Pengawasan Klinis Topiramate
Pengawasan klinis yang perlu dilakukan pada pemberian topiramate adalah kadar bikarbonat dalam serum saat awal sebelum pemberian topiramate dan periodik selama masa pengobatan. Kadar kreatinin serum, gejala asidosis akut, status hidrasi, dan timbulnya komplikasi asidosis jangka panjang juga perlu dimonitor pada pasien yang mendapat topiramate.[4,9]
Pemeriksaan ureum, kreatinin, fosfat, alkali fosfatase, dan kalium dapat dilakukan bila terdapat indikasi. Uji klinis pada populasi dewasa dan anak menunjukkan bahwa topiramate menyebabkan penurunan kadar fosfat serum, peningkatan alkali fosfatase, dan penurunan kalium. Namun, perubahan tersebut belum terbukti signifikan secara klinis.[5]
Frekuensi kejang sebelum dan selama terapi perlu dicatat untuk mengetahui keberhasilan terapi. Adanya ide atau perilaku yang mengarah kepada percobaan bunuh diri perlu dievaluasi, karena topiramate dapat meningkatkan risiko bunuh diri.[1,9]
Penggunaan topiramate bersama dengan obat antiepilepsi lainnya menyebabkan variabilitas konsentrasi topiramate dalam plasma, sehingga pemantauan kadar topiramate dalam plasma dapat bermanfaat dalam menentukan dosis obat yang optimal. Pemeriksaan kadar topiramate dalam serum juga diperlukan pada pasien dengan penurunan fungsi liver, karena konsentrasi topiramate dalam serum dapat meningkat pada kondisi gangguan liver.[4,5]
Penghentian terapi jangka panjang harus dilakukan bertahap. Hal ini penting untuk meminimalisir potensi bangkitan kejang dan gejala putus obat lainnya.[12]