Farmakologi Cotrimoxazole
Farmakologi cotrimoxazole adalah sebagai antibiotik spektrum luas untuk mengatasi infeksi bakteri Gram positif maupun negatif yang rentan, seperti infeksi saluran kemih (ISK) akibat Escherichia coli ataupun shigellosis akibat Shigella flexneri atau Shigella sonnei.
IV: Pengobatan PCP; pengobatan shigellosis yang disebabkan oleh S. flexneri atau S. sonnei; pengobatan ISK berat atau rumit karena E. coli, Klebsiella dan Enterobacter spp, M. morganii, P. mirabilis, dan P. vulgaris.. Cotrimoxazole merupakan obat kombinasi antara sulfamethoxazole dengan trimethoprim.[1]
Farmakodinamik
Cotrimoxazole terdiri atas kombinasi trimetoprim dengan sulfametoxazol. Keduanya bekerja dengan menghambat sintesis asam tetrahidrofolat yang merupakan kofaktor metabolik yang esensial dalam sintesis purin, thymidine, glycine dan methionine pada bakteri. Apabila terjadi hambatan dalam sintesis komponen tersebut, bakteri tidak dapat berkembang biak.
Penggabungan trimetoprim dengan sulfametoxazol telah dilaporkan mampu meningkatkan efikasi dan secara in vitro dilaporkan mengurangi kejadian resistensi.[1,3,5]
Farmakokinetik
Studi farmakokinetik menunjukkan bahwa volume distribusi (Vd) trimetoprim lebih besar daripada sulfametoxazol. Hal ini diduga terjadi akibat perbedaan kelarutan lipid. Trimetoprim dan sulfametoxazole dieliminasi dari tubuh terutama melalui ekskresi ginjal. Sekitar 20% sulfametoxazol dimetabolisme di hati menjadi N4-asetilsulfametoxazol yang kemudian diekskresikan dalam urine.[10]
Absorpsi
Setelah cotrimoxazole dikonsumsi secara oral, trimetoprim akan diabsorbsi lebih cepat daripada sulfametoxazol. Puncak konsentrasi trimetoprim adalah 2 jam, sedangkan puncak konsentrasi sulfametoxazol adalah 4 jam setelah dosis tunggal per oral.
Baik sulfametoxazol maupun trimetoprim bersifat lipofilik, sehingga konsentrasi obat pada jaringan paru dan ginjal lebih tinggi daripada plasma. Trimetoprim dapat juga ditemukan pada cairan akueous, ASI, cairan serebrospinal, cairan telinga, dan cairan sinovial. Trimetoprim juga dapat melewati cairan amnion dan mencapai jaringan janin pada konsentrasi yang hampir sama dengan konsentrasi pada serum wanita hamil.[1,3,5,11]
Distribusi
Trimetoprim didistribusikan secara cepat dan terkonsentrasi di jaringan. Adapun sebanyak 44% trimetoprim dan 70% sulfamethoxazole berikatan dengan plasma. Ikatan protein terhadap sulfamethoxazole secara signifikan akan mengurangi ikatan protein terhadap trimetoprim.
Volume distribusi trimetoprim hampir 9 kali lebih banyak daripada sulfametoxazol. Obat ini secara cepat dapat masuk ke dalam cairan cerebrospinal dan sputum. Selain itu, trimetoprim juga dapat ditemukan di bronkus, cairan plasenta, dan ASI. Konsentrasi trimetoprim dan sulfametoxazol dapat juga ditemukan di empedu. [1,3,5,10,11]
Metabolisme
Cotrimoxazole dimetabolisme di hati. Trimetoprim dimetabolisme menjadi metabolit oksida dan hidroksilasi; sedangkan sulfametoxazol akan berkonjugasi dengan asam glukoronat.[1,10]
Eliminasi
Ekskresi trimetoprim dan sulfamethoxazole adalah melalui ginjal dengan mekanisme filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus. Hampir 50% dari dosis trimetoprim akan diekskresikan melalui urine dalam waktu 24 jam dalam bentuk yang tetap. Trimetoprim juga diekskresikan melalui ASI.
Sulfametoxazol adalah asam lemah, sehingga konsentrasi obat ini akan tinggi pada cairan amnion, cairan akueous, cairan empedu, cairan serebrospinal, cairan telinga, sputum, cairan sinovial, dan cairan interstitial dalam keadaan berikatan dengan protein. Jalur utama ekskresi dari sulfamethoxazole adalah ginjal. Sekitar 15-30% dari dosis obat akan terkandung di urine dalam bentuk aktif.
Jika dikonsumsi bersamaan, kemampuan ekskresi dari kedua obat tidak saling mempengaruhi. Ekskresi obat akan dipengaruhi oleh usia dan fungsi ginjal.[1,3,5,10,11]
Resistensi
Cotrimoxazole merusak sintesis purin dan beberapa asam amino penting bakteri dengan mengubah produksi folat, memanfaatkan fakta bahwa sebagian besar bakteri tidak dapat memasukkan folat dari sumber eksternal. Oleh karena itu, bakteri yang resisten terhadap obat ini memiliki kemampuan untuk mengandalkan mesin biokimia mereka sendiri dalam mensintesis folat.
Jalur sintesis folat melibatkan dua enzim utama, yaitu dihydropteroic acid synthase (DHPS) yang membentuk dihidrofolat dari asam para-aminobenzoic dan dihydrofolate reductase (DHFR) yang mengkatalisis pembentukan tetrahidrofolat dari dihidrofolate. DHPS dihambat oleh sulfametoxazol, sedangkan DHFR dihambat oleh trimetoprim.[12]
Penulisan pertama oleh: dr. Junita br Tarigan