Pendahuluan Fluoroskopi
Fluoroskopi adalah teknik pencitraan medis dengan menembakkan sinar x-ray secara terus menerus pada suatu objek yang gambaran hasilnya dapat dipantau langsung dari monitor. Prosedur ini memungkinkan klinisi untuk memperoleh gambaran organ atau objek dalam tubuh pasien baik diam maupun bergerak secara real-time.[1-3]
Seringkali pemeriksaan ini menggunakan bantuan cairan kontras untuk visualisasi radioopak yang lebih jelas. Selain mengamati bentuk organ tubuh, fluoroskopi dengan cairan kontras dapat memperlihatkan gerakan organ maupun instrumen medis di dalam rongga tubuh tertentu.[1,3]
Indikasi fluoroskopi adalah sebagai prosedur diagnostik dan sebagai prosedur intervensi. Indikasi diagnostik contohnya untuk menegakkan diagnosa berdasarkan keluhan saluran cerna menggunakan barium enema dan barium swallow, sedangkan contoh teknik intervensi fluoroskopi adalah pada pemasangan stent kateterisasi jantung.[3,4]
Fluoroskopi merupakan pemeriksaan dengan rentang dosis radiasi yang sangat variatif, tergantung pada teknik serta organ tubuh yang diperiksa. Namun, saat ini fluoroskopi semakin jarang dilakukan dibandingkan dengan pencitraan resolusi tinggi lainnya, seperti computed tomography (CT scan), ultrasonografi, dan magnetic resonance imaging (MRI).[1,2,5]
Kontraindikasi utama fluoroskopi adalah riwayat alergi pemakaian zat kontras. Teknik fluoroskopi sendiri memanfaatkan efek radiasi ionisasi, sehingga menjadi kontraindikasi pada ibu hamil karena risiko kecacatan janin. Efek samping akut radiasi x-ray antara lain eritema kulit, sedangkan efek samping jangka panjangnya adalah risiko keganasan.[3,4]
Penulisan pertama oleh: dr. Riawati