Pengawasan Klinis Nevirapine
Pengawasan klinis pada penggunaan nevirapine meliputi fungsi hati, resistensi virus terhadap nevirapine, respon terhadap terapi, dan berbagai pemeriksaan laboratorium lain. Pengawasan terhadap kepatuhan berobat, timbulnya efek samping, dan gejala rekonstitusi imun juga perlu dilakukan.
Fungsi Hati
Fungsi hati perlu diperiksa terutama pada 18 minggu pertama pasca inisiasi. Fungsi hati, misalnya serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT), diperiksa saat sebelum inisiasi. Pemeriksaan juga diperlukan saat dosis ditingkatkan, yaitu di minggu ke-2 pemberian, lalu 2 minggu setelah dosis ditingkatkan, dan setiap bulan sampai minggu ke-18.[10,12]
Reaksi Kulit
Pengawasan klinis diperlukan karena kemungkinan terjadinya reaksi pada kulit akibat nevirapine, terutama dalam 6 minggu pertama. Reaksi pada kulit dapat berupa ruam kemerahan pada kulit hingga reaksi yang sangat berat, misalnya sindrom Stevens-Johnson dan toxic epidermal necrolysis. Reaksi hipersensitivitas, seperti urtikaria, angioedema, atau anafilaksis juga dapat terjadi akibat nepiravine.[10,13]
Respon Terapi
Respon terhadap terapi dapat dinilai menggunakan pemeriksaan jumlah virus (viral load) dan pemeriksaan jumlah sel CD4. Pemeriksaan jumlah virus dan kadar CD4 diambil saat sebelum memulai terapi, dan 3–6 bulan pasca terapi. Pemeriksaan juga perlu diulang setiap 6–12 bulan tergantung dari kondisi klinis pasien. Pada pasien yang tidak berespon terhadap terapi, perlu dicurigai terjadi resistensi virus.[12]
Nevirapine Serum
Kadar nevirapine serum juga dapat diperiksa untuk mengetahui efektivitas obat dalam menekan infeksi virus. Konsentrasi nevirapine plasma lebih dari 4.000 μg/mL berkorelasi dengan kemampuan supresi viral load human immunodeficiency virus (HIV). Bila konsentrasi nevirapine plasma kurang dari 3.000 μg/mL, hal ini menandakan kemungkinan terjadinya kegagalan virologis.[7]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra