Pendahuluan Operasi Katarak
Operasi katarak adalah tindakan mengeluarkan lensa kristalin yang mengalami kekeruhan (katarak) yang umumnya diikuti dengan pemasangan kembali lensa intraokular (LIO).[1]
Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Jerman, jumlah operasi katarak mencapai 700.000-3.000.0000 operasi per tahun. Sedangkan di Indonesia, cataract surgery rate (CSR) pada tahun 2014 adalah 1.411 per 1 juta penduduk. Laju ini masih jauh lebih rendah daripada negara berkembang dengan penduduk banyak, seperti India, yang memiliki CSR 4.830 di tahun yang sama.[1-4]
Gambar 1. Operasi Katarak. Sumber: Capt Holly Hess, Wikimedia Commons, 2013.
Indikasi operasi katarak adalah gangguan tajam penglihatan akibat katarak yang tidak dapat dikoreksi walaupun sudah menggunakan lensa koreksi terbaik. Indikasi operasi katarak lainnya adalah glaukoma fakomorfik, glaukoma fakolitik, dislokasi lensa, uveitis fakoantigenik, gangguan kosmetik, hingga permintaan pasien karena katarak sudah mengganggu aktivitas sehari-hari.[5,6]
Operasi katarak pertama kali dilakukan pada tahun 800 SM dengan teknik couching yang mendorong lensa ke bagian vitreous. Kemudian teknik operasi katarak berkembang menjadi teknik ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK), ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK), manual small incision manual cataract surgery (MSICS), fakoemulsifikasi, hingga yang terbaru adalah operasi katarak menggunakan laser femtosecond.
Teknik EKIK mengeluarkan lensa utuh tanpa membuka kapsul lensa. Teknik operasi katarak ekstrakapsular meliputi beberapa tahapan penting, yakni membentuk luka insisi (wound construction), kapsuloreksis, pengeluaran lensa (nucleus delivery), dan implantasi lensa intraokular.[1,5,7]
Komplikasi operasi katarak intraoperatif antara lain ruptur kapsul posterior dengan atau tanpa vitreous loss, nucleus drop, kamera okuli anterior menjadi lebih dangkal, trauma termal fakoemulsifikasi, dan perdarahan.
Komplikasi operasi katarak pascaoperatif, antara lain peningkatan tekanan intraokular, posterior capsular opacification, edema kornea, endoftalmitis, toxic anterior segment syndrome, uveitis kronis, edema makular sistoid, ablatio retina, dan dislokasi lensa intraokular.[5,8]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli