Pendahuluan Pemasangan Implan KB
Pemasangan implan KB merupakan salah satu metode kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah kehamilan, yang termasuk ke dalam kategori long-acting reversible contraception atau LARC. Keunggulan dari LARC adalah efektivitas yang tinggi melalui intervensi tunggal dan jangka waktu penggunaan panjang, yakni hingga 3–5 tahun.[1-3]
Implan KB mengandung hanya progestin (etonogestrel atau levonorgestrel). Implan ini tersedia dalam bentuk kapsul polimer atau batang. Cara kerjanya adalah menginhibisi ovulasi, menipiskan endometrium, mengurangi motilitas tuba, dan menebalkan mukus serviks.[1-3]
Indikasi pemasangan implan KB adalah bagi wanita yang ingin mencegah kehamilan, baik wanita nulipara ataupun multipara. Pemasangan implan KB juga dapat dilakukan bagi wanita yang baru melahirkan atau wanita yang sedang menyusui.[3]
Kontraindikasi pemasangan implan KB adalah kehamilan, gangguan hati berat (sirosis berat atau neoplasma), riwayat kanker payudara, perdarahan pervaginam abnormal yang tidak terdiagnosis, dan alergi atau hipersensitivitas terhadap materi implan KB.[3]
Teknik pemasangan implan KB harus dilakukan oleh tenaga medis yang sudah terlatih. KB akan dimasukkan di bawah kulit (lapisan subdermal) pada bagian lengan atas yang tidak sering digunakan (non-dominan), sekitar 8–10 cm di atas medial epicondyle.[3]
Komplikasi yang terjadi akibat pemasangan implan KB umumnya bersifat lokal pada area insersi, yaitu nyeri, perdarahan, kemerahan, dan hematoma. Komplikasi akibat penggunaan implan KB sendiri dapat berupa nyeri kepala, penambahan berat badan, jerawat, nyeri payudara atau abdomen, emosi labil, dan perdarahan menstruasi ireguler. Perdarahan ireguler bisa berupa oligomenorrhea, amenorrhea, atau polymenorrhea.[3]