Komplikasi Transthoracic Needle Aspiration
Komplikasi transthoracic needle aspiration (TTNA) dapat terjadi secara langsung atau terjadi beberapa jam setelah tindakan. Secara umum, TTNA adalah prosedur minimal invasif yang aman. Namun, beberapa komplikasi seperti pneumothorax, perdarahan, hemoptisis, emboli paru, dan tumor seeding dapat terjadi.[2-4,9]
Pada populasi lansia, hasil studi menunjukkan bahwa hampir 50% subjek mengalami komplikasi, yaitu pneumothorax (36,5%) dan perdarahan (19,2%). Namun, tidak ada pasien yang memerlukan transfusi, mengalami hemoptisis masif, emboli udara, ataupun kematian. Komplikasi tidak meningkat pada mereka yang berusia 85 tahun atau lebih.[16]
Pneumothorax
Pneumothorax adalah komplikasi TTNA yang paling umum. Insiden pneumothorax akibat TTNA dilaporkan berkisar antara 0–61%, dengan rerata 20%. Peningkatan usia pasien, adanya penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), durasi prosedur terlalu lama, dan adanya fisura transversalis merupakan faktor risiko terjadinya pneumothorax. Jika pneumothorax berkembang selama prosedur, pneumothorax dapat disedot secara manual sebelum jarum pengantar dicabut.[11]
Pasien juga direkomendasikan untuk ditempatkan dengan posisi biopsi menghadap ke bawah dan diberikan oksigen melalui kanula hidung. Untuk pneumothorax yang berkembang setelah prosedur, berbagai tindakan dapat dilakukan sesuai derajat pneumothoraxnya.
Pneumothorax kecil dapat dimanajemen dengan pemantauan tanda vital, pemberian oksigen, dan rontgen toraks. Jika rontgen toraks 2 dan 4 jam pascatindakan tidak menunjukkan perubahan, tindakan evakuasi udara dapat dipertimbangkan.[12]
Pneumothorax yang lebih besar mungkin memerlukan intervensi seperti pemasangan chest tube kecil. Kasus ini terjadi pada 1–14,2% pasien. Chest tube memungkinkan pengobatan komplikasi yang berpotensi signifikan tanpa memerlukan intervensi bedah. Selain itu, chest tube dapat dipasang pada pasien rawat jalan.[13]
Perdarahan dan Hemoptisis
Komplikasi tersering kedua terkait TTNA adalah perdarahan, dengan kejadian rata-rata sekitar 11%. Perdarahan dan hemoptisis dianggap dapat sembuh sendiri dan biasanya tidak memerlukan intervensi. Namun, pasien harus ditempatkan dengan posisi biopsi menghadap ke bawah untuk mencegah aspirasi darah ke paru-paru kontralateral.[2,8]
Pasien yang mengonsumsi antikoagulan atau mengalami perdarahan diatesis harus dikontraindikasikan untuk tindakan TTNA. Selama prosedur, operator dianjurkan untuk mengarahkan jalur jarum menjauh dari aorta dan jantung untuk menghindari cedera yang tidak disengaja. Perdarahan masif sangat jarang tetapi mungkin memerlukan konsultasi anestesi untuk diintubasi dengan selang endotrakeal lumen ganda.[2,8]
Emboli Udara
Emboli udara pada TTNA sangat jarang terjadi tetapi bisa bersifat fatal jika tidak diperbaiki. Kondisi ini berpotensi menyebabkan infark serebral atau miokard, stroke, atau kematian. Sedikitnya 0,5 mL udara diperlukan untuk menginduksi iskemia koroner atau aritmia. Dalam studi kohort besar pasien TTNA, angka kejadian kasus emboli udara adalah 0,02–1,8%.
Ada dua hal yang menyebabkan emboli udara dapat terjadi, yakni: (1) penempatan ujung jarum di vena pulmonalis dan pengangkatan stilet dalam; (2) penempatan jarum melalui bronkus dan vena pulmonalis yang berdekatan, diikuti dengan terbentuknya fistula.
Jika emboli udara dikenali, pasien harus ditempatkan pada posisi Trendelenburg untuk mencegah sirkulasi udara ke otak. Emboli udara dapat dicegah dengan menutup jarum pengenal dengan stylet bagian dalam, saline, atau jari. Komplikasi ini adalah alasan lain mengapa pasien dengan batuk keras tidak dianjurkan untuk menjalani TTNA.[8,11]
Tumor Seeding
Tumor seeding merupakan komplikasi TTNA yang sangat jarang terjadi dan dilaporkan memiliki angka kejadian 0,012–0,061%. Waktu rerata dari biopsi hingga perkembangan metastasis adalah sekitar 2,6 bulan.
Saat ini, tidak ada faktor risiko pasti yang dapat diidentifikasi untuk mencegah tumor seeding. Namun, jika metastasis terjadi tetapi diisolasi ke dinding dada, reseksi en-blok yang luas dapat dilakukan. Tumor seeding telah terjadi dengan diagnosis mesothelioma pleura dan timoma. [8,11,14]