Pendahuluan Transplantasi Jantung
Transplantasi jantung adalah prosedur penggantian jantung yang gagal berfungsi dengan jantung dari donor yang sesuai. Awalnya, luaran pasca transplantasi jantung buruk karena komplikasi yang kompleks, terutama reaksi penolakan dan infeksi.[1-3]
Namun, dengan perkembangan teknik bedah, terapi imunosupresi, serta pemantauan pasca operasi yang lebih baik, angka kesintasan meningkat signifikan sehingga transplantasi jantung kini menjadi tata laksana standar untuk gagal jantung tahap akhir.[1-3]
Berdasarkan laporan International Society for Heart and Lung Transplantation (ISHLT) Registry tahun 2023, kesintasan 1 tahun pasca transplantasi jantung telah melebihi 90% pada dewasa maupun anak, dengan median kesintasan mencapai 12–14 tahun.[4]
Transplantasi jantung umumnya diindikasikan pada pasien dengan gagal jantung stadium akhir yang diperkirakan hanya memiliki harapan hidup <1 tahun tanpa transplantasi. Pedoman American College of Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) tahun 2022 dan ISHLT tahun 2024 menyebutkan indikasi transplantasi jantung meliputi syok kardiogenik refrakter, aritmia ventrikel refrakter yang mengancam nyawa, serta gagal jantung kongenital tanpa hipertensi pulmonal irreversibel.[5,6]
Sebaliknya, usia lanjut >70 tahun, adanya infeksi aktif, keganasan, gangguan sistemik ireversibel, atau ketidakmampuan untuk mematuhi terapi dan follow-up masih menjadi kontraindikasi penting transplantasi jantung.[6,7]
Prosedur transplantasi dilakukan melalui sternotomi dengan penggunaan mesin cardiopulmonary bypass. Jantung donor diambil setelah penilaian menyeluruh untuk memastikan fungsinya memadai, lalu dihubungkan ke pembuluh darah besar resipien. Pasca operasi, pasien memerlukan terapi imunosupresi intensif, termasuk terapi induksi menggunakan basiliximab atau alemtuzumab, serta regimen rumatan jangka panjang.[8,9]
Meskipun angka keberhasilan meningkat, hampir semua resipien akan mengalami satu atau lebih komplikasi sepanjang hidupnya. Komplikasi utama meliputi reaksi penolakan, vaskulopati allograft jantung, disfungsi graft, infeksi, keganasan, hingga komplikasi neurologis dan ginjal.[10-12]
Pemantauan kini tidak hanya mengandalkan biopsi endomiokardial, tetapi juga mulai memanfaatkan pemeriksaan non-invasif seperti donor-derived cell-free DNA dan profil ekspresi gen.[10-12]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini