Pedoman Klinis Transplantasi Jantung
Transplantasi jantung merupakan pilihan terapi akhir bagi pasien dengan gagal jantung lanjut, ketika seluruh modalitas tata laksana lain sudah tidak mampu memberikan perbaikan fungsional maupun kualitas hidup yang optimal. Prosedur ini terbukti meningkatkan survival dan kualitas hidup pada pasien yang terpilih dengan tepat.[6,9]
Penentuan Kelayakan
Keterbatasan ketersediaan donor menuntut seleksi pasien dilakukan secara ketat. Evaluasi kelayakan transplantasi harus ditentukan oleh tim multidisiplin yang terdiri dari ahli jantung, bedah jantung, nefrologi, hepatologi, psikiatri/psikologi, dan pekerja sosial medis.
Sebagian besar kandidat adalah pasien dengan gagal jantung kronis bertahun-tahun. Namun, transplantasi juga dapat dipertimbangkan pada gagal jantung akut yang refrakter terhadap terapi medis maupun dukungan mekanik.
Faktor eksklusi meliputi kondisi yang meningkatkan risiko mortalitas perioperatif atau menurunkan kemungkinan pemulihan, seperti keganasan aktif, infeksi yang tidak terkontrol, penyalahgunaan zat aktif, disfungsi multiorgan irreversibel, obesitas berat, atau ketidakmampuan pasien mematuhi terapi dan follow up. [6,9,14]
Prosedur
Transplantasi jantung dilakukan dengan sternotomi medial dan penggunaan cardiopulmonary bypass untuk menggantikan fungsi jantung dan paru selama operasi. Jantung donor hanya dapat diambil setelah konfirmasi kematian otak dan evaluasi menyeluruh memastikan fungsi organ layak. Ahli bedah kemudian menghubungkan jantung donor dengan pembuluh darah utama resipien.
Penentuan waktu operasi donor–resipien sangat krusial, dengan waktu iskemik allograft dianjurkan <4 jam untuk hasil terbaik.[6,8]
Pemantauan Pasien
Walaupun penggunaan imunosupresi telah menurunkan angka penolakan akut, pemantauan ketat tetap diperlukan, terutama pada tahun pertama. Pemantauan mencakup biopsi endomiokardial berkala, pemeriksaan fungsi ginjal, profil lipid, kadar glukosa, serta deteksi dini kanker kulit dan organ solid.
Metode non-invasif baru, seperti pemeriksaan donor-derived cell-free DNA dan tes ekspresi gen, kini direkomendasikan di banyak pusat untuk membantu mendeteksi penolakan tanpa selalu bergantung pada biopsi. Komplikasi jangka panjang yang harus dipantau mencakup cardiac allograft vasculopathy (CAV), disfungsi ginjal kronis, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus pasca transplantasi, dan peningkatan insidensi keganasan.[6,9,20]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini