Teknik Fluoroskopi
Teknik prosedur fluoroskopi berhubungan secara langsung dengan mesin x-ray, monitor, dan cairan kontras. Persiapan khusus mutlak diperlukan, sebelum pasien menjalani prosedur fluoroskopi. Mulai dari segi keamanan hingga edukasi mengenai kemungkinan hambatan dan komplikasi yang bisa terjadi.
Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan pertama kali adalah permintaan informed consent tertulis mengenai prosedur fluoroskopi yang akan dilakukan. Permintaan persetujuan ini tentunya telah didahului dengan edukasi secara komprehensif kepada pasien mengenai indikasi, teknik, komplikasi dan follow up pasca prosedur fluoroskopi.[3]
Anamnesis sebelum pelaksanaan prosedur harus dilakukan secara tepat dan detail, terutama mengenai riwayat alergi dan riwayat penyakit komorbid, seperti gagal ginjal. Pada pasien perempuan, harus dipastikan tidak sedang atau ada kecurigaan hamil.[11,12]
Persiapan Pasien Sebelum Penggunaan Cairan Kontras
Persiapan sebelum memberikan cairan kontras antara lain edukasi mengenai diet pre prosedur serta pemeriksaan laboratorium penunjang yang dibutuhkan. Pada fluoroskopi gastrointestinal, pasien dianjurkan untuk diet cair sehari sebelumnya, memperbanyak minum air putih, dan mengonsumsi pencahar bila tindakan yang akan dilakukan adalah barium enema.[6]
Sedangkan pada prosedur barium swallow, pasien dianjurkan untuk berpuasa minimal 8 jam sebelumnya. Pada prosedur myelogram, pasien yang sedang mengonsumsi pengencer darah (aspirin) maka harus dihentikan setidaknya 5 hari sebelumnya. Pada fluoroskopi sistem kardiovaskular yang memerlukan anestesi dan sedasi, pasien dianjurkan untuk berpuasa minimal 8 jam sebelumnya.[7,11-13]
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan sebelum pemberian kontras adalah pengukuran fungsi ginjal dan pemeriksaan kehamilan pada wanita usia subur yang aktif secara seksual.[6,14]
Peralatan
Peralatan fluoroskopi secara garis besar ada 2 macam, yaitu fixed dan mobile fluoroscopy. Alat fluoroskopi baik yang fixed maupun mobile fluoroscopy memiliki dua bagian utama, yaitu sumber X-ray yang menembakkan sinar X dan image intensifier yang menerima hamburan sinar-X setelah melewati objek periksa.[3,15]
Selanjutnya, peralatan yang perlu dipersiapkan adalah alat pelindung diri (APD) untuk tenaga kesehatan (nakes) yang bertugas dalam memposisikan pasien di meja periksa. Terutama nakes yang ada di ruangan biasa saat penggunaan mobile fluoroscopy.[3,15]
Fixed Fluoroscopy
Fluoroskopi terfiksasi menggunakan meja pemeriksaan pasien radiolusen dengan tube (sumber X-ray) terpasang di bawah meja, dan sebuah imaging detector/image intensifier di atas meja. Fluoroskopi ini umumnya untuk prosedur pemeriksaan saluran cerna barium, kateterisasi jantung dan pembuluh darah, serta endoskopi traktus gastrointestinal.[3,15]
Gambar 1. Peralatan Fixed Fluoroscopy
Mobile Fluoroscopy
Peralatan ini lebih dikenal dengan istilah C-arm, karena bentuknya yang mirip huruf C. Fluoroskopi bergerak ini sangat bermanfaat untuk pemeriksaan pasien yang tidak bisa dipindahkan ke ruang radiologi. C-arm sering dimanfaatkan pada pembedahan ortopedi, contohnya untuk memvisualisasi tulang dan implants secara langsung saat operasi fraktur.[3,15]
Gambar 2. Peralatan Mobile Fluoroscopy di dalam Kamar Operasi
Image intensifier
Image intensifiers berguna untuk mengubah energi radiasi rendah dari gelombang sinar-X menjadi suatu gambar/image. Karena lebih sensitif, image intensifier dapat menekan penggunaan dosis radiasi frekuensi tinggi, sehingga hamburan radiasi ke lingkungan sekitar menjadi jauh lebih kecil.[16]
Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri terbuat dari timah hitam, plumbum (Pb), atau lead. Alat pelindung diri terdiri dari apron, sarung tangan, pelindung leher/tiroid, goggle, tirai/lead drapes, dan kaca penghalang.[15,17,18]
Alat proteksi ini wajib digunakan oleh nakes agar terlindung dari paparan radiasi saat melakukan prosedur. Selain nakes, alat pelindung juga sebaiknya digunakan orang lain yang berada dalam jarak 2 meter dari kepala tabung atau dari area paparan, termasuk tubuh pasien yang akan diperiksa.[15,17,18]
Posisi Pasien
Saat awal pemeriksaan, posisi pasien supinasi di meja pemeriksaan. Saat prosedur sedang berlangsung, bila klinisi ingin mengobservasi gambar dari sudut pandang berbeda, maka pasien dapat diposisikan duduk, pronasi, atau lateral dekubitus. Gerakan sistem saluran cerna dapat dipantau saat pasien diminta meneguk segelas air.[3,6,15]
Sumber X-ray diatur berada pada jarak terjauh yang masih memungkinkan untuk mendapatkan gambaran fluoroskopi dengan resolusi terbaik. Resolusi yang baik dapat dibantu dengan image intensifier. Upaya ini agar dosis radiasi yang masuk ke kulit dapat ditekan seminimal mungkin.[3,15]
Prosedural
Prosedur fluoroskopi bervariasi tergantung area tubuh yang akan diperiksa, indikasi pemeriksaan, dan metode memasukan cairan kontras. Namun, prosedur fluoroskopi secara umum adalah:
- Posisikan pasien di meja X-ray sesuai indikasi
- Lakukan persiapan alat X-ray scanner
- Berikan cairan kontras melalui rute sesuai kebutuhan
- Pada mobile fluoroscopy, petugas yang mengoperasikan C-arm harus memakai alat pelindung diri lengkap untuk menghindari bahaya radiasi.
- Lakukan pengambilan rontgen fluoroskopi dengan rentang waktu tertentu secara berkala hingga seluruh gambaran serial selesai dilakukan[15,19]
Prosedur Memasukan Carian Kontras
Cara memasukkan cairan kontras dapat dibagi menjadi metode enema, swallow, dan intravaskular.
Metode Enema:
Prosedur memasukkan cairan kontras melalui enema adalah memposisikan pasien lateral dekubitus di meja periksa. Selanjutnya, dilakukan insersi rectal tube yang telah diberikan lubrikan hingga mencapai rektum. Cairan kontras dimasukan hingga mencapai saluran cerna.[6]
Metode Swallow:
Prosedur memasukkan cairan kontras pada prosedur barium swallow adalah meminta pasien untuk menelan cairan kontras sebelum dilakukan pemeriksaan X-ray. Saat pemeriksaan dilakukan, posisi pasien dapat pronasi, supinasi, atau lateral dekubitus sesuai kebutuhan pemeriksaan.[7]
Metode Intravaskular
Cairan kontras disuntikan intravena, di mana sebelumnya dilakukan skin test untuk menguji reaksi alergi.
Follow Up
Follow up setelah prosedur fluoroskopi mutlak diperlukan, terutama pasien yang menggunakan sedasi. Kondisi yang perlu dimonitor antara lain tanda vital dan efek samping yang muncul segera. Tanda edema, pruritus, eritema, atau dispnea dapat sebagai reaksi hipersensitivitas atau anafilaksis.[15,19]
Beberapa prosedur tertentu memerlukan waktu follow up yang lebih lama, contohnya pasien pasca kateterisasi jantung diagnostik perlu waktu pemulihan dengan imobilisasi selama 4 jam. Berbeda dengan pasca kateterisasi intervensi yang membutuhkan waktu minimal 6 jam. Proses pemulihan membutuhkan imobilisasi tungkai atau lengan tempat kateter dimasukkan.[2,19,20]
Follow Up Jangka Panjang
Follow up jangka panjang perlu dijadwalkan untuk pasien yang mendapat dosis dan paparan radiasi tinggi, terutama pada prosedur fluoroskopi serial. Paparan radiasi dalam jangka panjang akan terakumulasi dan meningkatkan risiko kanke.[15,19]
Penulisan pertama oleh: dr. Riawati