Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Komplikasi Defibrilasi general_alomedika 2023-08-24T13:26:14+07:00 2023-08-24T13:26:14+07:00
Defibrilasi
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Komplikasi Defibrilasi

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Sebagian besar komplikasi dari prosedur defibrilasi bersifat jinak atau self-limiting, seperti perubahan elektrokardiogram, luka bakar, atau iritasi di area kulit dengan defibrillator pad. Pada kasus yang jarang, dapat terjadi kerusakan sel jantung akibat terkena energi listrik pasca defibrilasi. Hal ini terutama terjadi pada prosedur defibrilasi dengan dosis arus listrik yang besar, seperti defibrilasi monofasik.

Komplikasi pada prosedur defibrilasi yang perlu diwaspadai dokter karena mengancam nyawa adalah henti jantung jika defibrilasi diberikan pada pasien selain pada pulseless ventricular tachycardia dan fibrilasi ventrikel. Pada pasien yang tidak mengalami henti jantung namun dalam kondisi takikardia tidak stabil, harus dipilih metode kardioversi tersinkronisasi.[3]

Post Cardiac Arrest Syndrome

Walaupun pasien telah mengalami ROSC, risiko komplikasi masih dapat terjadi, hal ini biasa dikenal dengan istilah post-cardiac arrest syndrome. Post-cardiac arrest syndrome  berhubungan dengan cedera otak, disfungsi miokardium, respon tubuh saat reperfusi dan iskemi, serta etiologi henti jantung itu sendiri apabila bersifat persisten.[6,8]

Saat ROSC, miokardium yang mengalami iskemia akan kembali menerima reperfusi darah dan oksigen, yang selanjutnya justru mengaktivasi respon imunologis dan kaskade koagulasi sehingga meningkatkan risiko kegagalan organ dan infeksi.[8]

Pasien dapat mengalami cedera kepala anoksik yang berakibat pada kecacatan seumur hidup apabila otak tidak mendapatkan suplai oksigen lebih dari 3 menit. Pasien juga berisiko mengalami acute respiratory distress syndrome, gagal ginjal akut, syok refrakter, dan disseminated intravascular coagulation. Komplikasi tersebut meningkatkan risiko mortalitas pasien.[6,8]

Perubahan pada EKG

Beberapa studi menyebutkan bahwa pasca kardioversi dapat terjadi perubahan pada gelombang EKG. Contohnya pembentukan ST segmen elevasi dan ST segmen depresi yang umumnya bersifat transien. Kardioversi juga dapat menyebabkan timbulnya aritmia baru seperti aritmia atrial dan bradiaritmia.[28-31]

Tromboembolisme

Tromboembolisme dapat terjadi saat kontraksi atrial tersinkronisasi kembali normal. komplikasi ini terjadi akibat lepasnya trombus atrium kiri saat proses kardioversi atau trombus terbentuk pasca kardioversi akibat terjadinya disfungsi mekanik transien atrium kiri post konversi.[32]

Luka Bakar pada Kulit

Luka bakar pasca defibrilasi dan kardioversi cukup umum terjadi, sekitar 20-25% pasien pasca defibrilasi mengalami luka bakar pada area pemasangan pad. Luka bakar lebih jarang terjadi pada penggunaan defibrilator bifasik dan pemberian gel pada pad.[33,34]

Wearable and Implantable Cardioverter Defibrillator (WCD and ICD)

Komplikasi yang dapat terjadi pada pemakaian wearable cardiac defibrillator (WCD) dan ICD adalah terjadinya gelombang kejut yang tidak pada tempatnya. Hal ini umumnya terjadi akibat alat yang salah mendeteksi pola gelombang T maupun adanya artefak akibat gangguan bising.[35]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Graciella N T Wahjoepramono

Referensi

3. Goyal A, Chhabra L, Sciammarella JC, et al. Defibrillation. Statpearls. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499899/
6. Kang Y. Management of post-cardiac arrest syndrome. Acute Crit Care. 2019;34(3):173-178.
8. Foglesong A, Mathew D. Pulseless Ventricular Tachycardia. StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554467/
28. Eysmann SB, Marchlinski FE, Buxton AE, Josephson ME. Electrocardiographic changes after cardioversion of ventricular arrhythmias. Circulation 1986; 73:73.
29. Van Gelder IC, Crijns HJ, Van der Laarse A, et al. Incidence and clinical significance of ST segment elevation after electrical cardioversion of atrial fibrillation and atrial flutter. Am Heart J 1991; 121:51.
30. Grönberg T, Nuotio I, Nikkinen M, et al. Arrhythmic complications after electrical cardioversion of acute atrial fibrillation: the FinCV study. Europace 2013; 15:1432.
31. Lemberg L, Castellanos A Jr, Swenson J, Gosselin A. Arrhythmias Related To Cardioversion. Circulation 1964; 30:163.
32. Elhendy A, Gentile F, Khandheria BK, et al. Safety of electrical cardioversion in patients with previous embolic events. Mayo Clin Proc 2001; 76:364.
33. Ambler JJ, Sado DM, Zideman DA, Deakin CD. The incidence and severity of cutaneous burns following external DC cardioversion. Resuscitation 2004; 61:281.
34. Ambler JJ, Deakin CD. A randomised controlled trial of the effect of biphasic or monophasic waveform on the incidence and severity of cutaneous burns following external direct current cardioversion. Resuscitation 2006; 71:293.
35. Barraud J, Cautela J, Orabona M, et al. Wearable cardioverter defibrillator: Bridge or alternative to implantation?. World J Cardiol. 2017;9(6):531-538. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5491470/

Teknik Defibrilasi
Edukasi Pasien Defibrilasi

Artikel Terkait

  • Wearable Defibrillator untuk Pasien Infark Miokard
    Wearable Defibrillator untuk Pasien Infark Miokard
  • Penanganan Fibrilasi Ventrikel pada Setting Gawat Darurat
    Penanganan Fibrilasi Ventrikel pada Setting Gawat Darurat
Diskusi Terkait
dr. Muhammad Raihan Farrasky
Dibalas 01 Oktober 2024, 08:37
Tindakan defibrilasi maupun kardioversi pada kasus drowning?
Oleh: dr. Muhammad Raihan Farrasky
1 Balasan
Apakah perlu dilakukan tindakan Defibrilasi atau Kardioversi pada kasus drowning jika ditemukan gambaran Shockable, mengingat adanya gangguan kalium pada...
dr.Andrew Logan
Dibalas 12 Maret 2019, 17:35
Defibrilasi cardiac arrest pada ibu hamil
Oleh: dr.Andrew Logan
2 Balasan
Izin bertanya Ts, pada ibu hamil yang mengalami cardiac arrest dan VFNT membutuhkan defibrillator, bagaimanakah peletakan pad nya, apakah sama saja dengan...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.