Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Tes IQ general_alomedika 2023-08-14T15:02:34+07:00 2023-08-14T15:02:34+07:00
Tes IQ
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Tes IQ

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Teknik tes intelligence quotient atau tes IQ terdiri dari dua jenis, yaitu pertanyaan atau perintah verbal seperti menyebutkan definisi suatu kata dan tugas atau kegiatan nonverbal, misalnya menyusun balok mainan. Secara umum, tes IQ dapat menilai kemampuan verbal, aritmatik, visuospasial, dan pemecahan masalah.[3]

Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus yang diperlukan sebelum tes IQ. Pasien hanya diminta untuk tenang dan rileks, menggunakan pakaian yang membuat dirinya merasa nyaman, dan memastikan bahwa kondisi fisiknya sehat dengan istirahat cukup.[11]

Peralatan

Ruangan yang digunakan untuk tes IQ dapat memengaruhi hasil tes. Ruangan sebaiknya terpisah dari ruangan lain dan nyaman bagi pasien, relatif tenang, dan tidak menimbulkan situasi stressful (misalnya tidak diawasi orang tua atau guru). Jarak pemeriksa tidak boleh terlalu dekat agar pasien tidak terintimidasi tetapi juga tidak boleh terlalu jauh agar pasien bisa mendengarkan instruksi dengan baik.[11]

Untuk masing-masing skala Stanford Binet dan skala Wechsler, terdapat satu set daftar alat standar untuk digunakan. Alat-alat tersebut meliputi daftar pertanyaan, kartu-kartu petunjuk dan perintah, serta alat dan bahan untuk tugas-tugas nonverbal.[2,12]

Posisi Pasien

Saat tes IQ, posisi pasien sebaiknya duduk di hadapan pemeriksa dengan dipisahkan oleh sebuah meja.[2,11,12]

Prosedural

Pelaksanaan tes IQ membutuhkan waktu sekitar 45 menit sampai 2 jam. Tes IQ bisa dijalankan oleh psikolog atau psikiater.

Skala Stanford Binet

Skala ini umumnya digunakan untuk anak dan remaja. Skala Stanford Binet menilai 5 faktor kognitif secara umum. Setiap faktor dinilai dengan aktivitas verbal dan nonverbal. Kelima faktor tersebut adalah:

  1. Fluid reasoning, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru

  2. Quantitative reasoning, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah dengan angka dan kalimat, serta memahami konsep dasar angka

  3. Visual spatial processing, yaitu kemampuan untuk mengenali hubungan antara objek-objek tertentu, mengenali orientasi spasial, dan menganalisis pola

  4. Working memory, yaitu kemampuan untuk memproses dan mempertahankan informasi verbal dan nonverbal serta menginterpretasikannya

  5. Pengetahuan, yaitu kemampuan untuk menyerap informasi secara umum yang telah terakumulasi seiring waktu melalui pengalaman di rumah, sekolah, tempat kerja, dan lingkungan secara umum[2,12]

Skala Stanford Binet terdiri dari sekelompok pertanyaan dan aktivitas nonverbal untuk menilai kelima faktor tersebut, dengan berbagai tingkat kesulitan berdasarkan usia tertentu, mulai dari usia 2 tahun.[2,12]

Pemeriksa memulai tes dengan memberikan subtes object-series matrices dan vocabulary untuk menentukan aktivitas yang akan ditanyakan kepada pasien mulai dari aktivitas untuk umur tertentu. Pertanyaan dan aktivitas nonverbal kemudian ditingkatkan kesulitannya sampai pertanyaan yang sesuai dengan usia kronologis pasien atau sampai pasien tidak lagi mampu menjawab pertanyaan dan menyelesaikan aktivitas yang diberikan.

Penghitungan IQ untuk skala Stanford Binet adalah dengan membandingkan usia mental (MA) berdasarkan hasil tes yang diselesaikan dengan usia kronologis (CA) sesuai umur pasien dikalikan 100. Rumusnya adalah IQ = MA/CA x 100. Misalnya, seorang anak berusia 12 tahun hanya mampu menyelesaikan tes untuk anak 9 tahun, maka IQ anak tersebut adalah 9/12 x 100 = 75. Klasifikasi IQ berdasarkan skala Stanford Binet dapat dilihat pada tabel di bawah.[2,12]

Tabel 1. Klasifikasi IQ berdasarkan skala Stanford Binet

Sangat superior 140 ke atas
Superior 120–139
Rata-rata tinggi 110–119
Normal atau rata-rata 100–109
Rata-rata rendah 80–89
Borderline 60–79
Disabilitas intelektual 30–69

Sumber: dr. Irwan Supriyanto, Ph.D., Sp.KJ, 2021[2,6,12]

Skala Wechsler

Kelemahan skala Stanford Binet adalah hanya dapat digunakan pada anak dan remaja. Maka dari itu, David Wechsler mengembangkan skala yang bisa digunakan pada anak, remaja, maupun orang dewasa.

Berbeda dengan skala Stanford Binet di mana pertanyaan dan aktivitas nonverbal mencakup 5 faktor yang dikelompokkan untuk tiap grup umur tertentu, pertanyaan di skala Wechsler dikelompokkan ke dalam subtes. Skala Wechsler terdiri dari 3 jenis tes yang digunakan untuk kelompok umur yang berbeda-beda:

  1. Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence dikembangkan untuk anak usia prasekolah. Revisi terakhir tes ini adalah edisi ke–4 tahun 2012

  2. Wechsler Intelligence Scale for Children dikembangkan untuk anak usia sekolah dan remaja. Revisi terakhir tes ini adalah edisi ke–5 tahun 2014

  3. Wechsler Adult Intelligence Scale dikembangkan untuk pasien usia 16 tahun ke atas. Revisi terakhir tes ini adalah edisi ke–4 tahun 2008[2,6,12]

Dalam skala Wechsler, tugas dan pertanyaan yang mampu dikerjakan seseorang dalam kelompok umur tertentu sudah ditentukan. Tugas dan pertanyaan terdiri dari 15 subtes. Berdasarkan nilai 15 subtes tersebut, skor-skor indeks akan diukur, yaitu skor verbal comprehension, perceptual reasoning, working memory, processing speed, serta full scale IQ.

Lima belas subtes dalam Wechsler Adult Intelligence Scale adalah sebagai berikut:

  1. Vocabulary (verbal comprehension), di mana pasien diminta mendefinisikan kata-kata yang semakin lama semakin sulit

  2. Similarities (verbal comprehension), di mana pasien diminta menjelaskan persamaan dua item

  3. Arithmetic (working memory), di mana pasien diminta menyelesaikan masalah-masalah aritmetik yang sering ditemui di buku-buku sekolah. Masalah disampaikan secara oral dan pasien tidak boleh menggunakan alat bantu untuk menghitung

  4. Digit span (working memory) untuk menilai memori jangka pendek dan atensi, pemeriksa menyampaikan tiga set angka pada pasien. Saat set pertama, pasien hanya diminta mengulangi. Saat set kedua, pasien diminta mengulangi dari belakang. Sementara itu, untuk set ketiga, pasien diminta mengurutkan dari yang terkecil

  5. Information (verbal comprehension), di mana pasien diminta menjawab pertanyaan singkat terkait pengetahuan umum yang sering ditemui dalam hidup sehari-hari dan dalam interaksi budaya

  6. Comprehension (verbal comprehension, supplemental subtest), di mana pasien diminta menerangkan kenapa prosedur tertentu harus dikerjakan, menginterpretasikan peribahasa, dan menentukan apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu. Subtes ini menilai akal sehat pasien dan penilaian praktis dalam menyelesaikan masalah

  7. Letter-number sequencing (working memory, supplemental subtest), di mana pemeriksa membacakan kombinasi huruf dan angka, lalu pasien menyebutkan angka mulai dari yang terkecil dan menyebutkan huruf sesuai urutan alfabet

  8. Picture completion (perceptual reasoning, supplemental subtest) yang berisi sejumlah kartu berwarna, masing-masing menunjukkan gambar dengan satu bagian yang hilang. Pasien harus mengidentifikasi bagian yang hilang

  9. Coding (processing speed), di mana pasien diminta mengisi bagian yang kosong pada sebuah seri angka yang panjang dengan menggunakan kunci yang diberikan

  10. Block design (perceptual reasoning), di mana pasien harus menyusun hingga 9 blok mainan untuk membentuk desain yang terdapat dalam sejumlah kartu

  11. Matrix reasoning (perceptual reasoning) yang berisi item untuk menilai kemampuan pemrosesan informasi visual dan keterampilan reasoning abstrak

  12. Symbol search (processing speed) yang berisi item yang meminta pasien untuk menentukan apakah ada simbol stimulus yang muncul dalam sebuah deret

  13. Visual puzzles (perceptual reasoning) yang terdiri dari sebuah daftar potongan puzzle, pasien diminta memilih potongan-potongan yang bila disatukan akan membentuk puzzle sesuai yang ditunjukkan

  14. Figure weights (perceptual reasoning, supplemental subtest), di mana pasien diminta melihat gambar dua dimensi sebuah timbangan lalu memilih bandul pemberat yang sesuai agar timbangan tersebut seimbang

  15. Cancellation (processing speed, supplemental subtest), di mana pasien diminta untuk melihat sebuah daftar bentuk bangun dan menandai bentuk bangun target[2,12]

Setelah tes selesai, nilai kasar semua subtes akan dikonversi menjadi nilai standar sesuai kelompok umur pasien. Full-scale IQ dan skor indeks dihitung dengan menjumlahkan skor pada subtes yang sesuai kemudian mengonversikannya menjadi skor yang ekuivalen dengan skor IQ. Rentang klasifikasi skor IQ untuk Wechsler Adult Intelligence Scale sama dengan skala Stanford Binet. Akan tetapi, hasil kedua pemeriksaan ini tidak dapat saling ditukarkan.[2,12]

Follow Up

Setelah melakukan tes IQ, dokter kemudian melakukan interpretasi. Proses ini harus mempertimbangkan keterbatasan yang dimiliki tes IQ. Penelitian menunjukkan adanya celah dalam interpretasi yang bisa berdampak negatif terhadap faktor-faktor penting perkembangan manusia.[12,13]

Celah interpretasi (interpretive gap) adalah adanya akses yang lebih mudah untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, dan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk perkembangan yang baik bagi mereka yang mempunyai IQ tinggi. Sementara itu, kondisi yang sebaliknya mungkin dialami oleh mereka yang mempunyai IQ kurang.

Dokter harus teliti menilai ada tidaknya faktor-faktor yang bisa menyebabkan penurunan kinerja dalam pengerjaan tes IQ, misalnya gangguan penglihatan atau pendengaran. Terlebih lagi, hasil tes IQ anak-anak akan cenderung berubah seiring waktu mengikuti perkembangannya.

Perkembangan atau penurunan kemampuan berbahasa anak-anak biasanya berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sementara itu, perubahan kognitif pada remaja umumnya berhubungan dengan perubahan di otak yang dialami saat masa perkembangannya. Oleh karena itu, hasil tes IQ mungkin tidak bisa menangkap seluruh kapasitas yang dimiliki anak.[14]

Sebagai tambahan, adanya “Flynn effect”, pertanyaan-pertanyaan yang kedaluwarsa, dan jawaban-jawaban normatif mungkin bisa menyebabkan skor IQ menjadi lebih tinggi. “Flynn effect” adalah fenomena peningkatan skor IQ 3 poin tiap dekadenya. Karena revisi terakhir skala Stanford Binet dan Wechsler Adult Intelligence Scale sudah terjadi beberapa tahun lalu, maka hasil pengukuran skor IQ perlu disesuaikan.[15,16]

Beberapa studi menunjukkan bahwa pendidikan orang tua juga bisa memengaruhi skor IQ anak-anak dengan disabilitas intelektual, misalnya pada anak-anak dengan sindrom Down. Terdapat perbedaan yang jelas antara skor verbal dan nonverbal.[17]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

2. Trull TJ, Prinstein MJ. Clinical psychology. Eighth edition. Belmont, CA: Wadsworth, Cengage Learning; 2013.
3. Braaten EB, Norman D. Intelligence (IQ) Testing. Pediatrics in Review. 2006;27:403–8.
6. Baldor R. Primary care of the adult with intellectual and developmental disabilities. UpToDate.com. 2020. https://www.uptodate.com/contents/primary-care-of-the-adult-with-intellectual-and-developmental-disabilities
11. Groth-Marnat G, Wright AJ. Handbook of psychological assessment. 6th ed. Hoboken, N.J: John Wiley & Sons; 2016. https://www.wiley.com/en-us/Handbook+of+Psychological+Assessment%2C+6th+Edition-p-9781118960646
12. Llewellyn C, Ayers S, McManus C, et al. Cambridge Handbook of Psychology, Health and Medicine. 3rd ed. Cambridge University Press; 2019. https://www.cambridge.org/core/product/identifier/9781316783269/type/book
13. Ganuthula VRR, Sinha S. The Looking Glass for Intelligence Quotient Tests: The Interplay of Motivation, Cognitive Functioning, and Affect. Front Psychol. 2019;10:2857. https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.2019.02857/full
14. Ramsden S, Richardson FM, Josse G, et al. Verbal and non-verbal intelligence changes in the teenage brain. Nature. 2011;479:113–6.
15. Trahan LH, Stuebing KK, Fletcher JM, Hiscock M. The Flynn effect: a meta-analysis. Psychol Bull. 2014;140:1332–60.
16. Bratsberg B, Rogeberg O. Flynn effect and its reversal are both environmentally caused. PNAS. 2018;115:6674–8. https://www.pnas.org/content/115/26/6674
17. Evans DW, Uljarević M. Parental education accounts for variability in the IQs of probands with Down syndrome: A longitudinal study. Am J Med Genet A. 2018;176:29–33.

Kontraindikasi Tes IQ
Komplikasi Tes IQ

Artikel Terkait

  • Mengenali Keterlambatan Bicara pada Anak
    Mengenali Keterlambatan Bicara pada Anak
  • Identifikasi Kelainan Kromosom dengan Non-Invasive Prenatal Testing
    Identifikasi Kelainan Kromosom dengan Non-Invasive Prenatal Testing
  • Tes IQ pada Anak Prasekolah: Manfaat dan Teknik Yang Tepat
    Tes IQ pada Anak Prasekolah: Manfaat dan Teknik Yang Tepat
  • Kaitan IQ Orang Tua terhadap Masalah Perilaku dan Emosional Anak
    Kaitan IQ Orang Tua terhadap Masalah Perilaku dan Emosional Anak
  • Skrining Antenatal untuk Down Syndrome
    Skrining Antenatal untuk Down Syndrome

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.DR. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps K-Fetomaternal
Dibuat 14 Agustus 2024, 10:04
Pemeriksaan USG pada polihidramnios - atresia oesophagus - trisomy 21
Oleh: dr.DR. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps K-Fetomaternal
0 Balasan
https://youtu.be/IGAs3W59fHkPolihidramnios adalah kondisi di mana terdapat kelebihan cairan amnion dalam rahim. Hal ini sering dikaitkan dengan atresia...
dr.DR. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps K-Fetomaternal
Dibalas 08 Agustus 2024, 22:18
Pemeriksaan USG pada kasus trisomi 21 down syndrome 12 weeks screening
Oleh: dr.DR. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps K-Fetomaternal
1 Balasan
https://youtu.be/89geCftNaTIPada skrining janin usia 12 minggu dengan kemungkinan positif untuk Trisomy 21 (Down Syndrome), beberapa indikator dapat terlihat...
dr.Ciho Olfriani
Dibalas 13 Agustus 2021, 11:25
Tes IQ pada Anak Prasekolah - Jiwa Ask the Expert
Oleh: dr.Ciho Olfriani
2 Balasan
ALO, dr. Irwan, Sp.KJ.Izin bertanya Dok. Adakah instrumen yang dapat digunakan untuk menilai IQ anak balita atau usia prasekolah? Terima kasih, Dok

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.