Teknik Transfusi Darah
Teknik transfusi darah mencakup prosedur persiapan pasien, prosedur pelaksanaan tindakan dan follow up setelah tindakan transfusi.
Persiapan Pasien
Persiapan pasien dalam melakukan prosedur transfusi ini dibedakan antara persiapan pendonor dan persiapan untuk penerima darah.
Persiapan Resipien
Persiapan yang perlu dilakukan resipien adalah:
Pemberian informasi kepada pasien atau keluarga pasien mengenai indikasi dan manfaat transfusi, risiko yang mungkin terjadi, serta alternatif lain yang bisa dilakukan selain prosedur transfusi. Hal ini sebaiknya didokumentasikan dalam rekam medis pasien
- Pengisian informed consent mengenai persetujuan untuk menerima darah
- Proses permintaan darah harus dilakukan oleh dokter dengan formulir khusus yang berisi nomor rekam medis pasien, jenis kelamin, tanggal lahir, tanggal permintaan darah dan menyertakan indikasi dilakukannya proses transfusi. Identitas dapat menggunakan Bapak.X atau Ibu.X jika pasien dalam keadaan tidak sadar dan tidak ada wali yang menemani.
- Pengambilan sampel darah dari penerima untuk menyingkirkan kemungkinan reaksi kompatibilitas antara pendonor dan penerima darah serta kemungkinan terjadinya reaksi antigen-antibodi. Hal ini harus diikuti dengan pelabelan sampel darah yang diambil untuk prosedur transfusi
- Melakukan pemeriksaan cross-matching. Pemeriksaan cross-matching dilakukan dengan crossmatch mayor antara sel darah merah donor dengan serum penerima dicampur dalam larutan salin selanjutnya dilakukan pemeriksaan coombs indirect selanjutnya diikuti dengan crossmatch minor dengan mencampur sel darah merah penerima dengan serum donor. Hasil yang normal adalah jika tidak ditemukan adanya hemolisis dan agglutinasi. Pada keadaan darurat prosedur pretransfusi ini tetap harus dilakukan[5]
Persiapan Kantung Darah yang akan Ditransfusikan
Persiapan darah yang akan ditransfusikan kepada penerima meliputi pemeriksaan lengkap kode penerima darah yang ada di kantong darah.
Darah harus digunakan maksimal empat jam. Jika dalam waktu 1.5 jam tidak ada indikasi penggunaan darah segera, kantong darah harus dikembalikan ke unit transfusi. Untuk kantong darah yang didapatkan dari luar rumah sakit, prosedur transportasinya harus menggunakan kotak khusus dengan kantong es di dalamnya dan setelah kantong darah tiba di rumah sakit, petugas unit transfusi harus diberi tahu.[6]
Sebelum memulai tindakan transfusi, sebaiknya dilakukan pengecekan ulang antara lain penyesuaian kode pada kantong darah dengan identitas pasien yang akan menerima darah, penyesuaian golongan darah pada kantong darah dengan golongan darah pasien, tanggal kadaluarsa darah, tidak adanya kerusakan pada kantong darah, dan penyesuaian terhadap waktu permintaan darah. Tanda kerusakan pada kantong darah ini antara lain tanda hemolisis, adanya kontaminasi yang ditandai dengan perubahan warna darah menjadi lebih gelap dan adanya pembekuan darah.[6]
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada saat prosedur transfusi darah kepada penerima antara lain:
- Set transfusi yang steril dan sekali pakai. Jika sudah digunakan lebih dari 12 jam harus segera diganti. Pada suhu yang hangat sebaiknya set transfusi diganti setiap empat jam
- Untuk transfusi yang lambat dapat menggunakan kateter IV ukuran sedang dan jarum 21-25 G. Untuk transfusi cepat menggunakan kateter IV ukuran besar dan jarum 14 G
- Unit darah
- Cairan normal salin 0.9%
- Three way stopcock
- Sarung tangan sekali pakai
- Alat pemeriksaan tanda vital[3]
Posisi Pasien
Sebelum melakukan tindakan transfusi, posisikan pasien dalam keadaan rileks dan tetap berada di atas tempat tidur. Lengan yang digunakan untuk transfusi dalam keadaan ekstensi.
Prosedural
Prosedur transfusi dapat dibagi menjadi prosedur pengambilan darah dari donor dan prosedur transfusi darah kepada penerima.[5]
Prosedur Pengambilan Darah Donor
Setelah prosedur persiapan pasien selesai dilaksanakan, prosedur pengambilan darah donor dimulai dengan:
- Mengkonfirmasi identifikasi pendonor sebelum penusukan vena
- Menjelaskan tindakan yang perlu diambil dan kemungkinan kegagalan penusukan vena atau penyumbangan darah, termasuk potensi untuk penusukan vena kedua
- Disinfeksi tangan dan higiene oleh petugas sebelum tindakan
- Sistem kantong darah yang tepat harus dipilih dan di inspeksi terhadap adanya kerusakan, perubahan warna dari isinya atau lembab. Jika hal ini teridentifikasi, kantong darah tidak boleh dipakai dan harus dilaporkan sebagai kerusakan bahan
- Disinfeksi lokasi insersi dengan larutan yang disetujui dan proses penusukan yang aseptik. Hindari menyentuh area penyuntikan tanpa sarung tangan steril yang baru
- Menggunakan manset tensimeter dengan ukuran 40-60 mmHg saat penusukan jarum dan 20-40 mmHg segera setelah darah mengalir
- Darah harus dicampur dengan antikoagulan pada interval waktu yang ditentukan sejak darah mengalir di kantong darah yaitu setiap 90 detik jika dengan cara manual
- Lamanya waktu penyumbangan darah harus dicatat. Penyumbangan darah sebaiknya hanya 12 menit. Jika 12-15 menit, tidak bisa digunakan untuk trombosit dan fresh frozen plasma. Penyumbangan darah lebih dari 15 menit tidak boleh digunakan untuk komponen darah
- Setelah selesai, selang kantong darah harus direkatkan secara aseptik dan isi selang diserut menuju kantong utama sesegera mungkin
- Prosedur untuk mengontrol set label untuk identifikasi setiap donor dan komponen darah
- Lembar kerja, komponen, sampel harus ditangani sesuai dengan prosedur yang didokumentasikan dan dijaga kerahasiaan donor serta integritas dari penyumbang darah dan sampel[3,6,7]
Prosedur Pengambilan Darah Penerima
Setelah prosedur persiapan pasien selesai, tindakan transfusi darah dilakukan dengan tahap sebagai berikut:
- Petugas yang melakukan transfusi darah harus mencuci tangan terlebih dahulu dan menggunakan sarung tangan non steril sekali pakai
- Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan
- Segera mulai proses transfusi setelah komponen darah tiba, jika terjadi penundaan proses transfusi kantong darah harus segera dikembalikan ke unit transfusi darah untuk disimpan kembali.
- Proses transfusi untuk whole blood dan sel darah merah harus selesai dalam waktu empat jam setelah kantong darah sampai sedangkan untuk konsentrat trombosit harus selesai dalam setengah jam sedangkan untuk fresh frozen plasma dan kriopresipitat harus segera ditransfusikan untuk menghindari berkurangnya faktor koagulasi
- Tidak disarankan pemberian obat pada kantong darah dan pada set transfusi kecuali normal salin 0.9% yang digunakan pada keadaan hematokrit yang meningkat
- Sebelum prosedur transfusi darah sebelumnya pasien sudah terpasang IV line yang tersambung cairan NaCL 0.9% dan memastikan alirannya lancer selama lima belas menit
- Tidak disarankan pemberian obat seperti antihistamin, steroid secara rutin sebelum proses transfusi karena keadaan ini dapat menyamarkan risiko transfusi.
- Mentransfusikan darah dengan kecepatan sesuai komponen darah pada kasus non kegawat daruratan, yaitu:
- pada pasien dewasa 150-200ml/jam untuk whole blood, 100-150 ml/jam untuk packed red cell, 150-300 ml/jam untuk trombosit dan plasma
- pada pasien anak 2-5 ml/kg/jam untuk whole blood dan packed red cell,1-2 ml/menit untuk trombosit dan plasma[3,6,7]
Follow up
Pemantauan yang dilakukan terhadap donor berbeda dengan pemantauan terhadap resipien.
Follow Up Resipien
Pemantauan yang dilakukan setelah prosedur transfusi darah kepada resipien adalah:
- Menanyakan adanya gejala efek samping pada pasien antara lain menggigil, ruam, flushing, sesak dan nyeri pada ekstremitas
- Selama proses transfusi harus mengobservasi tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah dan frekuensi napas) sebelum transfusi dimulai, 15 menit setelah proses transfusi dimulai, setiap satu jam dan setelah proses transfusi selesai. Risiko transfusi yang berat biasanya terjadi dalam waktu setengah jam setelah transfusi dimulai
- Setelah prosedur transfusi selesai dilaksanakan, segera dokumentasikan informasi mengenai waktu mulai dan berakhirnya transfusi, jumlah, tipe darah dan golongan darah yang ditransfusikan dan efek samping yang terjadi setelah transfusi[6]