Pengawasan Klinis Lamivudin
Pengawasan klinis diperlukan saat memberikan lamivudin sebagai terapi hepatitis B kronis, juga terkait eksaserbasi hepatitis setelah terapi lamivudin dihentikan. Selain itu, pengawasan juga diperlukan mengenai kemungkinan lamivudin menyebabkan asidosis laktat dengan hepatomegali dan steatosis.
Terapi Lamivudin pada Hepatitis B Kronis
Sebelum memulai terapi lamivudin pada pasien hepatitis B, sebaiknya pastikan kemungkinan terjadinya koinfeksi dengan human immunodeficiency virus (HIV). Penggunaan lamivudin monoterapi dan dalam dosis subterapeutik tidak efektif, dan dapat mengakibatkan resistensi HIV terhadap lamivudin.
Jika akan menggunakan lamivudin pada koinfeksi hepatitis B dan HIV, pastikan gunakan dosis yang sesuai, dan berikan kombinasi dengan antiretroviral lainnya, misalnya zidovudin dan abacavir.
Penggunaan lamivudin sebagai monoterapi juga dihubungkan dengan terjadinya virus hepatitis B yang resisten lamivudin. Sebaiknya pertimbangkan antivirus lain, misalnya tenofovir, apabila HBV DNA serum tetap terdeteksi setelah pengobatan dilakukan selama 24 minggu. Bila perlu lakukan pemeriksaan resistensi virus.[4,7,18]
Eksaserbasi Hepatitis
Eksaserbasi hepatitis dapat terjadi setelah lamivudin dihentikan pada pasien hepatitis B yang tidak terinfeksi HIV. Eksaserbasi dapat dinilai dari kenaikan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) dan munculnya kembali HBV DNA. Sebagian besar kasus eksaserbasi akan membaik dengan sendirinya, tetapi beberapa kasus berakibat fatal.
Oleh sebab itu, lakukan pemantauan klinis dan pemeriksaan fungsi hati hingga beberapa bulan setelah lamivudin dihentikan. Bila diperlukan, terapi lamivudin dapat diberikan kembali.[4,7,18]
Asidosis Laktat dengan Hepatomegali dan Steatosis
Pemberian lamivudin dapat menyebabkan terjadinya asidosis laktat dengan hepatomegali dan steatosis. Pasien yang lebih berisiko mengalami hal ini adalah perempuan, dan pasien obesitas. Hentikan pemberian lamivudin jika pasien dicurigai mengalami asidosis laktat, atau hepatotoksisitas, seperti hepatomegali dan steatosis, meskipun enzim transaminase tidak ditemukan meningkat.[2,7]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra