Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Transplantasi Jantung general_alomedika 2025-10-16T11:42:22+07:00 2025-10-16T11:42:22+07:00
Transplantasi Jantung
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Transplantasi Jantung

Oleh :
dr.Krisandryka
Share To Social Media:

Teknik transplantasi jantung dilakukan dengan sayatan melalui sternum, mengeluarkan jantung resipien, dan menggantikannya dengan jantung donor. Selama operasi berlangsung, resipien menggunakan mesin cardiopulmonary bypass yang menggantikan fungsi jantung dan paru pasien.[6,8]

Berbeda dengan transplantasi hati atau ginjal, donor pada transplantasi jantung harus dikonfirmasi mengalami kematian otak dan perlu dipastikan memiliki kinerja hemodinamik jantung yang baik tanpa kelainan anatomis bermakna.[6,8]

Donor

Donor jantung potensial diidentifikasi dan dicocokkan dengan resipien. Di negara maju, pencocokan ini dilakukan oleh lembaga khusus, misalnya United Network for Organ Sharing (UNOS) di Amerika Serikat. Di Indonesia, lembaga serupa belum tersedia dan transplantasi jantung belum pernah dilakukan.

Survei primer donor meliputi konfirmasi kematian otak, verifikasi persetujuan donasi, golongan darah ABO, demografi, identifikasi komorbiditas potensial (termasuk perilaku berisiko tinggi, riwayat penyalahgunaan zat, dan mekanisme kematian), kebutuhan resusitasi jantung paru (RJP), serta durasi dari inisiasi RJP hingga kembalinya tanda vital.

Penilaian spesifik untuk jantung mencakup kebutuhan dukungan inotropik, stabilitas hemodinamik, trauma toraks, penanda enzim jantung, elektrokardiografi (EKG), dan angiografi koroner.

Setelah evaluasi lengkap, kinerja hemodinamik jantung, inspeksi visual dan manual, serta evaluasi akhir dilakukan oleh ahli bedah yang akan melaksanakan transplantasi.[6,8]

Kriteria Donor

Secara umum, seseorang dapat menjadi donor jantung bila memenuhi kriteria:

  • Usia di bawah 55 tahun
  • Tidak ada riwayat trauma toraks atau penyakit jantung
  • Tidak ada hipoksemia atau hipotensi memanjang
  • Hemodinamik stabil, yaitu mean arterial pressure (MAP) >60 mmHg dan central venous pressure (CVP) 8–12 mmHg
  • Sokongan inotropik <10 mg/kg/menit
  • Hasil EKG, ekokardiografi, dan angiografi koroner dalam batas normal
  • Negatif untuk HIV, hepatitis B, dan hepatitis C[8]

Ekokardiografi dilakukan segera pada donor. Bila fraksi ejeksi <45% atau donor membutuhkan dukungan inotropik, ekokardiografi serial diperlukan untuk evaluasi. Pada donor berusia >40 tahun atau donor lebih muda dengan faktor risiko penyakit arteri koroner, pemeriksaan angiografi koroner diindikasikan.[18]

Pengaturan Waktu Prosedur

Pengaturan waktu donor dan resipien penting untuk meminimalisir waktu iskemik allograft dan durasi cardiopulmonary bypass. Waktu iskemik donor sebaiknya <6 jam, idealnya <4 jam.

Operasi resipien dimulai sebelum kedatangan jantung donor untuk mengurangi waktu iskemik. Umumnya, diperlukan waktu sekitar 1 jam dari sayatan kulit hingga kedatangan donor pada pasien tanpa riwayat sternotomi. Pada pasien dengan riwayat sternotomi, waktu dapat diperpanjang hingga 2 jam.[6,8]

Persiapan Pasien

Pasien dievaluasi 2–3 hari oleh tim transplantasi. Edukasi diberikan terkait risiko, manfaat, dan prognosis transplantasi. Evaluasi mencakup investigasi prognosis dan identifikasi kontraindikasi. Keputusan akhir ditentukan melalui diskusi multidisiplin di pusat transplantasi.[6]

Pemeriksaan Laboratorium

Sebelum transplantasi, pasien menjalani pemeriksaan:

  • Darah lengkap, koagulasi (PT, aPTT)
  • Fungsi ginjal, fungsi hati, profil lipid, urinalisis
  • Kecocokan imunologi: golongan darah dan panel reactive antibody (PRA)
  • Skrining infeksi: hepatitis, HIV, EBV, CMV, HSV, tuberkulosis
  • Skrining keganasan: PSA, Pap smear

Kandidat positif hepatitis C atau HIV memerlukan evaluasi tambahan sesuai pedoman terbaru, dan dapat dipertimbangkan bila terapi antiviral berhasil serta fungsi organ memadai.[6-9]

Pemeriksaan Pencitraan

Ekokardiografi digunakan untuk menilai fraksi ejeksi dan fungsi jantung. Pada kardiomiopati, perlu dilakukan arteriografi koroner untuk memastikan etiologi tidak dapat ditangani dengan revaskularisasi atau bedah konvensional. Rontgen toraks digunakan untuk menapis kelainan toraks.

Pada wanita, mammogram abnormal perlu dievaluasi lebih lanjut sebelum transplantasi.[6,9]

Pemeriksaan Kapasitas Fungsional

Kapasitas fungsional dinilai dengan uji latihan sepeda atau treadmill dengan pengukuran ventilasi dan pertukaran gas. Peak VO₂ <10 mL/kg/menit merupakan prediktor kuat prognosis buruk. Ambang peak VO₂ untuk pasien dengan beta-blocker adalah <12 mL/kg/menit, sedangkan pasien tanpa beta-blocker adalah <14 mL/kg/menit.

Bila pasien tidak mencapai latihan maksimal (RER <1,05), slope ventilasi menit/produksi CO₂ >35 menandakan prognosis buruk. Tes jalan 6 menit berguna sebagai penilaian tambahan, tetapi tidak menggantikan peak VO₂.[6,13,15]

Pemeriksaan Kateterisasi Jantung Kanan

Kateterisasi jantung kanan merupakan evaluasi wajib, yang perlu diulang setiap 3–6 bulan pada pasien daftar tunggu. Pemeriksaan mencakup tekanan atrium kanan, pulmonary capillary wedge pressure (PCWP), tekanan arteri paru, saturasi vena campuran, curah jantung, serta resistensi vaskular sistemik dan paru. Tekanan pengisian yang meningkat meski terapi optimal menandakan prognosis buruk.[6,13]

Posisi Pasien

Pasien diposisikan supinasi di meja operasi.[8]

Prosedural

Sebelum operasi, pasien dipuasakan, dan area dada disterilkan dengan chlorhexidine 4%. Tim transplantasi berkoordinasi dengan badan transplantasi untuk memastikan donor jantung sesuai. Setelah donor terkonfirmasi kompatibel, anestesi umum diberikan. Jantung resipien dieksisi terlebih dahulu agar waktu iskemik donor seminimal mungkin.[6,8]

Kardiektomi Resipien

Langkah kardiektomi resipien meliputi:

  1. Lakukan sternotomi medial dan bentuk pericardial cradle.
  2. Isolasi dan diseksi aorta, arteri pulmonal, vena cava superior, dan vena cava inferior.
  3. Lewatkan jerat pita umbilikus di sekitar vena cava superior dan inferior.
  4. Setelah pemberian heparin, kanulasi aorta asendens distal, vena cava superior, dan vena cava inferior untuk cardiopulmonary bypass.
  5. Inisiasi cardiopulmonary bypass.
  6. Lakukan cross-clamp pada aorta resipien dan kencangkan jerat vena cava.
  7. Pisahkan aorta dan arteri pulmonal tepat di atas katup semilunar.
  8. Eksisi atrium kanan secara komplit.
  9. Retraksi jantung inferior untuk memaparkan kubah atrium kiri, buka, dan lanjutkan pemanjangan insisi ke arah anulus katup mitral secara sirkumferensial.[6,8]

Implantasi Jantung Donor

Jantung donor dikeluarkan dari wadah, dan waktu warm ischemic dimulai. Evaluasi donor dilakukan terkait adanya patensi foramen ovale, defek katup, atau anomali kongenital. Dua teknik utama implantasi jantung donor adalah transplantasi ortotopik dan transplantasi heterotopik.[4,8,9]

Transplantasi Ortotopik:

Teknik transplantasi ortotopik paling umum digunakan, yaitu mengeksisi jantung resipien dan menyisakan cuff atrium kiri dan kanan. Anastomosis donor–resipien dilakukan pada:

  • Atrium kanan donor → cuff atrium kanan resipien
  • Atrium kiri donor → cuff atrium kiri resipien
  • Aorta donor → aorta resipien
  • Arteri pulmonal donor → arteri pulmonal resipien[8]

Transplantasi Heterotopik:

Sementara itu, transplantasi heterotopik jarang digunakan, dengan angka survival lebih rendah. Teknik ini tidak mengeksisi jantung resipien. Jantung donor ditanam berdampingan dalam rongga toraks. Anastomosis dilakukan antara atrium donor–resipien, serta aorta dan arteri pulmonal donor dengan resipien.[6,8,9]

Imunosupresi

Strategi imunosupresi bertujuan mencegah reaksi imun resipien terhadap allograft dan membatasi toksisitas obat. Regimen dibagi menjadi induksi, rumatan, dan tata laksana penolakan.[9]

Prinsip Umum Imunosupresi

Risiko penolakan tertinggi terjadi dalam 3–6 bulan pertama pasca transplantasi, sehingga intensitas imunosupresi ditingkatkan pada periode ini. Kemudian, pemberian imunosupresif diturunkan secara bertahap.

Gunakan kombinasi dosis rendah dari beberapa obat dengan toksisitas tidak tumpang tindih. Hindari imunosupresi berlebihan untuk mencegah infeksi oportunistik dan keganasan.[9,18,19]

Terapi Induksi Imunosupresi

Sekitar 40–50% pusat transplantasi menggunakan terapi induksi perioperatif. Agen yang digunakan adalah:

  • Antagonis reseptor IL-2: basiliximab

  • Antibodi poliklonal anti-thymocyte
  • Antibodi monoklonal: alemtuzumab[9,18]

Terapi Rumatan Imunosupresi

Pada tahap rumatan atau pemeliharaan, biasanya diberikan kombinasi tiga golongan imunosupresan, yaitu:

  • Inhibitor calcineurin: siklosporin, tacrolimus
  • Antimetabolit: azathioprine, mycophenolate mofetil
  • Kortikosteroid: prednison, methylprednisolone

Obat baru, seperti inhibitor mTOR (sirolimus, everolimus), dapat digunakan pada pasien dengan nefrotoksisitas akibat inhibitor calcineurin, atau risiko tinggi vaskulopati alograf.[9,18,19]

Follow Up

Berdasarkan pedoman terbaru, yaitu American College of Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) tahun 2022 dan International Society for Heart and Lung Transplantation (ISHLT) tahun 2024, interval follow up tidak perlu lagi “sampai setahun sekali”.

Follow up dilakukan pasien pasca transplantasi jantung secara bertahap sesuai risiko klinis.

  • Biopsi endomiokardial: Mingguan pada bulan pertama, kemudian interval diperpanjang (2 mingguan, bulanan, hingga 3–6 bulanan sesuai risiko). Digunakan untuk mendeteksi penolakan akut.
  • Kunjungan klinis: Intensif di bulan pertama, lalu dikurangi secara bertahap hingga kontrol tahunan pada pasien stabil.
  • Angiografi koroner atau CT koroner: Dilakukan secara berkala (setiap 1–2 tahun) untuk memantau perkembangan cardiac allograft vasculopathy (CAV).
  • Pemantauan non-invasif baru: Tes gen ekspresi atau donor-derived cell-free DNA (dd-cfDNA) digunakan di beberapa pusat sebagai alternatif atau pelengkap biopsi untuk deteksi penolakan.[6,9,20]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

4. Peled Y, Khush KK, Kobashigawa J, et al. International Society for Heart and Lung Transplantation Guidelines for the Evaluation and Care of Cardiac Transplant Candidates. J Heart Lung Transplant. 2024;43(10):1529–1628.e54. doi:10.1016/j.healun.2024.06.003.
6. Lund LH, Edwards LB, Kucheryavaya AY, et al. The registry of the International Society for Heart and Lung Transplantation: Thirty-first adult heart transplant report—2014. J Heart Lung Transplant. 2014;33(10):996–1008.
7. Stehlik J, Edwards LB, Kucheryavaya AY, et al. The registry of the International Society for Heart and Lung Transplantation: 29th official adult heart transplant report—2012. J Heart Lung Transplant. 2012;31(10):1052–1064.
8. Kirklin JK, Young JB, McGiffin DC. Heart Transplantation. New York: Churchill Livingstone; 2002.
9. Taylor DO, Stehlik J, Edwards LB, et al. Registry of the International Society for Heart and Lung Transplantation: Twenty-seventh official adult heart transplant report—2010. J Heart Lung Transplant. 2010;29(10):1089–1103.
13. Costanzo MR, Dipchand A, Starling R, et al. The International Society of Heart and Lung Transplantation Guidelines for the care of heart transplant recipients. J Heart Lung Transplant. 2010;29(8):914–956.
15. Aaronson KD, Schwartz JS, Chen TM, et al. Development and prospective validation of a clinical index to predict survival in ambulatory patients referred for cardiac transplant evaluation. Circulation. 1997;95(12):2660–2667.
18. Zuckermann A, Wang SS, Johnson DE, et al. Immunosuppressive therapy in heart transplantation: principles and practice. Curr Opin Cardiol. 2005;20(2):129–134.
19. Lund LH, Edwards LB, Kucheryavaya AY, et al. The registry of the International Society for Heart and Lung Transplantation: Thirty-second official adult heart transplant report—2015. J Heart Lung Transplant. 2015;34(10):1244–1254.
20. Khush KK, Cherikh WS, Chambers DC, et al. The International Thoracic Organ Transplant Registry of the International Society for Heart and Lung Transplantation: 37th adult heart transplant report—2020. J Heart Lung Transplant. 2020;39(10):1003–1024.

Kontraindikasi Transplantasi Jan...
Komplikasi Transplantasi Jantung

Artikel Terkait

  • Red Flag Edema Perifer
    Red Flag Edema Perifer
  • Waspadai Obat yang Dapat Memperparah Kondisi Gagal Jantung Berikut Ini
    Waspadai Obat yang Dapat Memperparah Kondisi Gagal Jantung Berikut Ini
  • Penggunaan Digoxin Pada Gagal Jantung: Keamanan dan Manfaat
    Penggunaan Digoxin Pada Gagal Jantung: Keamanan dan Manfaat
  • BNP dan NT-proBNP sebagai Penanda Diagnosis Gagal Jantung
    BNP dan NT-proBNP sebagai Penanda Diagnosis Gagal Jantung
  • Kalkulator PREVENT untuk Prediksi Risiko Penyakit Kardiovaskular
    Kalkulator PREVENT untuk Prediksi Risiko Penyakit Kardiovaskular

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 24 September 2025, 11:45
Dilema pada pasien prolanis dengan gejala gagal jantung di FKTP
Oleh: Anonymous
2 Balasan
ALO Dokter. Sy dokter di puskesmas. Sy memiliki px prolanis HT yg datang dg keluhan sesak memberat saat berbaring, edema pitting pada kaki, dan ronki di...
dr.Meidina
Dibalas 25 Juni 2025, 17:31
Sesak yang meningkat - ALOPALOOZA Jantung
Oleh: dr.Meidina
1 Balasan
ALO Dokter, ada pasien laki-laki 69 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas sejak yang meningkat dalam 1 hari ini, terutama saat posisi...
Anonymous
Dibalas 19 Desember 2024, 07:06
Myocarditis dengan ASTO negatif
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, saya mendapatkan pasien anak2 usia 12 tahun datang dengan keluhan muntah2 sering setiap makan dan minum, lemas, keringat dingin. Sampao di IGD...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.