menggunakan ASI.[4,6–11,36,37]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien dimulai dari bayi baru lahir dengan menilai tone, breathing, dan term (TBT) untuk memutuskan penundaan penjepitan tali pusat. Bila bayi lahir tanpa perlu resusitasi atau pemberian positive pressure ventilation (PPV), penundaan penjepitan tali pusat minimal 1 menit perlu dilakukan.
Pada perawatan sehari-hari, persiapan pasien dilakukan selayaknya bayi yang akan mandi serta melihat ada atau tidaknya tanda infeksi pada tali pusat dan kulit sekitarnya, seperti kemerahan, adanya nanah atau berbau.[4,6,14,15,20,21,35]
Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk perawatan umbilicus atau tali pusat pada neonatus bergantung pada setting waktu dan tempat, yaitu setelah bayi lahir atau perawatan di rumah seperti perawatan bersih dan kering atau menggunakan ASI.[4,5–12]
Peralatan yang digunakan untuk perawatan tali pusat pada bayi baru lahir (BBL) adalah:
- Alat pelindung diri (APD), seperti apron, sarung tangan steril, dan masker
- Klem desinfeksi tingkat tinggi (DTT) sebanyak 2 buah
- Gunting desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau steril
- Benang desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau steril
- Larutan klorin 0,5% untuk desinfeksi peralatan yang sudah digunakan[4,5–12]
Peralatan yang digunakan untuk perawatan tali pusat di rumah adalah:
- Untuk perawatan kering diperlukan sabun, air bersih, kasa steril
- Untuk perawatan dengan ASI diperlukan ASI, pipet steril, wadah steril untuk ASI
- Untuk perawatan pada tali pusat kotor diperlukan air DTT (air yang direbus mendidih dan dibiarkan 20 menit) dan sabun
- Untuk perawatan tali pusat yang curiga infeksi diperlukan alkohol 70% atau povidone iodine 10% dan kasa steril[4,5–12]
Penggunaan antiseptik rutin seperti alkohol 70% dan povidone iodine 10% tidak direkomendasikan. Alkohol 70% mudah menguap (dalam 2 menit) dan berhubungan dengan pelepasan umbilicus yang lebih lama, sehingga efektivitasnya lebih rendah dalam mengurangi kolonisasi bakteri. Sedangkan penggunaan povidone iodine berhubungan dengan waktu pelepasan tali pusat yang lebih lama.
Edukasi orang tua untuk menghindari penggunaan metode tradisional perlu dilakukan. Edukasi terutama menghindari penggunaan tanah dan materi tumbuhan, yang berisiko infeksi termasuk tetanus neonatorum yang bersifat fatal.[39]
Posisi Pasien
Posisi pasien pada saat perawatan umbilikus atau tali pusat adalah posisi supine. Posisi ini membantu memudahkan perawatan tali pusat serta membantu agar tali pusat tetap kering dan tidak lembab.[14,26]
Prosedural
Prosedural perawatan umbilikus atau tali pusat pada neonatus berbeda antara perawatan pada BBL dan perawatan sehari hari dengan teknik perawatan kering, menggunakan antiseptik, dan menggunakan ASI.[6–8,26–28]
Perawatan Tali Pusat pada Bayi Bayi Lahir
Dua menit setelah bayi lahir, klem, potong dan ikat tali pusat. Oksitosin disuntikkan sebelum tali pusat dipotong. Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dengan napas spontan tanpa keperluan resusitasi adalah sebagai berikut:
- Jepit tali pusat dengan klem DTT pertama sejauh 3 cm dari dinding perut atau tunggul/stump bayi
- Dari titik jepitan, tekan dan dorong isi tali pusat ke arah ibu agar darah tidak terpancar saat pemotongan tali pusat, kemudian gunakan klem DTT ke–2 untuk menjepit tali pusat 2 cm ke arah ibu dari klem pertama
- Pegang tali pusat antara kedua klem DTT dengan satu tangan, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem dengan gunting steril
- Ikat tali pusat dengan benang steril pada satu sisi, lalu dilingkarkan kembali dan buat simpul kunci baru pada sisi lainnya
- Lepaskan klem penjepit tali pusat, kemudian desinfeksi dengan memasukkan ke dalam larutan klorin 0,5%
- Posisikan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisiasi menyusu dini (IMD)[35–37]
Bila bayi lahir dan tidak didapatkan napas spontan, lakukan stimulasi dengan back rubbing sebanyak 2–3 kali sebelum memutuskan untuk tidak melakukan penundaan penjepitan tali pusat maupun pemberian positive pressure ventilation (PPV).
Penjepitan tali pusat <1 menit diperbolehkan bila bayi asfiksia, memerlukan positive pressure ventilation (PPV), maupun harus dipindahkan karena resusitasi. Pemotongan tali pusat disarankan lebih panjang, yaitu 6–8 cm, apabila diputuskan pemberian akses umbilicus. Pada bayi yang memerlukan resusitasi, milking dapat dilakukan sebagai alternatif penundaan penjepitan tali pusat.[16,35–37]
Perawatan Umbilicus Secara Bersih dan Kering
Perawatan umbilicus atau tali pusat secara bersih dan kering yang disarankan adalah secara terbuka. Perawatan bersih dan kering secara terbuka dilakukan dengan membiarkan umbilicus terbuka setelah dibersihkan. Perawatan terbuka ini direkomendasikan, karena pelepasan umbilicus menjadi lebih cepat.[6,7,12,29]
Langkah perawatan tali pusat secara bersih dan kering adalah:
Cuci tangan sebelum melakukan perawatan tali pusat kemudian keringkan
- Perhatikan adanya tanda infeksi pada tali pusat dan kulit sekitarnya, seperti kemerahan, adanya pus, atau berbau
- Bersihkan dengan sabun dan air bersih
- Keringkan dengan melakukan tapping menggunakan kasa steril
- Biarkan tali pusat terbuka, lipat bagian atas popok ke bawah tunggul tali pusat agar tidak menutupi tali pusat, dan gunakan pakaian yang longgar pada bayi
- Cuci tangan kembali setelah melakukan perawatan tali pusat[6,7,12,16,29,35–37]
Apabila puntung tali pusat kotor, bersihkan dengan air DTT dan sabun. Kemudian segera keringkan menggunakan kain bersih. Bila didapatkan tanda infeksi atau pada tali pusat dan kulit sekitarnya, alkohol 70% dapat dioleskan sebelum membawa bayi ke fasilitas kesehatan.[16,29,35–37]
Perawatan Umbilikus Menggunakan ASI
Perawatan umbilikus menggunakan ASI dilakukan dengan cara:
- Tampung ASI pada wadah steril
- Ambil ASI dengan menggunakan pipet steril sebanyak 4–6 tetes
- Oleskan merata pada umbilikus
- Biarkan ASI mengering[18,26,27]
Penggunaan ASI direkomendasikan pada perawatan tali pusat karena mengandung protein dan imunoglobulin, yang berhubungan dengan waktu pelepasan tali pusat yang lebih cepat dan kejadian infeksi seperti omfalitis yang lebih rendah. ASI dapat mencegah terjadinya kolonisasi bakteri pada umbilikus karena merupakan antiseptik alami. Selain itu, ASI juga lebih efisien dari segi biaya.[18,26,27]
Follow Up
Follow up perawatan umbilikus atau tali pusat dilakukan bersamaan dengan kontrol bayi ke fasilitas kesehatan, yaitu pada hari ke-3, minggu ke 1–2, dan minggu ke 6. Tali pusat biasanya akan terlepas secara normal dalam 5–15 hari.
Pada perawatan di rumah, edukasi dilakukan pada caregiver bayi untuk melihat adanya tanda infeksi yang mengarah ke omfalitis, seperti kemerahan pada kulit di sekitar tali pusat, bau, dan munculnya pus. Pada keadaan ini, bayi perlu dibawa kembali ke fasilitas kesehatan walaupun belum waktunya follow up.[3–8,10,41]