Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Komplikasi Kateterisasi Jantung general_alomedika 2023-04-05T14:02:20+07:00 2023-04-05T14:02:20+07:00
Kateterisasi Jantung
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Komplikasi Kateterisasi Jantung

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Komplikasi yang terjadi pada pasien pasca kateterisasi jantung atau percutaneous coronary intervention (PCI) bergantung pada berbagai faktor, diantaranya adalah demografi pasien, anatomi vaskular pasien, kondisi komorbid, presentasi klinis dan prosedur tindakan. Komplikasi mayor kateterisasi jantung dengan indikasi diagnostik umumnya kurang dari 1 % dan risiko mortalitas hanya 0.05%. komplikasi mayor terberat dari prosedur kateterisasi jantung adalah kematian.[1]

Komplikasi Vaskular

Ada berbagai komplikasi vaskular yang dapat terjadi pada pasien yang menjalani prosedur kateterisasi, diantaranya adalah hematom. Hematoma merupakan komplikasi perdarahan yang paling sering terjadi. Kebanyakan hematoma dapat sembuh tanpa harus diberikan perlakuan apapun. Kecuali pada hematom dengan tanda berupa perluasan massa secara massif dan disertai dengan instabilitas hemodinamik, membutuhkan resusitasi cairan. [1]

Perdarahan terutama perdarahan retroperitoneal dapat menyebabkan terjadinya instabilitas hemodinamik mendadak pada pasien. Insidensi kasus ini kurang dari 0.2%. Manifestasi klinis dengan dukungan hasil CT scan sangat menolong dalam mendiagnosis komplikasi ini. Kondisi ini paling sering ditemukan pada pasien yang menjalani prosedur kateterisasi jantung dengan akses transfemoralis.[1,3]

Komplikasi berikutnya adalah pseudoaneurisma. Pseudoaneurisma kecil (ukuran 2-3 cm) akan sembuh dengan sendirinya, namun tetap perlu dilakukan pemantauan dengan ultrasonografi Doppler secara serial untuk melihat perkembangan penyakit. Bila pseudoaneurisma berukuran besar dan bergejala, dapat diberikan terapi dengan kompresi atau injeksi trombin perkutaneus atau intervensi bedah bila gagal.[1]

Fistula arteriovenosus pada kateterisasi jantung dapat terjadi akibat terbentuknya hubungan pada arteri dan vena yang berdekatan dan mengalami perdarahan aktif akibat insersi kateter. Saat dilakukan pemeriksaan fisik, akan ditemukan gambaran klinis berupa thrill atau bruit kontinu. Komplikasi ini membutuhkan terapi berupa tindakan pembedahan.[1,3]

Diseksi termasuk komplikasi yang jarang terjadi pada tindakan kateterisasi jantung. Diseksi yang tidak aktif (non-flow) biasanya akan sembuh tanpa harus diberikan terapi apapun setelah dilakukan pelepasan sheath. Pada diseksi aktif perlu dilakukan intervensi berupa angioplasti dan stenting.[1]

Komplikasi Paska Akses Transradial

Komplikasi yang tersering pada kateterisasi jantung melalui jalur transradial yaitu oklusi arteri radialis, dengan insidensi sekitar 5%. Komplikasi ini dianggap tidak signifikan secara klinis terutama pada pasien dengan Allen test normal. Pasien dengan arkus palmar inkomplit dan Allen test abnormal dapat mengalami gejala iskemia tangan akibat oklusi arteri radialis.[1]

Komplikasi berikutnya yang juga cukup sering terjadi adalah spasme arteri radialis, kejadiannya berkisar antara 2-6% kasus. Komplikasi ini dapat dihindari dengan penggunaan obat vasodilator lokal dan obat ansiolitik sistemik. Komplikasi yang sangat jarang yaitu perforasi arteri radialis dan diterapi dengan kompresi eksternal.[1,3]

Komplikasi Mayor

Komplikasi mayor akibat kateterisasi jantung adalah kematian. Namun komplikasi berupa kematian sangat jarang terjadi, angka insidensinya kurang dari 0.05% pada kateterisasi jantung sebagai prosedur diagnostik. Risiko kematian dapat meningkat pada seting pasien dengan fungsi sistolik ventrikel kiri yang menurun dan pasien syok dengan infark miokard akut. Faktor risiko lainnya yang berperan antara lain usia tua, adanya penyakit multivaskular, left main coronary artery disease, atau penyakit katup jantung seperti stenosis aorta berat.[1]

Komplikasi mayor berikutnya adalah Infark miokard. Infark miokard kejadiannya sangat dipengaruhi oleh faktor komorbid seperti riwayat penyakit arteri koroner, baru saja mengalami sindrom koroner akut, pasien diabetes dengan insulin, dan faktor yang berhubungan dengan teknik kateterisasi. Angka insidensi kejadian periproseduralnya kurang dari 0.1%. [1]

Selanjutnya adalah stroke. Faktor risiko stroke sebagai komplikasi prosedur kateterisasi jantung bergantung pada indikasi tindakan yang dilakukan. Bila sebagai prosedur diagnostik, risikonya sangat rendah yaitu antara 0.05% hingga 0.1%, sedangkan bila prosedur bersifat intervensi, risiko meningkat menjadi 0.18% hingga 0.4%. Berdasarkan studi, akses masuk prosedur kateterisasi melalui jalur arteri radialis atau femoralis tidak memiliki perbedaan yang bermakna dalam hal kemungkinan risiko stroke yang ada.[1,7]

Alergi yang terjadi pada prosedur kateterisasi jantung dapat diakibatkan oleh alergi terhadap anestesi lokal yang digunakan, agen kontras, heparin atau medikasi lainnya yang digunakan selama prosedur kateterisasi.[1,3]

Gagal ginjal akut pada kateterisasi jantung terjadi akibat nefropati yang dipicu oleh kontras yang digunakan pada kateterisasi jantung. Angka insidensinya berkisar antara 3.3% hingga 16.5%.[1]

Luka kulit radiasi dapat timbul pada pasien yang terpajan oleh dosis berlebihan radiasi pada satu area tertentu. Manifestasi klinisnya mulai dari eritema ringan pada kulit hingga ulkus.[1]

Aritmia jantung juga dapat terjadi sebagai komplikasi mayor durante prosedur kateterisasi. Aritmia yang terjadi umumnya berupa fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel dengan angka kejadiannya terjadi pada 0,4% pasien. Aritmia ini berhubungan dengan iritasi atau iskemia miokardium oleh kateter, material kontras atau balon oklusi. Selain itu, transient brady arrhythmia juga umum terjadi pada saat prosedur dilakukan. Bila episode bradiaritmia menetap bahkan hingga terjadi hipotensi, dibutuhkan terapi dengan atropine atau temporary transvenous pacing.[1]

Referensi

1. Manda, Yugandhar R and Baradhi, Krishna M. Cardiac Catheterization Risks and Complications. Statpearl. 2020. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531461/
3.Olade, Roger B. Medscape. Cardiac Catheterization of Left Heart. 2016. Available from : https://emedicine.medscape.com/article/1819224-overview#a4
7.Sirker, Alex et al. Influence of access site choice for cardiac catheterization on risk of adverse neurological events: A systematic review and meta-analysis. American Heart Journal. Volume 181, November 2016, Pages 107-119. Available from : https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0002870316301752?via%3Dihub

Teknik Kateterisasi Jantung
Edukasi Pasien Kateterisasi Jantung

Artikel Terkait

  • PCI Tidak Efektif untuk Angina Stabil - Telaah Jurnal Alomedika
    PCI Tidak Efektif untuk Angina Stabil - Telaah Jurnal Alomedika
  • Cilostazol Sebagai Terapi Preventif Primer Stroke dan Pencegahan Re-Stenting Pasca PCI
    Cilostazol Sebagai Terapi Preventif Primer Stroke dan Pencegahan Re-Stenting Pasca PCI
  • Keamanan Kateterisasi Jantung atau PCI pada Pasien Usia Lanjut
    Keamanan Kateterisasi Jantung atau PCI pada Pasien Usia Lanjut
  • Memahami Terapi Dual Antiplatelet setelah Percutaneous Coronary Intervention
    Memahami Terapi Dual Antiplatelet setelah Percutaneous Coronary Intervention
  • Perlu Tidaknya Puasa Sebelum Kateterisasi Jantung – Telaah Jurnal Alomedika
    Perlu Tidaknya Puasa Sebelum Kateterisasi Jantung – Telaah Jurnal Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 01 April 2024, 08:20
Pasien dengan nyeri dada pasca pemasangan stent jantung
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin bertanya dok, apabila pasien mengeluhkan nyeri dada setelah 2 tahun pasca pemasangan stent tindakan yang perlu dilakukan di rumah apa ya dok? obat apa...
dr. Andrea
Dibalas 21 September 2023, 14:55
Perbandingan Kondisi Nyata Penggunaan Clopidogrel, Prasugrel, dan Ticagrelor pada Percutaneous Coronary Intervention (PCI) Primer – Telaah Jurnal Alomedika
Oleh: dr. Andrea
1 Balasan
Primary percutaneous coronary intervention (PPCI) digunakan untuk pasien STEMI, tetapi pemilihan inhibitor P2Y12 masih menjadi pertanyaan. Perbandingan...
dr. Intan Fajriani
Dibalas 29 Maret 2022, 09:49
Live Webinar : "Virtual Book 5/8 - Kupas Tuntas Gagal Jantung Kanan." Selasa, 29 Maret 2022. Pukul 19.00 - 22.00
Oleh: dr. Intan Fajriani
1 Balasan
Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Virtual Book 5/8 - Kupas Tuntas Gagal Jantung Kanan."Narasumber :dr. Estu Rudiktyo, Sp.JP (K) FIHAModerator :dr....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.