Teknik Rinoskopi
Teknik rinoskopi dapat dibagi menjadi dua, yaitu rinoskopi anterior dan posterior. Rinoskopi anterior dilakukan dengan memasukkan spekulum nasal ke dalam kavitas nasal. Sementara itu, rinoskopi posterior dikerjakan menggunakan cermin rinoskopi posterior yang dimasukkan ke dalam mulut dengan cermin menghadap superior.
Persiapan Pasien
Baik pada rinoskopi anterior maupun posterior, jelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dan minta persetujuan pasien sebelum pemeriksaan dilakukan,. Instruksikan pasien untuk tidak bergerak secara tiba-tiba selama tindakan.
Jelaskan bahwa rinoskopi anterior secara umum aman dan hanya membutuhkan beberapa menit. Pada rinoskopi posterior, jelaskan bahwa tindakan ini dapat menimbulkan refleks muntah. Apabila menggunakan anestesi topikal untuk menekan refleks muntah, jelaskan bahwa bagian belakang mulut akan terasa kebas. Minta informed consent pasien.[3]
Peralatan
Berikut adalah alat dan bahan yang perlu disiapkan sebelum memulai pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior.
Spekulum Nasal
Spekulum nasal berfungsi untuk melebarkan vestibulum nasi untuk memudahkan inspeksi kavitas nasal. Secara umum, alat ini terdiri dari dua bagian yaitu pegangan dan bagian kerucut. Bagian pegangan dari spekulum nasal mirip seperti gunting, sedangkan ujungnya berbentuk kerucut dalam berbagai ukuran yang disesuaikan dengan ukuran kavitas nasal pasien.
Spekulum dipegang dengan tangan nondominan. Perlu diingat, bahwa ketika memasukkan spekulum nasal, bagian kerucut spekulum harus dalam keadaan tertutup. Spekulum dibuka ketika sudah berada di dalam nares.[3,9]
Lampu Kepala
Lampu kepala lebih disarankan dibandingkan sumber cahaya lain (seperti senter), karena membebaskan kedua tangan pemeriksa untuk memegang instrumen dalam proses pemeriksaan.[7]
Dekongestan Topikal
Dekongestan topikal, seperti oxymetazoline atau epinefrin, diadministrasikan untuk memudahkan evaluasi sinonasal apabila terdapat kongesti. Selain itu, pemberian dekongestan juga dilakukan untuk mengevaluasi respon konka nasal terhadap dekongestan.[5,10]
Otoskop
Otoskop merupakan alat yang berfungsi untuk memeriksa kanalis akustikus eksternus. Meskipun begitu, alat ini dapat dijadikan alternatif spekulum hidung karena memiliki bentuk kerucut yang mirip dengan spekulum nasi dan sudah terdapat lampu.[11] Meskipun diameter otoskop tidak bisa diubah saat sudah berada di dalam kavitas nasal, otoskop memiliki kelebihan yaitu adanya kaca pembesar di bagian pengintip, sehingga memudahkan evaluasi bagian sepertiga anterior kavitas nasal.[7]
Cermin Rinoskopi Posterior
Cermin rinoskopi posterior digunakan untuk pemeriksaan bagian posterior dari kavitas nasal, yaitu koana, sisi posterior konka nasal dan septum, nasofaring, serta torus tubarius.[5]
Alat Lain
Alat lain untuk pemeriksaan rinoskopi posterior adalah spatula lidah dan anestesi topikal untuk menekan refleks muntah.[5]
Posisi Pasien
Pasien berada dalam posisi duduk, kepala sejajar dengan pemeriksa. Pasien duduk dalam keadaan lurus dan tegak. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien. Kepala pasien lurus menghadap depan atau ke arah pemeriksa. Kepala pasien sebaiknya menempel pada sandaran kepala.[12]
Prosedural
Rinoskopi dapat dibagi menjadi rinoskopi anterior menggunakan spekulum hidung, dan rinoskopi posterior yang menggunakan cermin yang dimasukkan ke dalam mulut.
Rinoskopi Anterior
Berikut adalah tahapan yang dilakukan dalam pemeriksaan rinoskopi anterior:
- Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
- Pasang dan nyalakan lampu kepala. Cahaya diarahkan ke apeks nasal
- Inspeksi hidung eksternal, dari anterior maupun lateral untuk memeriksa ukuran dan bentuk hidung. Lihat adanya deformitas atau massa, serta luka atau perubahan pada kulit. Periksa adanya sekret.
- Dorong apeks hidung ke arah superior dan lakukan inspeksi vestibulum nasal
- Masukkan spekulum ke dalam vestibulum nasal dengan kerucut spekulum menutup dan jari telunjuk pemeriksa diletakkan pada os nasal untuk mengontrol gerakan. Spekulum diarahkan ke lateral untuk menghindari sentuhan antara tepi spekulum dengan septum yang sensitif
- Setelah spekulum masuk ke dalam kavitas nasal, buka kerucut spekulum secara perlahan. Hati-hati saat membuka spekulum agar tidak melukai mukosa nasal dan mengenai septum nasal
- Apabila pemeriksaan dilakukan menggunakan otoskop, masukkan secara perlahan ujung kerucut otoskop ke dalam kavitas nasal, dengan arah ke lateral. Perhatikan bahwa otoskop memiliki pandangan teleskopik, yaitu hanya fokus pada satu target, sehingga harus dirotasi ke berbagai arah untuk mendapatkan gambaran kavitas nasal yang menyeluruh
- Evaluasi konka inferior dan meatus inferior
- Dongakkan sedikit kepala pasien untuk menilai bagian superior dari kavitas nasal, yaitu konka dan meatus media, konka superior, dan langit-langit kavitas nasal
- Apabila pemeriksaan sulit dilakukan akibat kongesti nasal, vasokonstriktor topikal dengan oxymetazoline atau epinefrin dapat diaplikasikan untuk mengecilkan konka. Selain itu, aplikasi ini juga memungkinkan evaluasi respon konka terhadap dekongestan
- Tindakan terapeutik atau pengambilan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen yang dipegang dengan tangan dominan
- Setelah pemeriksaan kavitas nasal atau tindakan selesai, tarik keluar spekulum dengan bagian kerucut sedikit terbuka untuk mencegah menjepit bulu hidung[3,12]
Rinoskopi Posterior
Berikut adalah tahapan prosedur rinoskopi posterior:
- Semprotkan anestesi topikal ke area orofaring pasien. Tunggu 1-5 menit
- Cermin rinoskopi posterior dihangatkan di atas api atau penghangat hingga mencapai suhu tubuh, untuk mencegah timbulnya embun saat pemeriksaan
- Instruksikan pasien untuk membuka mulut. Depresikan lidah pasien dengan spatula lidah, menggunakan tangan nondominan
- Masukkan cermin rinoskopi posterior ke dalam mulut pasien melewati palatum mole, dengan cermin mengarah ke superior
- Evaluasi kavitas nasal posterior, yaitu koana, ostium tuba Eustachius, fossa Rosenmuller, torus tubarius, serta bagian posterior septum dan konka
- Keluarkan cermin rinoskopi posterior dan spatula lidah[3,5]
Follow up
Tidak ada tindakan atau perlakuan khusus setelah rinoskopi anterior dilakukan. Pastikan pasien merasa nyaman. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kelainan, berikan tata laksana sesuai kelainan yang ditemukan. Pasien dapat kembali beraktivitas seperti biasa.
Pada 20% pasien, kavitas nasal posterior tidak dapat dievaluasi menggunakan rinoskopi posterior, sekalipun oleh pemeriksa yang ahli. Selain itu, karena rinoskopi posterior memiliki sensitivitas yang rendah, pemeriksaan lanjutan dengan endoskopi nasal dianjurkan.[3,13]