Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Coronary Artery Bypass Graft (CABG) general_alomedika 2023-01-26T09:52:07+07:00 2023-01-26T09:52:07+07:00
Coronary Artery Bypass Graft (CABG)
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Coronary Artery Bypass Graft (CABG)

Oleh :
dr. Mia Amelia Mutiara Salikim
Share To Social Media:

Operasi bypass jantung atau coronary artery bypass graft / CABG dapat dilakukan dengan teknik off pump dan on pump. Teknik off pump dilakukan dengan menstabilisasi area di sekitar arteri koroner yang mengalami blokade dan mencangkok pembuluh darah pada jantung yang masih memompa. Sedangkan pada teknik on pump, kerja jantung dihentikan dan digantikan oleh mesin coronary artery bypass.[1-4]

Persiapan Pasien

Angiografi koroner digunakan untuk mengidentifikasi penyakit arteri koroner. Kemudian, pasien perlu menjalani pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi komorbiditas dan mengukur tingkat risiko komplikasi pasca prosedur. Hal-hal yang meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi setelah tindakan CABG antara lain:

  • Riwayat operasi jantung dan radiasi dada
  • Kondisi yang meningkatkan risiko perdarahan
  • Disfungsi renal
  • Gangguan elektrolit yang menimbulkan disritmia
  • Infeksi pada saluran kemih, kulit, dan abses gigi

  • Adanya gangguan respirasi, seperti penyakit paru obstruktif kronis

Pemeriksaan yang diperlukan mencakup complete blood count (CBC), parameter fungsi hepar, panel koagulasi, dan HbA1c. Pemeriksaan lain yang diperlukan adalah elektrokardiogram (EKG), echocardiogram, ultrasound karotis, rontgen toraks, dan jika memungkinkan CT scan toraks atau pemetaan vena pada ekstremitas bawah.

Jika terdeteksi penyakit karotis atau subklavia, maka pasien perlu melakukan CT aortogram 4 pembuluh darah untuk menilai lengkungan pembuluh darah dan Circle of Willis. Kecocokan dari arteri radialis dinilai dengan tes Allen. Pada kasus yang borderline, pulse oximeter digunakan untuk melakukan tes Allen dan jika terdapat denyut waveform maka arteri dapat dicangkok. Jika tidak, maka harus menggunakan conduit alternatif.[3,7]

Premedikasi

Pasien yang menjalani CABG umumnya mengonsumsi obat untuk penyakit arteri koroner seperti penghambat beta-adrenoseptor dan antagonis saluran kalsium atau nitrat. Obat-obat ini tidak dianjurkan untuk dihentikan sebelum prosedur CABG, karena penghentian mendadak dapat menyebabkan takikardia, hipertensi rebound, dan hilangnya vasodilatasi koroner.

Pemberian temazepam segera sebelum CABG dapat menurunkan risiko takikardia dan hipertensi akibat kecemasan. Di ruang operasi, pasien dapat diberikan midazolam dosis kecil intravena (IV) untuk mengurangi kecemasan, takikardia, dan hipertensi.

Pasien yang mendapat aspirin sebaiknya melanjutkan konsumsi sampai saat operasi, terutama pada pasien dengan sindrom koroner akut. Pada pasien yang mengonsumsi clopidogrel atau prasugrel yang akan menjalani CABG elektif, obat harus dihentikan selama 5 hari untuk clopidogrel atau 7 hari untuk prasugrel jika memungkinkan.[11]

Persiapan Transfusi Darah

Sebelum prosedur, siapkan 2 unit darah untuk kasus sederhana atau 6 unit darah, fresh frozen plasma, dan platelet untuk kasus kompleks. Asam traneksamat bolus 1 g sebelum insisi bedah diikuti dengan infus 400 mg/jam selama pembedahan dapat dipertimbangkan untuk mengurangi jumlah perdarahan.[11]

Posisi Pasien

Tindakan CABG menggunakan prosedur standar sternotomi. Pasien ditempatkan dalam posisi supinasi, dan untuk mendapatkan akses sternum yang lebih baik dapat dilakukan ekstensi leher. Untuk tindakan sternotomi yang menggunakan pembuluh darah vena saphena, sterilisasi lapangan operasi dilakukan mulai dari dagu sampai telapak kaki. Sementara itu, jika digunakan pembuluh darah arteri radialis, tindakan sterilisasi dilakukan pada seluruh lengan.[3,7]

Prosedural

Prosedur dimulai setelah pasien berada pada kamar operasi dan terhubung dengan monitor standard. Anestesiologis dapat memasang monitoring invasif pada arteri untuk memantau tekanan darah pasien sebelum induksi anestesi general. Setelah induksi anestesi general dan pasien terintubasi, akses vena sentral dan kateter arteri pulmonal dapat dipasang serta diikuti insersi transesophageal echocardiography transducer. Selanjutnya, prosedur dapat dilakukan secara on pump atau off pump.

Teknik On Pump

Teknik on pump dilakukan dengan cara:

  1. Setelah pasien selesai dipersiapkan dan ditutupi, dilakukan time-out sebelum insisi pertama
  2. Sternotomi median dilakukan oleh dokter bedah untuk persiapan pengambilan arteri toraks internal (ITA) kiri jika dipilih sebagai conduit. Asisten yang terlatih umumnya mengambil vena safena dari salah satu tungkai secara bersamaan
  3. Setelah conduit yang sesuai telah didapatkan, dokter bedah menginstruksikan pemberian antikoagulan, umumnya heparin, diberikan saat persiapan untuk cardiopulmonary bypass (CPB)
  4. Jantung dan aorta pasien dikanulasi secara sentral, dan tubing dihubungkan ke sirkuit CPB
  5. Setelah memulai CPB, jantung diistirahatkan menggunakan kalium dosis tinggi yang memiliki sifat kardioplegia agar dokter bedah dapat melakukan anastomosis conduit yang sudah dicangkok ke distal dari arteri koroner yang mengalami blokade
  6. Kemudian, conduit dihubungkan ke ostium baru yang dibuat pada aorta proksimal
  7. Agen kardioplegia dibersihkan dari sirkulasi tubuh, jantung mulai kontraksi kembali, dan dokter bedah dapat memeriksa graft pada kedua aliran darah serta memeriksa perdarahan dari anastomosis
  8. Dada ditutup menggunakan sternal wires dan pasien ditransfer ke intensive care unit (ICU) untuk memantau stabilitas hemodinamik[3]

Teknik Off Pump

Prosedur CABG dengan teknik off pump dijalankan pada jantung yang tetap berdenyut disertai dengan alat yang dapat mengurangi pergerakan jantung agar risiko iskemia otot jantung dan gangguan hemodinamik dapat dicegah. Selanjutnya tindakan penjahitan pembuluh darah yang digunakan untuk bypass dilakukan dengan membuat sayatan kecil pada aorta.

  1. Arteri ITA diambil sebagai skeletonized graft menggunakan skalpel harmonik untuk mengurangi cedera sternum Fascia endotorasik dapat dipotong menggunakan hook blade dan cabang pembuluh darah dapat dikoagulasikan dengan cara mengisolasikan secara lembut tepi skalpel yang lebar terhadap cabang pembuluh darah
  2. Arteri radial diambil sebagai pedikel melalui endoskopi. Jika kedua arteri radial akan diambil, maka tekanan darah harus diukur secara invasif pada arteri femoralis
  3. Dilakukan retraksi perikardial dengan menggunakan perikardiotomi lebar
  4. Pasien diposisikan dalam posisi Trendelenburg untuk menjaga cardiac filling selama jantung dipindahkan, kemudian jantung dikeluarkan dari rongga dada dan arteri koroner target distabilkan
  5. Arteri koroner target kemudian dipaparkan sambil memastikan stabilitas hemodinamik
  6. Sebelum memulai membuat anastomosis, pastikan tekanan darah stabil di atas 90 mmHg
  7. Lakukan arteriotomi, kemudian buat anastomosis[12]

Follow Up

Pemantauan pasca CABG dilakukan untuk mengevaluasi progresivitas penyakit, menjaga patensi graft, mengenali kegagalan graft, dan mengatur revaskularisasi ulang dengan segera jika diperlukan.[8]

Gejala Awal Kegagalan Graft

Kegagalan awal graft memiliki gejala seperti angina atau sindrom koroner akut dalam waktu 6 bulan setelah CABG dan seringkali disebabkan oleh teknik bedah.[8]

Terapi Antiplatelet

Jika tidak terdapat kontraindikasi absolut, semua pasien yang menjalani CABG merupakan kandidat untuk terapi aspirin jangka panjang. Dual antiplatelet therapy (DAPT) menghasilkan efek sinergis antitrombotik yang poten. Penggunaan awal DAPT setelah CABG berhubungan dengan penurunan risiko kematian. Namun, DAPT tidak menunjukkan manfaat dalam menurunkan angka kejadian iskemik, infark miokard rekuren, kematian kardiovaskular, atau perlunya revaskularisasi ulang.[8]

Profil Lipid

Peningkatan kadar low-density lipoprotein (LDL) dan trigliserida berkontribusi pada perkembangan penyakit saphenous vein graft (SVG). Hal ini dapat dicegah menggunakan statin, seperti atorvastatin 80 mg.

Penelitian pasca CABG menunjukkan penurunan kolesterol yang agresif dapat menurunkan insidensi oklusi SVG. Kadar LDL kurang dari 100 mg/dL berhubungan secara signifikan dengan patensi graft dalam 1 tahun dibandingkan kadar  LDL di atas 100 mg/dL.[8,13]

Pemantauan Hipertensi

Hipertensi terjadi pada hampir 80% pasien sebelum tindakan CABG. Pasca CABG, penggunaan ACE inhibitor, seperti enalapril, berhubungan dengan peningkatan luaran pasien. Angiotensin II receptor blockers, seperti losartan, dapat digunakan sebagai alternatif pada pasien yang tidak dapat menoleransi ACE inhibitor.[8]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Junita br Tarigan

Referensi

1. Squiers JJ, Mack MJ. Coronary artery bypass grafting—fifty years of quality initiatives since Favaloro. Ann Cardiothorac Surg. 2018;7:516–20.
2. Montrief T, Koyfman A, Long B. Coronary artery bypass graft surgery complications: A review for emergency clinicians. Am J Emerg Med. 2018;36:2289–97.
3. Bachar BJ, Manna B. Coronary Artery Bypass Graft. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Aug 1]. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507836/
4. Gaudino MFL, Spadaccio C, Taggart DP. State-of-the-Art Coronary Artery Bypass Grafting: Patient Selection, Graft Selection, and Optimizing Outcomes. Interv Cardiol Clin. 2019;8:173–98.
7. Ramponi F, Seco M, Edelman JB, Sherrah AG, Bannon PG, Brereton RJL, et al. Dual inflow, total-arterial, anaortic, off-pump coronary artery bypass grafting: how to do it. Ann. Cardiothorac. Surg. 2018;7:552–60.
11. Shahani R. Coronary Artery Bypass Grafting Periprocedural Care. Medscape, 2022.
12. Yanagawa B, Puskas JD. Off pump coronary artery bypass grafting. Operative technique in thoracic and cardiovascular surgery, 2016. 21(1): 2-19.
13. Dimitriadis S, Qian E, Irvine A, Harky A. Secondary Prevention Medications Post Coronary Artery Bypass Grafting Surgery-A Literature Review. J Cardiovasc Pharmacol Ther. 2021 Jul;26(4):310-320. doi: 10.1177/1074248420987445. Epub 2021 Jan 29. PMID: 33514291.

Kontraindikasi Coronary Artery B...
Komplikasi Coronary Artery Bypas...

Artikel Terkait

  • Apakah Calcium Score Jantung Merupakan Indikator Penyakit Jantung Koroner?
    Apakah Calcium Score Jantung Merupakan Indikator Penyakit Jantung Koroner?
  • Diagnosis Banding Elevasi Segmen ST pada Elektrokardiografi
    Diagnosis Banding Elevasi Segmen ST pada Elektrokardiografi
  • Vitamin D untuk Pencegahan Penyakit Kardiovaskular: Efektif atau Tidak
    Vitamin D untuk Pencegahan Penyakit Kardiovaskular: Efektif atau Tidak
  • Ticagrelor vs Clopidogrel dalam Penanganan Sindrom Koroner Akut
    Ticagrelor vs Clopidogrel dalam Penanganan Sindrom Koroner Akut
  • Kalkulator PREVENT untuk Prediksi Risiko Penyakit Kardiovaskular
    Kalkulator PREVENT untuk Prediksi Risiko Penyakit Kardiovaskular

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 08 September 2024, 20:46
Perempuan 74 tahun dengan batuk, nyeri dada, takikardi dan SpO2 80% apa mengarah ke ACS?
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Mohon ijin konsul pasien Perempuan, 74 thKeluhan: sesak sejak 1 hari SMRS, nyeri ulu hati (+), mual (+), muntah (-). Kedua kaki bengkak sejak 2 hari SMRS....
dr. Desta Fransisca
Dibalas 05 Agustus 2024, 16:24
Pekerja tambang dengan penyakit jantung
Oleh: dr. Desta Fransisca
1 Balasan
Alo dok, saya memiliki pasien yang bekerja sebagai pekerja tambang, dengan jobdesk sebagai org elektrik. Dari hasil MCU mengarah ke ACS asimptopmatic....
Anonymous
Dibalas 27 Mei 2024, 06:57
Nyeri dada tipikal dengan EKG normal
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokterIzin bertanya dok jika pada pasien terdapat nyeri dada kiri seperti tertindih tembus ke punggung dan menjalar ke lengan, disertai dengan mual (+)...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.